
Nasib Ribuan Cabang BCA yang Mulai Ditinggal Nasabah
Redaksi, CNBC Indonesia
08 November 2019 06:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Mobile banking dan internet banking membuat transaksi keuangan lebih mudah. Tak perlu lagi ke kantor cabang bank, cukup dengan klik di laptop atau ponsel.
Perubahan cara bertransaksi ini telah berimbas kepada jumlah nasabah yang berkunjung ke kantor cabang. Hal ini pun dialami oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pada 2007 sebanyak 71% nasabah bertransaksi melalui ATM, 17% di cabang dan sisanya mobile banking. Namun sekarang 75% nasabah bertransaksi menggunakan mobile banking dan internet banking, 23% melalui ATM.
"Cabang yang tadinya 17% sekarang 1,8%," ujar Jahja di Jakarta, seperti dikutip Kamis (7/11/2019).
Dengan turunnya jumlah nasabah ke kantor cabang, akankah kantor cabang punah? Ternyata tidak. Yahja mengungkapkan dari sisi transaksi di cabang masih mencapai 50%.
"Artinya eksistensi cabang masih dibutuhkan untuk mengelola uang tunai, kliring, cek dan lainnya," terang Jahja.
Mengutip situs BCA, hingga September 2019, cabang BCA mencapai 1.246 kantor. Pada 2018, jumlah cabang BCA mencapai 1.249 kantor. Artinya cabang bank berkurang tiga kantor.
Namun bila dibandingkan dengan tahun sebelum-sebelumnya, BCA terus menambahkan kantor cabangnya. Dari 2017 hingga 2018 bertambah 14 kantor. Hingga September 2019, BCA melayani hampir 21 juta rekening nasabah.
Jahja menambahkan jika pola transaksi ritel beralih ke digital, dalam bisnis bank lain cabang masih dibutuhkan. Terutama pada bisnis korporasi, komersial hingga KPR.
"Tapi kalau bisnis perbankan saya yakin bisnis korporasi, komersial, UKM dan konsumer loan KPR dan KKB masih tetap butuh konvensional hanya proses di bank akan sangat cepat. Lalu dengan korporasi ada sistem layanan sendiri dan kalau bisa connect, kita bisa layani dengan baik," jelasnya.
Simak video Bos BCA bicara soal nasib cabang bank di bawah ini:
(roy/roy) Next Article Bos BCA: Nasabah Transaksi di Cabang Tinggal 1,8%
Perubahan cara bertransaksi ini telah berimbas kepada jumlah nasabah yang berkunjung ke kantor cabang. Hal ini pun dialami oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pada 2007 sebanyak 71% nasabah bertransaksi melalui ATM, 17% di cabang dan sisanya mobile banking. Namun sekarang 75% nasabah bertransaksi menggunakan mobile banking dan internet banking, 23% melalui ATM.
![]() |
Dengan turunnya jumlah nasabah ke kantor cabang, akankah kantor cabang punah? Ternyata tidak. Yahja mengungkapkan dari sisi transaksi di cabang masih mencapai 50%.
"Artinya eksistensi cabang masih dibutuhkan untuk mengelola uang tunai, kliring, cek dan lainnya," terang Jahja.
Mengutip situs BCA, hingga September 2019, cabang BCA mencapai 1.246 kantor. Pada 2018, jumlah cabang BCA mencapai 1.249 kantor. Artinya cabang bank berkurang tiga kantor.
Namun bila dibandingkan dengan tahun sebelum-sebelumnya, BCA terus menambahkan kantor cabangnya. Dari 2017 hingga 2018 bertambah 14 kantor. Hingga September 2019, BCA melayani hampir 21 juta rekening nasabah.
Jahja menambahkan jika pola transaksi ritel beralih ke digital, dalam bisnis bank lain cabang masih dibutuhkan. Terutama pada bisnis korporasi, komersial hingga KPR.
"Tapi kalau bisnis perbankan saya yakin bisnis korporasi, komersial, UKM dan konsumer loan KPR dan KKB masih tetap butuh konvensional hanya proses di bank akan sangat cepat. Lalu dengan korporasi ada sistem layanan sendiri dan kalau bisa connect, kita bisa layani dengan baik," jelasnya.
Simak video Bos BCA bicara soal nasib cabang bank di bawah ini:
(roy/roy) Next Article Bos BCA: Nasabah Transaksi di Cabang Tinggal 1,8%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular