Penjualan Ritel AS Stagnan, Wall Street Kompak Dibuka Merah

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
17 August 2022 21:39
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) kompak terkoreksi pada pembukaan perdagangan Rabu (17/8/2022). Ini pasca rilis data penjualan ritel untuk bulan Juli yang tercatat stagnan.

Dow Jones turun 122,46 poin atau 0,36% di pembukaan menjadi 34.029,55. Sementara indeks S&P 500 tergelincir 0,58% ke 4.280,4 sedangkan, Nasdaq ambles 1,33% ke 12.968,63.

Berdasarkan data yang dirilis Bureau of Labor Statistics, penjualan ritel Amerika Serikat (AS) tercatat flat akibat penurunan harga bensin. Tetapi belanja konsumen tampaknya bertahan di mana konsumen lebih banyak menghabiskan uangnya untuk belanja online.

Angka penjualan ritel ini berbeda dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones, yang melihat ada kenaikan 0,1%. Harga bahan bakar dari rekor tertinggi nominalnya menekan penjualan di SPBU, dibuktikan dengan penerimaan SPBU yang turun 1,8%.

Penjualan kendaraan bermotor dan dealer suku cadang juga ikut turun tajam mencapai 1,6%. Namun penurunan tersebut diimbangi oleh peningkatan 2,7% dalam penjualan online dan kenaikan 1,5% di toko lain-lain.

Sebenarnya, ada sentimen lain yang bisa menjadi penggerak pasar kali ini. Hal itu adalah optimisme investor bahwa kebijakan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed), dapat mencapai soft landing bagi perekonomian, seiring rilis risalah dari pertemuan kebijakan pada Juli lalu.

The Fed memperketat kebijakan dan menaikkan suku bunga untuk mengurangi inflasi yang tinggi selama beberapa dekade. Tetapi sentimen ini belum bisa mengangkat Wall Street pada pembukaan perdagangan. 

Di sisi lain, investor juga was-was dan tengah mencermati data penjualan ritel AS Juli yang telah rilis sebelum perdagangan Wall Street dibuka. Data yang dirilis ini tentunya menjadi penting karena memberikan gambaran ekonomi AS ke depan.

Menurut survei bulanan manajer dana global BofA pada Agustus, sentimen investor masih bearish. Tetapi tidak lagi secara apokaliptik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street "Kebakaran", Inflasi Tinggi Jadi Biang Kerok?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular