
Kurangi Bakar Uang, OVO Klaim Pangkas 50% Ongkos Marketing
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
11 December 2019 18:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Fintech pembayaran, PT Visionet International atau OVO kini sudah tidak lagi jor-joran membakar uang sebagai strategi marketing. OVO menyatakan telah memangkas sekitar 50% dari total bujet marketing tahun ini.
Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra memaparkan, strategi marketing dengan membakar uang melalui berbagai promo dan cashback yang sangat agresif dalam dalam dua tahun terakhir untuk menjangkau penggunanya.
Meski demikian, dalam dua tahun didirikan, OVO masih merugi karena masih melakukan edukasi pasar, namun hal ini, kata Karaniya terbukti cukup berhasil. Pelbagai strategi yang OVO terapkan dapat merengkuh 115 juta pengguna. Demografi penggunanya juga cukup beragam, mulai dari kalangan generasi milenial hingga usia 40-tahun.
Menariknya, meski memangkas anggaran promosi, jumlah transaksi tahunan OVO tak berkurang, justru meningkat 28 kali lipat dan jumlah transaksi aktif setiop bulan naik 12 kali lipat setelah OVO menggandeng platform e-commerce bekerja sama.
"Kami punya marketing budget yang besar. Jadi cukup agresif. Terus terang, setahun ini kami potong bujet marketing 50%. Dengan potong itu apakah kemudian volume turun? ternyata tidak," kata Karaniya di Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Dia berharap, perseroan dengan jumlah konsumen yang besar ini akan jadi modal penting bagi OVO untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan ke depannya.
Pasalnya, mengacu dari riset dari Morgan Stanley pada 2027 diperkirakan tatal transaksi yang berbasis ekonomi digital diproyeksikan bakal menyentuh US$ 50 miliar atau Rp 700 triliun. Nilai itu akan ditopang dari fintech, digital wallet dan uang elektronik (e-money).
Hal ini sejalan dengan rencana bisnis OVO untuk terus menjangkau masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan (unbankable).
"Bujet kan terus kami kurangi. Masyarakat sudah ngerti dan nyaman gunakan layanan fintech," imbuh Karaniya.
(roy/roy) Next Article Bakar Uang US$50 Juta/Bulan, OVO Ditinggal Lippo Group?
Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra memaparkan, strategi marketing dengan membakar uang melalui berbagai promo dan cashback yang sangat agresif dalam dalam dua tahun terakhir untuk menjangkau penggunanya.
Meski demikian, dalam dua tahun didirikan, OVO masih merugi karena masih melakukan edukasi pasar, namun hal ini, kata Karaniya terbukti cukup berhasil. Pelbagai strategi yang OVO terapkan dapat merengkuh 115 juta pengguna. Demografi penggunanya juga cukup beragam, mulai dari kalangan generasi milenial hingga usia 40-tahun.
"Kami punya marketing budget yang besar. Jadi cukup agresif. Terus terang, setahun ini kami potong bujet marketing 50%. Dengan potong itu apakah kemudian volume turun? ternyata tidak," kata Karaniya di Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Dia berharap, perseroan dengan jumlah konsumen yang besar ini akan jadi modal penting bagi OVO untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan ke depannya.
Pasalnya, mengacu dari riset dari Morgan Stanley pada 2027 diperkirakan tatal transaksi yang berbasis ekonomi digital diproyeksikan bakal menyentuh US$ 50 miliar atau Rp 700 triliun. Nilai itu akan ditopang dari fintech, digital wallet dan uang elektronik (e-money).
Hal ini sejalan dengan rencana bisnis OVO untuk terus menjangkau masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan (unbankable).
"Bujet kan terus kami kurangi. Masyarakat sudah ngerti dan nyaman gunakan layanan fintech," imbuh Karaniya.
(roy/roy) Next Article Bakar Uang US$50 Juta/Bulan, OVO Ditinggal Lippo Group?
Most Popular