Belanda Sudah, Kini Prancis Setop Liga! Liverpool Gimana...?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 April 2020 07:00
Neymar
Penyerang Paris St Germain Neymar Jr (REUTERS/Charles Platiau)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) telah memakan korban jiwa ratusan ribu manusia di seluruh dunia. Namun korban-korban virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini juga meluas ke seluruh sendi kehidupan.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, per 28 April 2020 jumlah pasien positif corona di seluruh dunia mencapai 2.954.22 orang. Sementara pasien meninggal tercatat 202.597 orang.


Penyebaran virus yang begitu cepat memaksa pemerintah untuk menghentikan berbagai aktivitas publik yang non-esensial. Salah satunya adalah sepakbola. Sejak bulan lalu, kompetisi sepakbola di berbagai negara dihentikan untuk sementara, termasuk di Eropa yang menjadi kiblat sepakbola dunia.

Belum ada kejelasan kapan the beautiful game kembali dimainkan. Ketidakjelasan ini membuat musim 2019/2020 menjadi penuh tanda tanya.

Belanda sudah menjawab tanda tanya itu. Federasi Sepakbola Kerajaan Belanda (KNVB) memutuskan kompetisi musim 2019/2020 dibatalkan.

Tidak cuma dibatalkan, tetapi juga diputihkan. Null and void, hilang dari catatan sejarah. Tidak ada juara, tidak ada yang terdegradasi.


Kini, Prancis juga sudah memberikan ketegasan. Noel Le Graet, Presiden Federasi Sepakbola Prancis (FFF), menyatakan bahwa musim 2019/2020 sudah selesai.

"Kami sudah memberi informasi kepada Dewan Eksekutif bahwa Ligue 1 dan Ligue 2 tidak akan dimulai. Liga Nasional tidak akan digulirkan, begitu pula dengan liga sepakbola perempuan D1. Empat kompetisi ini sudah berakhir untuk musim 2019/2020," ungkap Le Graet, seperti dkutip dari AFP.

Belum diputuskan apakah Ligue 1 juga tanpa pemenang seperti Eredivisie di Belanda. Masih ada kemungkinan klasemen terakhir sebelum kompetisi berhenti pada 13 Maret akan menjadi penentu. Jika ini yang diambil, maka Paris St Germain akan menjadi juara karena berada di posisi teratas dengan jarak 12 poin dari Marseille di peringkat 2.


Dua dari big five liga sepakbola Eropa sudah mengambil langkah. Sisanya, yaitu Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol, dan Serie A Italia masih memantau situasi dan kondisi.

Di Spanyol, ada kemungkinan La Liga akan kembali dilanjutkan meski di stadion kosong tanpa penonton. Potensi ini datang setelah pemerintah Spanyol mulai mempertimbangkan rencana untuk melonggarkan karantina wilayah (lockdown) dengan membuka kembali aktivitas masyarakat secara bertahap.


"Saya tidak mengerti mengapa bermain sepakbola di stadion tanpa penonton lebih berbahaya ketimbang bekerja di pabrik atau melaut. Jika sektor penting di perekonomian tidak bisa berjalan kembali, maka sektor itu lambat laun akan mati.

"Di Spanyol, sepakbola adalah motor penggerak ekonomi yang penting dan harus dimulai kembali. Kami sedang bekerja untuk memulai kembali sepakbola dengan cara yang bertanggung jawab sesuai protokol kesehatan sesegera mungkin," jelas Javier Tebas, Presiden La Liga, seperti dikutip dari BBC.

Namun pertanyaan yang masih sangat ditunggu jawabannya adalah kelangsungan Liga Primer. Liga sepakbola terpopuler di dunia ini belum menentukan sikap.

Sampai saat ini, Liga Primer masih berkomitmen untuk menyelesaikan musim 2019/2020. Aturan Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) memang mewajibkan kompetisi setiap musimnya harus berakhir paling lambat 1 Juni.

Namun kemudian FA memberi kelonggaran dengan menghapus batas waktu penyelesaian musim 2019/2020. Tenggat waktu penghentian sementara Liga Primer sampai saat ini adalah 30 April, yang bisa diperpanjang tergantung situasi.



[Gambas:Video CNBC]




Nasib Liga Primer menjadi menarik karena saat ini Liverpool sangat nyaman di puncak klasemen dengan jarak 25 poin dari sang runner-up Manchester City setelah 29 pertandingan. Musim 2019/2020 bisa menjadi akhir penantian Si Merah untuk kembali menjadi juara Inggris setelah 30 tahun, tinggal butuh dua kemenangan lagi untuk memastikan gelar tersebut.

Untuk saat ini, peluang untuk melanjutkan kompetisi musim 2019/2020 masih gelap. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menegaskan belum waktunya untuk melonggarkan karantina wilayah (lockdown) yang masih berlangsung hingga 7 Mei.

Johnson, yang baru pulih dari serangan virus corona, menyatakan bahwa saat ini Inggris masih dalam status siaga maksimal. Lockdown harus terus diterapkan untuk menghindari gelombang serangan kedua (second outbreak).

"Jika Anda bergerak terlalu cepat, maka virus akan kembali menyebar. Ibarat virus ini adalah seseorang yang ingin menyerang Anda, maka Anda harus melawan dengan keras dan memitingnya di tanah," kata Johnson, seperti diwartakan BBC.


Menghentikan Liga Primer di tengah jalan, apalagi kalau kemudian sampai null and void, akan membuat penantian Liverpool untuk menjadi juara menjadi lebih lama, paling tidak menjadi 31 tahun. Setidaknya ada dua alasan besar mengapa Liga Primer musim 2019/2020 sebaiknya tidak diputihkan.

Pertama, musim sudah berlangsung lebih dari 75%. Akan sangat tidak adil untuk menghapus perjuangan klub selama delapan bulan dari buku sejarah.

Robbie Savage, eks gelandang Leicester City yang kini beralih profesi menjadi pandit, menulis dalam kolom di Mirror bahwa memutihkan musim 2019/2020 sama saja dengan menghukum kesuksesan dan memberi hadiah untuk kegagalan. Sesuatu yang menyalahi prinsip sportivitas.

"Mengalahkan pandemi ini memang harus menjadi prioritas, sepakbola tidak bisa diperlakukan spesial. Namun untuk memutuskan bahwa musim ini null and void akan merusak buku sejarah.

"Ini bukan solusi terakhir, bahkan bukan solusi sama sekali. Saya yakin akan ada solusi yang adil bagi seluruh pihak," tulis Savage.

Kedua, pembatalan musim 2019/2020 akan membawa konsekuensi finansial yang tidak sedikit. Laporan The Athletic mengungkapkan Liga Primer harus membayar GBP 762 juta (Rp 14,67 triliun dengan kurs saat ini) kepada pemegang hak siar jika musim 2019/2020 tidak bisa dituntaskan.

Maklum, pemegang hak siar rela membayar mahal agar bisa menayangkan pertandingan Liga Primer. Mengutip BBC, Sky dan BT mengeluarkan duit sampai GBP 3 miliar (Rp 57,73 triliun) untuk menyiarkan laga Liga Primer sampai 2022.

Baca: Selamat Datang, Liga Termahal Dunia!


T
IM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular