Internasional

Eropa Bisa Hindari Resesi, tapi Tidak dengan Negara Ini

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
25 January 2023 10:06
People walk through Cardiff city centre, Sunday Dec. 20, 2020. In Wales, authorities said they decided to move up a lockdown planned for after Christmas and people must stay at home from 12:01 a.m. Sunday. The move will largely scrap Christmas gatherings in line with the rules for southern England. (Ben Birchall/PA via AP) Foto: Warga berjalan di pusat kota Cardiff, Minggu (20/12/2020). (Ben Birchall / PA via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Muncul bukti baru bahwa ekonomi negara-negara Eropa dapat menghindari resesi tahun ini. Menurut data terkini, aktivitas bisnis di 20 negara yang menggunakan euro meningkat pada Januari untuk pertama kalinya dalam enam bulan.

Pembacaan awal Indeks Manajer Pembelian (PMI) zona Euro, yang melacak aktivitas di sektor manufaktur dan jasa, naik menjadi 50,2 pada Januari dari 49,3 pada Desember 2022, menunjukkan ekspansi pertama sejak Juni. Adapun, angka di atas 50 menandai adanya pertumbuhan atau ekspansi.

Kembalinya pertumbuhan moderat dibantu oleh jatuhnya harga energi dan berkurangnya tekanan rantai pasokan, yang membantu meredam kenaikan biaya input bagi produsen.

"Memantapkannya ekonomi zona Euro pada awal tahun menambah bukti bahwa kawasan itu mungkin lolos dari resesi," kata Chris Williamson, kepala ekonom bisnis di S&P Global Market Intelligence, perusahaan yang menerbitkan survei eksekutif di perusahaan sektor swasta, dikutip CNN International, Rabu (25/1/2023).

Namun, tak semua negara Eropa bernasib baik. Gambarannya terlihat jauh kurang menjanjikan di Inggris Raya, di mana survei PMI pada Januari menunjukkan penurunan paling tajam dalam aktivitas bisnis sejak penguncian Covid nasional dua tahun lalu.

Hal ini didorong akibat suku bunga yang lebih tinggi dan kepercayaan konsumen yang rendah menekan aktivitas di sektor jasa.

Pembacaan awal turun menjadi 47,8 pada Januari, dari 49 pada Desember, sehingga tetap dalam keadaan kontraksi selama enam bulan berturut-turut. Survei di Inggris dilakukan bersama dengan Chartered Institute of Procurement & Supply.

"Angka PMI yang lebih lemah dari perkiraan pada Januari menggarisbawahi risiko Inggris tergelincir ke dalam resesi," kata Williamson.

"Perselisihan industri, kekurangan staf, kerugian ekspor, kenaikan biaya hidup dan suku bunga yang lebih tinggi semuanya berarti tingkat penurunan ekonomi makin cepat di awal tahun,"

Menurut data yang diterbitkan oleh Kantor Statistik Nasional Inggris pekan lalu, ekonomi Inggris kehilangan lebih banyak hari kerja karena pemogokan antara Juni dan November 2022 dibandingkan periode enam bulan mana pun selama 30 tahun sebelumnya.

"Data terbaru tidak hanya mencerminkan pukulan jangka pendek terhadap pertumbuhan, seperti aksi pemogokan, tetapi kerusakan ekonomi yang berkelanjutan dari masalah struktural jangka panjang seperti kekurangan tenaga kerja dan kesengsaraan perdagangan terkait dengan Brexit," tambah Williamson.

Meskipun awal tahun terasa suram, ekspektasi bisnis Inggris untuk tahun depan setidaknya mencapai level tertinggi selama delapan bulan, didorong oleh harapan membaiknya latar belakang ekonomi global dan meredanya inflasi.

Data terpisah yang diterbitkan oleh ONS pada Selasa menunjukkan bahwa pinjaman pemerintah Inggris mencapai 27,4 miliar poundsterling pada Desember, angka tertinggi untuk bulan tersebut sejak pencatatan dimulai pada 1993.

Hal ini didorong oleh peningkatan tajam dalam pengeluaran untuk mendukung energi rumah tangga. tagihan, serta melonjaknya biaya pembayaran bunga utang pemerintah.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Eropa Dilanda Resesi, Ekonomi Jerman Diramal Terkontraksi


(luc/luc)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading