Internasional

Ngeri.. Inflasi Inggris Meledak, Segera Masuk Jurang Resesi?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
17 August 2022 20:20
Bendera Inggris
Foto: Bendera Inggris (Photo credit should read CARL DE SOUZA/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Inggris pada Juli 2022 kian meninggi dan mencapai level tertinggi baru dalam 40 tahun. Kondisi ini dipicu oleh lonjakan harga makanan dan energi terus berlanjut

Berdasarkan data dari Kantor Statistik Nasional Inggris yang dirilis Rabu (16/8/2022), indeks harga konsumen naik 10,1% (yoy). Angka ini lebih tinggi dari perkiraan konsensus Reuters sebesar 9,8% dan naik dari 9,4% pada bulan Juni.

Inflasi inti, yang tidak termasuk energi, makanan, alkohol dan tembakau, mencapai 6,2% pada tahun ini hingga Juli 2022. Naik dari 5,8% pada Juni dan di depan proyeksi 5,9%.

Naiknya harga pangan memberikan kontribusi kenaikan terbesar terhadap tingkat inflasi tahunan antara Juni dan Juli. Meski demikian, kenaikan juga didorong besar bahan bakar.

Konsumen juga bergulat dengan melonjaknya harga rumah tangga. Semuanya diperparah oleh kurangnya tindakan tegas di tingkat politik.

"Angka inflasi hari ini berfungsi sebagai pengingat lebih lanjut bagi banyak rumah tangga Inggris bahwa mereka menghadapi periode kesulitan keuangan yang cukup besar," kata Kepala Kepercayaan Investasi Janus Henderson, Dan Howe.

"Supermarket tidak punya banyak pilihan selain meneruskan kenaikan harga dari pemasok, mereka sendiri bersaing dengan inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam bahan baku dan biaya input bahan," kata Direktur Strategi Ritel PwC, Kien Tan.

Seperti yang telah diketahui, tertekannya kondisi finansial, krisis energi, hingga pangan berujung pada kekhawatiran resesi. Stagflasi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan bahkan turun, dibarengi dengan inflasi yang tinggi.

Perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina mengancam pemulihan ekonomi global yang sedang berlangsung setelah dua tahun pandemi. Harga energi dan pangan melonjak karena dua negara ini merupakan pengekspor komoditas besar yang berujung pada "membuat hidup lebih sulit bagi banyak orang di seluruh dunia".

Inflasi yang merajalela kemudian akan memotong belanja konsumen dan pendapatan perusahaan. Ditambah lagi dengan naiknya harga energi yang diperburuk oleh serangan Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022 lalu membuat perekonomian Inggris Terganggu.

Bank of England (BoE) telah memperingatkan Inggris akan jatuh ke dalam resesi karena menaikkan suku bunga terbesar dalam 27 tahun terakhir. Inflasi yang meninggi pada akhirnya mau tidak mau membuat bank sentral Inggris kembali menaikkan suku bunga acuan menjadi rekor baru.

BoE mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1,75%, tertinggi sejak 1995. Perkembangan inflasi dan nilai tukar poundsterling menjadi alasan kenaikan suku bunga acuan.

Hasil ini searah dengan ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters juga memperkirakan Gubernur Andrew Bailey dan kolega menaikkan suku bunga acuan 50 bps.

Kebijakan ini diambil untuk menahan lonjakan inflasi dan ekonomi Inggris agar tetap stabil. Bukan tanpa alasan, perekonomian negara tersebut juga diperkirakan menyusut dalam tiga bulan terakhir tahun ini dan terus turun hingga akhir 2023.

Dalam data yang dirilis Jumat pekan lalu, Ekonomi Inggris berkontraksi di kuartal-II (Q2) 2022. Biaya hidup yang makin melejit memukul rumah tangga dari kuartal ke kuartal, PDB di April hingga Juni berkontraksi atau minus 0,1%.

Di kuartal-I (Q1) lalu, GDP tercatat 0,8%.

Kantor Statistik Nasional mengatakan kontraksi sebagian besar didorong oleh penurunan output layanan. Kegiatan kesehatan dan pekerjaan sosial menjadi hambatan terbesar.

Ini juga akibat penurunan kegiatan terkait Covid-19. Tercatat bahwa ada penurunan 0,2% dalam konsumsi rumah tangga pada kuartal kedua.

"Inggris Raya mengalami pertumbuhan stagnan karena ekonomi menghadapi tantangan dari tekanan pendapatan riil yang parah di tengah peningkatan inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi," kata ahli strategi makro dan investasi di HSBC Asset Management, Hussain Mehdi, dikutip CNBC International.

Pekan lalu, BoE memperingatkan bahwa mereka memperkirakan ekonomi Inggris memasuki resesi terpanjang sejak krisis keuangan global pada kuartal-IV 2022. Sementara itu, inflasi diproyeksikan mencapai puncaknya di atas 13% pada bulan Oktober.

Selain inflasi, pertumbuhan ekonomi Inggis BoE juga mengkhawatirkan dinamika nilai tukar poundserling. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), sejak akhir 2021 (year-to-date) poundsterling melemah hampir 10%

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular