Isu Lippo Hengkang dari OVO & Masa Depan Unicorn Bakar Uang

Roy Franedya, CNBC Indonesia
15 November 2019 06:51
Isu Lippo Hengkang dari OVO & Masa Depan Unicorn Bakar Uang
Foto: Pedagang menjajakan dagangannya dengan sistem pembayaran cashless di Pasar PSPT Tebet Jakarta Selatan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah rumor panas sedang menghinggapi OVO. Lippo Group dikabarkan akan hengkang atau mundur dari startup dompet digital ini. OVO adalah penantang utama GoPay di pasar e-wallet.

Sumber CNBC Indonesia membisikkan Lippo Group berniat hengkang karena tak kuat memasok dana untuk mendukung aksi bakar uang dengan layanan gratis, diskon dan cashback. Dalam dua tahun terakhir OVO disebut agresif bakar uang investor.




"Lippo Group berencana cabut dari OVO. Tiap bulan OVO menghabiskan US$50 juta (Rp 700 miliar)," ujar sumber tersebut seperti dikutip Kamis (14/11/2019).

Namun isu hengkangnya Lippo Group dibantah langsung oleh John Riady, putra James Riady CEO Lippo Group, yang kini menduduki posisi sebagai CEO Lippo Karawaci.

"Tidak benar" ujarnya singkat kepada CNBC Indonesia.

Informasi ini juga dibantah oleh CEO OVO Karaniya Dharmasaputra. Menurutnya, pada awalnya, OVO didirikan, dirintis, dan dikembangkan oleh Lippo Group. Saat ini pemegang saham OVO sudah sangat beragam.

Seiring pertumbuhan OVO yang sangat pesat hanya dalam waktu dua tahun ini. OVO saat ini merupakan perusahaan iindependen yang dikelola oleh manajemen profesional.

"Soal rumor itu, saya malah beberapa waktu lalu baru saja ketemu dan ngobrol panjang dengan Pak John Riady, soal pengembangan OVO ke depan. Kepada saya, Beliau banyak memberikan masukan dan selama ini sangat suportif terhadap berbagai upaya pengembangan bisnis OVO," ujarnya.

Karaniya menambahkan ia tidak bisa memaparkan soal biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk dana promosi dan operasional.


"Tapi mohon dicatat bahwa OVO punya roadmap yang jelas untuk menuju profitabilitas, sebagai sebuah entitas bisnis yang sustainable. Kami baru berusia dua tahun, dan sedang dalam tahap edukasi dan pengembangan pangsa pasar," jelas Karaniya.

"Ini penting, karena e-money masih berada di level infancy di Indonesia pada saat ini, dan akan terus berkembang dengan teramat pesat dalam 1-2 tahun ke depan," jelasnya.

OVO adalah dompet digital miliki PT Visionet International. Lippo Group merupakan pemegang saham utama perusahaan. OVO awalnya merupakan aplikasi untuk mengelola reward point belanja di jaringan ritel milik Lippo Group.

Simak video kata Lippo Group soal rencana tinggalkan OVO di bawah ini:

[Gambas:Video CNBC]



Bakar uang merupakan strategi utama startup unicorn di tanah air untuk memperbesar dan mempertahankan bisnis dan pengguna. Mereka rela memberikan banyak diskon dan cashback serta menderita kerugian cukup besar demi memanjakan pengguna. Mereka menggunakan hal ini dengan duit investor.

Namun beberapa unicorn tampaknya berencana mengurangi bakar uang dan mulai merubah fokus dari mengejar pertumbuhan perusahaan ke mengejar keuntungan (profit). Salah satunya, startup unicorn Bukalapak.

Untuk memulai langkah ini Bukalapak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 100 karyawannya. Chief Strategy Officer Bukalapak Teddy Oetomo mengatakan PHK ratusan karyawan tidak ada hubungannya dengan kinerja perusahaan. Tetapi kesulitan pendanaan dari startup AS seperti Uber, Lyft dan WeWork jadi 'perhitungan' dalam keputusan petinggi perusahaan.

"Fokus kami bukan lagi pertumbuhan tetapi membangun perusahaan yang berkelanjutan," ujar Teddy Oetomo seperti dikutip dari Nikkei Asia Review. "Kami sudah terlalu naif. ... pada beberapa area [bisnis] kami bekerja terlalu keras."


Teddy Oetomo mengatakan Bukalapak memiliki modal yang cukup untuk membawa EBITDA ke positif. Bahkan menargetkan bisa mencetak profitabilitas secepat mungkin dan berharap tidak melakukan PHK lagi. "Secara potensial, akan ada waktu - saya tidak tahu kapan - uang murah itu mungkin berhenti mengalir," katanya. "Kami tidak bisa mengendalikan itu."

Tokopedia juga kini berubah haluan. Setelah 10 tahun merugi, manajemen mengincar mencetak laba tahun depan.

"Secara komitmen tahun depan kita sudah profitable. Menghadapi persaingan apapun ayo. Strateginya tahun depan harus profit," William seperti dikutip dari CNNIndonesia, Kamis (14/11/2019).

William menekankan, persaingan yang harus dilakukan yakni dengan inovasi. Bukan hanya dengan bakar uang.

"Beberapa tahun lalu dengan lebih kecil kita berhadapan dengan eBay dan Rakuten. Kini kita punya uang lebih tapi persaingan sekarang berhadapan dengan Amazon yang punya modal setara ekonomi Indonesia. Jadi Tidak pernah ada habisnya kalau kita melakukan persaingan uang. Tapi harus dengan persaingan inovasi," jelasnya.



Meski strategi bakar uang mulai dikritik, para startup unicorn Indonesia masih tetap mendapat sokongan dana dari para investor. Terbukti dari suntikan dana yang mereka dapatkan dari aksi putaran pendanaan yang dilakukan.

Pada tahun ini, startup unicorn ride-hailing Indonesia, Gojek sedang melakukan penggalangan dana Seri F. Bloomberg News melaporkan Gojek mengincar dana hingga US$2 miliar untuk mengembangkan GoPay dan GoFood.

Pada Februari 2019, kelompok investor yang dipimpin Tencent menyuntikkan dana hingga US$1 miliar ke Gojek. Selanjut beberapa investor kembali mengelontorkan dana ke Gojek seperti Astra International, Visa Inc, Siam Commercial Bank Plc, Mitsubishi Motors Corp, Mitsubishi Corp dan Mitsubishi UFJ Lease & Finance Co.

Tokopedia tidak menggelar putaran pendanaan untuk mengumpulkan dana dari investor, namun investor utamanya SoftBank sudah menyatakan kesiapannya menyuntikkan dana untuk mendukung ekspansi Tokopedia.


Komitmen ini diutarakan CEO SoftBank Masayoshi Son ketika berkunjung ke Indonesia pada Juli Lalu. Masayoshi Son mengungkapkan, aliran investasi untuk Tokopedia akan digunakan untuk membantu pengembangan bisnis Tokopedia ke depan. 

"Tokopedia sangat penting. Kamu akan meningkatkan investasi kami ke Tokopedia untuk membantu agar tumbuh," kata Masayoshi Son di kompleks ke presiden, Jakarta, Senin (29/7/2019).

Unicorn e-commerce lainnya Bukalapak baru saja mendapatkan suntikan dana sekelompok investor yang dipimpin Shinhan Financial Group Co Ltd. Tidak disebutkan berapa suntikan dananya tetapi dana segar ini membuat valuasi perusahaan naik jadi US$ 2,5 miliar (Rp 35 triliun).

Namun sebelum suntikan dana ini, Bukalapak melakukan efisiensi dengan pengurangan karyawan (PHK). Manajemen Bukalapak beralasan PHK ini untuk membuat Bukalapak menjadi unicorn pertama yang berhasil mencetak laba di Indonesia.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular