Internasional

Bank Sentral Jepang Lanjutkan Kebijakan Moneter Longgar

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
16 April 2018 18:54
Deputi Gubernur Masazumi Wakatabe, yang merupakan figur yang pro reflasi (mengembalikan nilai mata uang sama seperti sebelum inflasi),
Foto: CNBC
Tokyo, CNBC Indonesia - Bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) masih akan mempertahankan kebijakan moneter longgar meskipun ada ekspektasi peningkatan inflasi. Deputi Gubernur Masazumi Wakatabe, yang merupakan figur yang pro reflasi (mengembalikan nilai mata uang sama seperti sebelum inflasi), menyampaikan tidak akan memberikan stimulus dalam waktu dekat.

Wakatabe juga berkata dia sadar akan risiko-risiko pelonggaran yang diperpanjang, seperti kemungkinan meningkatnya kerusakan laba institusi keuangan itu yang ditimbulkan oleh suku bunga rendah selama bertahun-tahun.

"Manfaat dan kerugian kebijakan moneter BOJ berubah setiap saat," kata Wakatabe kepada parlemen pada hari Senin (16/4/2018).

"Kami harus menyadari bahaya, atau risiko, yang akan dibebankan lingkungan suku bunga rendah berkepanjangan terhadap laba bank dan dampak seperti itu bisa bertambah," katanya.

Mantan akademisi ini juga dikenal sebagai pengacara yang vokal tentang pelonggaran agresif mengatakan, BOJ harus bersikap karena harga konsumen tidak naik dengan cukup cepat.

Penyataan tersebut membuat beberapa analis berspekulasi bahwa Wakatabe, yang bergabung dengan dewan direksi BOJ bulan lalu, bisa mengusulkan percepatan stimulus dalam beberapa bulan ke depan.

Meski begitu, Wakatabe mengatakan, pelonggaran BOJ saat ini telah membawa banyak keuntungan ke perekonomian, seperti menciptakan lapangan kerja. "Inflasi belum mencapai target kami di 2%, tetapi pertumbuhan harga berada pada tren yang meningkat," kata Wakatabe.

"Dengan sabar mempertahankan kebijakaan saat ini, kita bisa meningkatkan prediksi inflasi" yang akan mengarah ke kenaikan alami suku bunga dalam jangka panjang, katanya.

Di bawah kebijakan moneter longgar, BOJ menuntun suku bunga jangka pendek minus 0,1% dan imbal hasil obligasi pemerintah kurun waktu 10 tahun sekitar 0% lewat pembelian aset yang agresif.

Sementara inflasi tetap jauh dari target BOJ, banyak pembuat kebijakan BOJ yang mewaspadai percepatan stimulus karena peningkatan risiko dalam mempertahankan kebijakan terlalu longgar terlalu lama.

Hal tersebut berarti usulan apapun yang dibuat oleh Wakatabe untuk memperluas stimulus cenderung akan ditolak oleh dewan. Meskipun usulan itu dapat menggeser persepsi pasar, langkah BOJ selanjutnya akan mengurangi, bukannya meningkatkan, stimulus.
(hps) Next Article Guyur Stimulus, Bank of Japan Siap Beli Obligasi Rp 2.883 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular