
Ngeri.. Inflasi Inggris Meledak, Segera Masuk Jurang Resesi?

Bank of England (BoE) telah memperingatkan Inggris akan jatuh ke dalam resesi karena menaikkan suku bunga terbesar dalam 27 tahun terakhir. Inflasi yang meninggi pada akhirnya mau tidak mau membuat bank sentral Inggris kembali menaikkan suku bunga acuan menjadi rekor baru.
BoE mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1,75%, tertinggi sejak 1995. Perkembangan inflasi dan nilai tukar poundsterling menjadi alasan kenaikan suku bunga acuan.
Hasil ini searah dengan ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters juga memperkirakan Gubernur Andrew Bailey dan kolega menaikkan suku bunga acuan 50 bps.
Kebijakan ini diambil untuk menahan lonjakan inflasi dan ekonomi Inggris agar tetap stabil. Bukan tanpa alasan, perekonomian negara tersebut juga diperkirakan menyusut dalam tiga bulan terakhir tahun ini dan terus turun hingga akhir 2023.
Dalam data yang dirilis Jumat pekan lalu, Ekonomi Inggris berkontraksi di kuartal-II (Q2) 2022. Biaya hidup yang makin melejit memukul rumah tangga dari kuartal ke kuartal, PDB di April hingga Juni berkontraksi atau minus 0,1%.
Di kuartal-I (Q1) lalu, GDP tercatat 0,8%.
Kantor Statistik Nasional mengatakan kontraksi sebagian besar didorong oleh penurunan output layanan. Kegiatan kesehatan dan pekerjaan sosial menjadi hambatan terbesar.
Ini juga akibat penurunan kegiatan terkait Covid-19. Tercatat bahwa ada penurunan 0,2% dalam konsumsi rumah tangga pada kuartal kedua.
"Inggris Raya mengalami pertumbuhan stagnan karena ekonomi menghadapi tantangan dari tekanan pendapatan riil yang parah di tengah peningkatan inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi," kata ahli strategi makro dan investasi di HSBC Asset Management, Hussain Mehdi, dikutip CNBC International.
Pekan lalu, BoE memperingatkan bahwa mereka memperkirakan ekonomi Inggris memasuki resesi terpanjang sejak krisis keuangan global pada kuartal-IV 2022. Sementara itu, inflasi diproyeksikan mencapai puncaknya di atas 13% pada bulan Oktober.
Selain inflasi, pertumbuhan ekonomi Inggis BoE juga mengkhawatirkan dinamika nilai tukar poundserling. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), sejak akhir 2021 (year-to-date) poundsterling melemah hampir 10%
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/sef)[Gambas:Video CNBC]