
Riset: Staf Huawei Punya Hubungan dengan Intelijen China
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 July 2019 16:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa staff Huawei Technologies ditengarai memiliki hubungan khusus dengan badan intelijen China. Analisis ini diperoleh setelah menelaah beberapa curiculum vitae (CV) karyawan. Hal ini bertentangan dengan penjelasan perusahaan.
Makalah yang membahas mengenai rekam jejak pekerja Huawei menyimpulkan "pejabat kunci level menengah teknis memiliki latar belakang yang kuat dalam pekerjaan yang terkait erat dengan pengumpulan intelijen dan kegiatan militer."
Beberapa karyawan dapat dikaitkan "dengan contoh spesifik peretasan atau spionase industri yang dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan Barat," kata penelitian itu, seperti dikutip dari CNBC International, Senin (8/7/2019).
Riset ini dapat meningkatkan kekhawatiran di antara pemerintah yang sedang menganalisis tuduhan bahwa Huawei memiliki risiko keamanan nasional. Beberapa negara telah mengkhawatirkan bahwa Huawei dapat memasang alat mata-mata (backdoors) dalam peralatan jaringan telekomunikasi yang akan memungkinkan pemerintah China untuk mengakses data pengguna. Huawei berulang kali membantah melakukan kegiatan seperti itu.
Penelitian yang dilakukan oleh Christopher Balding, seorang profesor di Universitas Fulbright Vietnam, dan think tank Henry Jackson Society yang berbasis di London, melihat melalui CV karyawan Huawei yang bocor secara online dari database dan situs web yang dijalankan oleh perusahaan rekrutmen.
Salah satu CV mengungkapkan seseorang secara bersamaan memegang posisi di Huawei, dan mengajar dan melakukan penelitian di universitas militer di mana mereka dipekerjakan oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Christopher Balding menautkan karyawan itu ke bagian dalam PLA yang bertanggung jawab atas ruang militer, cyber, dan kemampuan perang elektronik.
"Bukti tidak langsung muncul cukup kuat untuk mendukung kekhawatiran yang sah tentang hubungan antara Huawei, PLA, dan kekhawatiran tentang mata-mata oleh intelijen," kata Christopher Balding dalam penelitiannya.
CV lain menunjukkan bahwa seorang individu yang bekerja di Huawei merupakan perwakilan dari entitas pemerintah yang bertanggung jawab atas kegiatan spionase dan kontra intelijen. Individu itu "terlibat dalam perilaku yang menggambarkan penanaman teknologi atau perangkat lunak pengambilan informasi pada produk Huawei," menurut penelitian.
Peneliti menduga bahwa orang ini mungkin telah terlibat dalam insiden yang melibatkan operator Eropa Vodafone, yang mana di dalam perangkat lunaknya ditemukan backdoors yang bisa memberi Huawei akses ke jaringan telepon tetap di Italia. Bloomberg melaporkan berita itu pada bulan April, mengutip dokumen keamanan yang dilihatnya yang bertanggal dari 2009 hingga 2011.
Christopher Balding, dalam penjelasannya melalui email kepada CNBC International, mengatakan dia belum melihat kata "backdoors" di CV tetapi ada "kekayaan terminologi teknis lainnya yang menunjukkan pola jenis perilaku umum ini sedang terjadi."
"Saya tidak memiliki bukti bahwa negara China telah secara langsung memerintahkan seorang karyawan Huawei untuk melakukan tindakan spionase atau perilaku serupa. Saya mengatakan itu hanya karena saya tidak memiliki rekaman audio yang berisi perintah atau email yang menunjukkan perintah tersebut," kata Christopher Balding.
"Namun, saya dapat mengatakan CV juga menjelaskan tentang perilaku seperti intersepsi informasi dan kami tahu contoh di mana seorang karyawan Huawei memegang posisi ganda dalam Angkatan Dukungan Strategis PLA yang mengawasi perang elektronik dan unit perang non-tradisional serupa. Jadi saya tidak bisa mengatakan itu sudah diperintahkan, tetapi kesimpulan posisi dan perilaku yang mereka sebutkan pada CV mereka nampaknya mengindikasikan mereka memang terlibat dalam tindakan ini."
Simak video soal Huawei di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
Makalah yang membahas mengenai rekam jejak pekerja Huawei menyimpulkan "pejabat kunci level menengah teknis memiliki latar belakang yang kuat dalam pekerjaan yang terkait erat dengan pengumpulan intelijen dan kegiatan militer."
Beberapa karyawan dapat dikaitkan "dengan contoh spesifik peretasan atau spionase industri yang dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan Barat," kata penelitian itu, seperti dikutip dari CNBC International, Senin (8/7/2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Christopher Balding, seorang profesor di Universitas Fulbright Vietnam, dan think tank Henry Jackson Society yang berbasis di London, melihat melalui CV karyawan Huawei yang bocor secara online dari database dan situs web yang dijalankan oleh perusahaan rekrutmen.
Salah satu CV mengungkapkan seseorang secara bersamaan memegang posisi di Huawei, dan mengajar dan melakukan penelitian di universitas militer di mana mereka dipekerjakan oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Christopher Balding menautkan karyawan itu ke bagian dalam PLA yang bertanggung jawab atas ruang militer, cyber, dan kemampuan perang elektronik.
![]() |
"Bukti tidak langsung muncul cukup kuat untuk mendukung kekhawatiran yang sah tentang hubungan antara Huawei, PLA, dan kekhawatiran tentang mata-mata oleh intelijen," kata Christopher Balding dalam penelitiannya.
CV lain menunjukkan bahwa seorang individu yang bekerja di Huawei merupakan perwakilan dari entitas pemerintah yang bertanggung jawab atas kegiatan spionase dan kontra intelijen. Individu itu "terlibat dalam perilaku yang menggambarkan penanaman teknologi atau perangkat lunak pengambilan informasi pada produk Huawei," menurut penelitian.
Peneliti menduga bahwa orang ini mungkin telah terlibat dalam insiden yang melibatkan operator Eropa Vodafone, yang mana di dalam perangkat lunaknya ditemukan backdoors yang bisa memberi Huawei akses ke jaringan telepon tetap di Italia. Bloomberg melaporkan berita itu pada bulan April, mengutip dokumen keamanan yang dilihatnya yang bertanggal dari 2009 hingga 2011.
Christopher Balding, dalam penjelasannya melalui email kepada CNBC International, mengatakan dia belum melihat kata "backdoors" di CV tetapi ada "kekayaan terminologi teknis lainnya yang menunjukkan pola jenis perilaku umum ini sedang terjadi."
"Saya tidak memiliki bukti bahwa negara China telah secara langsung memerintahkan seorang karyawan Huawei untuk melakukan tindakan spionase atau perilaku serupa. Saya mengatakan itu hanya karena saya tidak memiliki rekaman audio yang berisi perintah atau email yang menunjukkan perintah tersebut," kata Christopher Balding.
"Namun, saya dapat mengatakan CV juga menjelaskan tentang perilaku seperti intersepsi informasi dan kami tahu contoh di mana seorang karyawan Huawei memegang posisi ganda dalam Angkatan Dukungan Strategis PLA yang mengawasi perang elektronik dan unit perang non-tradisional serupa. Jadi saya tidak bisa mengatakan itu sudah diperintahkan, tetapi kesimpulan posisi dan perilaku yang mereka sebutkan pada CV mereka nampaknya mengindikasikan mereka memang terlibat dalam tindakan ini."
Simak video soal Huawei di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
Next Page
Tanggapan Huawei
Pages
Most Popular