Newsletter

Wall Street Ambruk, Awas IHSG Terperosok Hari Ini!

Maesaroh, CNBC Indonesia
18 August 2022 06:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia -Mayoritas pasar keuangan Indonesia mencatatkan kinerja yang mengecewakan pada perdagangan terakhir, Selasa (16/8/2022). Jokowi effect hanya mampu membangkitkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebaliknya, nilai tukar rupiah Surat Berharga Negara (SBN) justru berkutat di zona merah.

Pasar keuangan Indonesia libur kemarin untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI.

Pada perdagangan Selasa, IHSG ditutup menguat 40,18 poin atau 0,57% ke posisi 7.133,54. Penguatan IHSG merupakan pembalikan dari yang terjadi pada Senin di mana IHSG melemah 0,5%.

IHSG sempat melemah ke zona merah pada awal perdagangan sesi II pada Selasa. Namun, setelah itu IHSG rebound dan berakhir di zona hijau.

Nilai transaksi pada perdagangan pada Selasa mecapai Rp 13,4 triliun dengan melibatkan 26,5 miliaran saham. Sebanyak 191 saham menguat, 335 saham melemah, dan 163 saham lainnya stagnan.



Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 929,92 miliar di semua pasar, termasuk di pasar regular sebesar Rp 818,33 miliar. Jumlah net buy jauh lebih besar dibandingkan yang tercatat pada Senin, yakni Rp 209,17 miliar.

Saham yang menguat taham di antaranya GoTo Gojek Tokopedia (10,2%), Sumber Alfaria Trijaya (6,6%), dan Astra International (1,5%).

Kenaikan saham-saham tersebut mencerminkan sentimen positif terhadap pidato Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, serta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023 yang diajukan pemerintah.

"IHSG menguat ditopang oleh outlook positif dari pidato Presiden Jokowi dan RAPBN," tutur ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro, dalam OCE Market Blast: Closing Updates.

Seperti diketahui, Presiden Jokowi menyampaikan pidato pengantar Nota Keuangan dan RAPBN 2023, pada Selasa (16/8/2022).

Pada RAPBN 2023, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%, inflasi sebesar 3,3% dan nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.750/US$.

Defisit anggaran diajukan sebesar Rp 598,2 triliun atau 2,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Penerimaan ditargetkan sebesar Rp 2.443,6 triliun sementara belanja sebesar Rp 3.041,7 triliun, termasuk untuk anggaran subsidi dan kompensasi energi sebesar Rp 336,7 triliun.

"RAPBN 2023 cenderung optimis terindikasi dari pertumbuhan ekonomi. Jika dilihat postur RAPBN 2023 juga cenderung optimis dan sekaligus realistis dimana penerimaan pajak diperkirakan tumbuh 4,8% dengan mempertimbangkan pertumbuhan PDB," tutur ekonom Bank Permata Josua Pardede, kepada CNBC Indonesia.

Sementara itu, mayoritas bursa Asia ditutup di zona hijau pada perdagangan kemarin, Rabu (18/8/2022). Sentimen positif terutama datang dari China.

Indeks Nikkei Jepang menembus level psikologis 29.000. Indeks ditutup menguat 1,23% ke posisi 29.222,77. Ini Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak tujuh bulan terakhir.

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 0,46% ke posisi 19.922,45, Shanghai Composite China naik 0,45% ke 3.292,53 dan Straits Times Singapura naik 0,28% ke 3.262,76.

Bursa Australia ASX 200 juga menguat 0,31% ke 7.127,7. Namun, bursa Korea KR KOSPI ditutup melemah 0,67% ke 2,516,47.

Menguatnya bursa China disebabkan oleh komitmen Beijing untuk mendukung pemulihan ekonomi dengan meningkatkan konsumsi, ekspor, serta investasi.

Perdana Menteri China Li Keqiang, Selasa (17/8/2022), meminta kepada pejabat di enam provinsi- Guangdong, Jiangsu, Zhejiang, Shandong, Henan, dan Sichuan - untuk mengambil langkah nyata dalam mempercepat pemulihan ekonomi, termasuk dengan meningkatkan konsumsi.

"Konsolidasi untuk memperkuat pemulihan ekonomi harus diperkuat dan dilakukan segera," tutur Li, seperti dikutip dari Reuters.



Berbeda dengan IHSG, pelaku pasar currency dan SBN menyambut dingin pidato Presiden Jokowi.

Rupiah bahkan melemah dua hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (16/8/2022). Kembali munculnya isu resesi global membuat dolar AS yang menyandang status safe haven diuntungkan. Selain itu, isu kenaikan harga Pertalite juga memberikan tekanan bagi rupiah.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka pada Selasa kemarin, rupiah langsung melemah 0,24% ke Rp 14.770/US$. Depresiasi kemudian bertambah menjadi 0,27% ke Rp 14.780/US$.
Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.765/US$, melemah 0,17% di pasar spot.

Sementara itu, mayoritas mata uang di Asia bertekul lutut di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (17/8/2022.

Melansir Refinitiv, yuan China menjadi mata uang terbaik di Asia, di mana berhasil melibas dolar AS sebanyak 0,12%.

Sementara itu dolar Hong Kong melemah 0,02%, dolar Singapura melemah 0,36%, won Korea melemah 0,43%, baht Thailand terkoreksi 0,25% dan ringgit Malaysia terkoreksi 0,04%.

Pelemahan mata uang di Asia dipicu oleh menguatnya dolar AS. Indeks Dollar menguat ke 106,66 pada penutupan perdagangan kemarin, atau tertinggi sejak 27 Juli 2022.

Di pasar SBN, harga mayoritas SBN ditutup melemah pada perdagangan Selasa (16/8/2022), di tengah menguatnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.

Mayoritas investor melepas SBN ditandai dengan naiknya yield. Hanya SBN tenor 3 dan 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.

Melansir data dari Refinitiv, SBN bertenor 3 tahun turun 1 basis poin (bp) ke posisi 6,087%. Sedangkan yield bertenor 25 tahun turun tipis 0,1 bp ke 7,568%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menguat 1,9 bp ke posisi 7,068%.

Kondisi pasar sekunder berbanding terbalik dengan pasar primer. Pada lelang Surat Utang Negara, Selasa (17/8/2022), pemerintah menerima penawaran sebanyak Rp 72,16 triliun.

Jumlah tersebut adalah yang tertinggi ke empat sepanjang 2022. Nilai tersebut juga yang menjadi yang tertinggi sejak 15 Februari atau dalam lima bulan terakhir.

Dari jumlah penawaran yang masuk, pemerintah menyerap utang sebesar Rp 21,65 triliun, tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Pada lelang hari ini, penawaran yang datang dari investor asing mencapai Rp 16,79 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut melonjak hampir tiga kali lipat dibandingkan lelang sebelumnya.


 



Bergeser ke Paman Sam, tiga bursa utama Amerika Serikat kompak memerah dan mengakhiri tren positif yang berlangsung lima hari sebelumnya. Indeks juga bergerak sangat volatile setelah keluarnya risalah pertemuan the Federal Open Market Committee (FOMC).

Pada perdagangan kemarin, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 171,69 poin tatau 0,5% ke posisi 33.980,32.

 Indeks S&P 500 turun 31,16 poin atau 0,72% ke 4.274,04 sementara itu indeks Nasdaq Composite amblas 164,43 poin atau 1,25% ke posisi 12.938,12.

Market bereaksi negatif karena risalah FOMC memberi sinyal bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) tidak akan menurunkan kebijakan agresifnya.

Risalah tersebut juga menunjukkan jika pejabat The Fed belum melihat sinyal kuat dari pelemahan inflasi meskipun inflasi sudah melandai ke 8,5% (year on year/yoy) pada Juli, dari 9,1% (Juni).

"Partisipan (FOMC) sepakat hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan jika tekanan inflasi mereda. Inflasi harus direspon dengan pengetatan moneter. Partisipan berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke target sasaran di kisaran 2%," tulis risalah FOMC.

Dalam risalah yang keluar pada Kamis dini hari waktu Indonesia, the Fed tidak memberi petunjuk khusus berapa mereka akan menaikkan suku bunga dalam pertemuan September mendatang. The Fed hanya mengatakan jika mereka akan tetap  memonitor dengan dekat data-data ekonomi sebelum membuat kebijakan.


Pelaku pasar pun kemudian berekspektasi jika The Fed akan membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk menekan inflasi, Artinya, kenaikan suku bunga agresif masih sangat mungkin terjadi.

Pelaku pasar kini memperkirakan the Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada September meskipun kenaikan sebesar 75 bps juga masih terbuka.

Sebagai catatan, the Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 bps menjadi  2,25% hingga 2,5% sepanjang tahun ini.

"Kebijakan the Fed masih akan hawkish. Ada kemungkinan mereka akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada September. Namun, kenaikan sebesar 75 bps juga sangat terbuka," tutur ekonom Spartan Capital Securities Peter Cardillo, kepada Reuters.

Semula, pasar berkekspektasi the Fed akan menurunkan sikap hawkishnya, terutama setelah data inflasi AS menunjukan perbaikan. Selain inflasi, kepercayaan konsumen AS juga sudah merangkak naik.

Namun, data penjualan yang dirilis Rabu (17/8/2022) menunjukkan penjualan ritel bergerak flat pada Juli.

Berdasarkan data yang dirilis Bureau of Labor Statistics, penjualan ritel Amerika Serikat (AS) tercatat flat akibat penurunan harga bensin. Data tersebut di bawah ekspektasi survei Dow Jones yang berekspektasi nai 0,1%.
Flatnya data penjualan ritel disebabkan turunnya penjualan bahan bakar di SPBU, penjualan kendaraan bermotor dan dealer suku cadang, dan penjualan baju di department store.

Namun, terjadi peningkatan 2,7% dalam penjualan online dan kenaikan 1,5% di toko lain-lain.

"Tidak heran jika bursa AS turun. Sebelum ini, ekspektasi melandainya kebijakan the Fed telah meningkatkan optimisme pasar dan membuat saham naik. Kini dengan kenyataan the Fed masih agresif, maka rally berakhir," tutur Chris Larkin, managing director E-Trade Financial, seperti dikutip dari CNBC International.

Larkin mengingatkan volatilitas belum akan berakhir dalam waktu dekat. Menurutnya, apa yang terjadi pada hari ini baru menjadi permulaan.

Ambruknya bursa saham AS dan kebijakan the Fed yang masih agresif diperkirakan akan berimbas kepada pergerakan IHSG hari ini.

CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya memperkirakan dalam jangka pendek IHSG akan terkoreksi secara minor.

"Untuk jangka pendek, terdapat  peluang untuk terjadi  koreksi minor, hari ini IHSG berpotensi dalam tekanan yang bersifat terbatas. IHSG akan bergerak pada kisaran 7002 - 7223," tutur William, dalam analisisnya. 

Risalah pertemuan FOMC menunjukkan bahwa pejabat bank sentral AS belum yakin dengan tanda-tanda pelemahan inflasi. Pelaku pasar pun berekspektasi jika the Fed masih akan hawkish.

Sebagai catatan, bursa saham AS dan IHSG sempat amblas pada Juli lalu setelah the Fed melanjutkan kebijakan agresifnya dengan  menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps.
 
Kabar tidak menggemberikan lain dari AS adalah data penjualan ritel AS yang tercatat flat.
Hari ini. Amerika Serikat akan mengeluarkan data penjualan rumah existing untuk Juli dan data klaim pengangguran untuk satu pekan yang berakhir pada 13 Agustus 2022.

Klaim pengangguran naik 14.000 menjadi 262.000 pada dua pekan lalu atau  satu pekan yang berakhir pada 6 Agustus 2022.

Sementara itu, penjualan rumah existing juga turun 5,4% (yoy) menjadi 5,12 juta rumah pada Juni, terendah sejak Juni 2020. Penjualan rumah existing di AS sudah melandai dalam lima bulan beruntun.

Namun, kabar positif dari China dan dalam negeri diharapkan bisa menyuntik optimisme pasar di tengah lesunya kabar dari AS.

Pemerintah China pada Selasa kemarin menyatakan komitmennya untuk mengambil langkah nyata dalam mempercepat pemulihan ekonomi, termasuk dengan meningkatkan konsumsi dan investasi.

 

Komitmen pemerintah China datang sehari setelah bank sentral China secara tak terduga memangkas suku bunga utama untuk kedua kalinya tahun ini dan menarik sejumlah uang tunai dari sistem perbankan pada Senin (15/8/2022). Hal itu dilakukan untuk menghidupkan lagi permintaan kredit guna menopang ekonomi yang belum pulih sepenuhnya dari pandemi Covid-19.

Ekonomi China anjlok dan hanya tumbuh 0,4% (yoy) pada kuartal II-2022, dari 4,8% pada kuartal I-2022.

China merupakan mitra dagang terbesar bagi Indonesia dan salah satu investor terbesar di Tanah Air. Komitmen China untuk mempercepat pemulihan ekonomi diharapkan bisa meningkatkan permintaan impor mereka dari Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS), ekkspor non-migas Indonesia ke China sudah turun 1,27% pada Juli dibandingkan bulan sebelumnya.

Dari dalam negeri, sentiment positif masih datang dari RAPBN 2023. Target pertumbuhan sebesar 5,3% dan masih tingginya belanja untuk subsidi serta bantuan sosial diharapkan bisa membantu kinerja perusahaan berbasis consumer goods, otomotif, hingga perbankan.

Berikut agenda dan rilis ekonomi hari ini

Bank Indonesia akan meluncurkan Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022. Turut hadir Gubernur BI Perry Warjiyo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani (07:45 WIB)

Presiden Joko Widodo, Gubernur BI Perry Warjiyo, dan sejumlah menteri akan menghadiri Rakornas Pengendalian Inflasi 2022 (09:30 WIB)

Amerika Serikat akan mengumumkan data klaim pengangguran untuk 8-13 Agustus (19: 30 WIB)

Amerika Serikat akan mengumumkan data penjualan existing home untuk Juli (21: 30 WIB

 Agenda korporasi:

Tanggal akhir perdagangan hmetd PT Asuransi Harta Aman Pratama  (AHAP)

Tanggal DPS Dividen Tunai Interim Indika Energy (INDY)

Tanggal cum Dividen Tunai Interim PT Medco Energi Internasional (MEDC)


Pemberitahuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Rencana Reliance Sekuritas Indonesia (RELI) pukul 10:00 WIB

Pemberitahuan RUPS Rencana PT Indosat  (ISAT) dilanjutkan dengan paparan kinerha Indosat pukul 13:00 WIB

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q2-2022 YoY)

5,44 %

Inflasi (Juli 2022, YoY)

4,94%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Juli 2022)

3,50%

Surplus Anggaran Sementara (APBN 2022 per Juli)

0,57% dari PDB

Surplus Transaksi Berjalan (Q1-2022)

0,1% PDB

Cadangan Devisa (Juli 2022)

US$ 132,2 miliar

 

 TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular