Internasional
Disinggung AS soal Utang, China: 'Ngaca'!

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan China dan Amerika Serikat (AS) makin memanas. Beijing meminta Washington untuk 'berkaca' dan membereskan negara sendiri sebelum menyenggol negara lain soal utang.
Pernyataan ini keluar setelah Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyebut Beijing sebagai "penghalang" untuk reformasi utang di Afrika pekan ini, yang kemudian ditanggapi dengan tajam oleh pejabat China di Zambia.
"Kontribusi terbesar yang dapat diberikan AS untuk masalah utang di luar negeri adalah bertindak berdasarkan kebijakan moneter yang bertanggung jawab, mengatasi masalah utangnya sendiri, dan berhenti menyabotase upaya aktif negara berdaulat lainnya. untuk menyelesaikan masalah utang mereka," kata Kedutaan Besar China di Zambia dalam keterangannya, Selasa (24/1/2023).
Menurut laporan Reuters, Partai Republik AS menggunakan ancaman yang berisiko dan tidak biasa untuk menolak memberikan suara dalam plafon utang baru, angka uang yang telah dibelanjakan dan sekarang terutang oleh pemerintah.
Keputusan tersebut dilakukan untuk menekan pemerintahan Biden dan Demokrat agar memangkas program pengeluaran. Sejauh ini, Gedung Putih Biden menolak untuk bernegosiasi, mengandalkan Partai Republik untuk mundur di bawah tekanan dari bisnis, investor, dan moderat.
Utang nasional AS adalah sekitar US$ 31 triliun, angka yang meroket sejak 2000 yang 'hanya' US$ 5,6 triliun. Sebagian berkat peningkatan pengeluaran untuk populasi yang menua, pengeluaran untuk perang Irak dan Afghanistan, program Covid-19, dan pemotongan pajak yang memangkas pendapatan.
Sementara itu, Yellen dan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva tiba secara terpisah di Zambia pada Minggu untuk menyoroti perlunya reformasi utang di Afrika.
Zambia dilaporkan gagal membayar utangnya pada 2020 dan hanya membuat sedikit kemajuan untuk merestrukturisasinya dengan kreditur China dan swasta hingga saat ini. Situasi ini telah mendorong warga ke dalam kemiskinan.
Bank Dunia menyatakan negara-negara termiskin di dunia menghadapi US$ 35 miliar dalam bentuk pembayaran utang kepada kreditur resmi dan sektor swasta pada tahun 2022, lebih dari 40% di antaranya adalah karena China.
Sementara itu, Bank Pembangunan Afrika menuturkan kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang dirancang untuk menjinakkan inflasi di dalam negeri dan apresiasi dolar AS telah menambah beban layanan utang negara-negara Afrika.
[Gambas:Video CNBC]
Peringatan Baru IMF untuk 2023, 3 'Raksasa' Jadi Perhatian
(luc/luc)