Namun IHSG tidak sendiri, berbagai indeks saham utama Asia pun terperosok. Namun koreksi 1,45% membuat IHSG jadi yang terlemah kedua di Benua Kuning, hanya lebih baik dari Shanghai Composite.
Nasib rupiah pun tidak jauh berbeda. Di pasar spot, rupiah melemah 1,28% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) secara point-to-point. Mengawali pekan di bawah Rp 14.200/US$, mata uang Tanah Air berakhir nyaris Rp 14.400/US$.
Lebih parah ketimbang indeks saham, seluruh mata uang utama Asia melemah. Dari yen Jepang hingga peso Filipina, semua tidak berdaya melawan keperkasaan greenback.
Ternyata warna merah tidak hanya menyelimuti pasar keuangan Indonesia dan Asia, bursa saham AS juga sama saja. Tiga indeks utama di bursa sahan New York anjlok pekan lalu, di mana Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambrol 3,45%, S%P 500 minus 1,94%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,32%. Ini adalah koreksi mingguan terparah sejak Februari.
Apa yang membuat pasar keuangan menderita begini rupa?
Penyebabnya adalah bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Dalam rapat bulanan pekan lalu, Ketua Jerome 'Jay' Powell memang mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%. Suntikan likuiditas alias quantitative easing juga masih dipertahankan di US$ 120 miliar per bulan.
Namun yang menjadi soal adalah proyeksi The Fed terhadap prospek perekonomian Negeri Paman Sam dan arah kebijakan moneter ke depan.
Pada 2021, The Fed memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh 7%. Lebih tinggi ketimbang 'ramalan' yang dbuat pada Maret lalu yaitu 6,5%.
Kemudian dalam proyeksi Juni, inflasi yang dicerminkan oleh Personal Core Expenditure/PCE inti pada akhir tahun ini diperkirakan sebesar 3%. Juga lebih tinggi dibandingkan proyeksi Maret yakni 2,2%.
Sementara tingkat pengangguran pada akhir 2021 diperkirakan 4,5%. Ini tidak berubah dibandingkan proyeksi Maret.
 Sumber: FOMC |
The Fed juga meriilis proyeksi arah suku bunga acuan ke depan yang digambarkan dalam dotplot. Dalam outlook Maret, ada empat anggota Komite Pembuat Kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) yang menilai suku bunga acuan sudah bisa naik pada 2022. Kemudian tujuh anggota lain berpendapat Federal Funds Rate baru bisa naik pada 2023.
Dalam proyeksi Juni, komposisi ini berubah. Kini ada tujuh anggota FOMC yang menilai suku bunga sudah bisa naik tahun depan dan 13 anggota berpendapat kenaikan Federal Funds Rate terjadi pada 2023.
 Sumber: FOMC |
"Melihat dotplot terbaru, yang memperkirakan suku bunga acuan bisa naik dua kal pada 2023, The Fed sepertinya kian hawkish. Wajar pasar bereaksi seperti ini," kata Daniel Ahn, Chief US Economist di BNP Paribas, seperti diberitakan Reuters.
Aura pengetatan kebijakan atau tapering off yang semakin terasa membuat investor bermain aman dengan memburu dolar AS. Permintaan yang membeludak membuat dolar AS menguat.
Sepanjang pekan lalu, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 1,84%. Pada perdagangan akhir pekan, indeks ini menyentuh posisi terkuat sejak awal April 2021. Jadi jangan heran pasar saham dan valas dunia dihiasi warna merah karena dolar AS memang terlalu tangguh.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Untuk perdagangan awal pekan ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama, pelaku pasar tetap kudu mewaspadai isu tapering yang sepertinya belum pudar, bahkan mungkin semakin kental.
Akhir pekan lalu, lagi-lagi seorang pejabat teras The Fed bicara soal tapering. Namanya James Bullard, Presiden The Fed St Louis.
Dalam wawancara dengan CNBC International, Bullard memperkirakan bahwa pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), terutama di AS, sudah hampir berada di garis finis. Oleh karena itu, sangat wajar bagi The Fed untuk mengubah posisi (stance) kebijakan moneter.
"Sepertinya kita akan menjalani tahun yang baik dengan reopening (pembukaan kembali aktivitas masyarakat). Bahkan mungkin lebih besar dari yang kami perkirakan. Ini tentu melahirkan tekanan inflasi, sehingga wajar kami sedikit berubah sikap menjadi lebih hawkish," kata Bullard.
Saat negara-negara lain masih bertarung dengan virus yang awalnya menyebar dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu, AS sepertinya bisa lebih tenang. Mengutip catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di Negeri Stars and Stripes per 18 Juni 2021 adalah 33.175.399 orang. Bertambah 11.767 orang (0,04%) dari hari sebelumnya.
Meski masih bertambah, tetapi laju kenaikan pasien melambat. Dalam dua pekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 14.007 orang per hari. Jauh berkurang ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 19.504 orang per hari.
Laju pertumbuhan kasus positif pun melambat. Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pertumbuhan pasien baru adalah 0,04% per hari. Melambat dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 0,06% per hari.
Reopening menjadi tema di AS, saat negara-negara lain masih berkutat dengan karantina wilayah (lockdown). Di Negara Bagian New York, misalnya, Gubernur Andew Cuomo telah mencabut seluruh larangan yang sebelumnya berlaku untuk menekan penyebaran virus corona.
Kini, seluruh tempat usaha ritel boleh menerima pengunjung sesuai kapasitas, tidak lagi dibatasi 50%. Demikian pula pusat kebugaran dan bioskop, yang awalnya hanya boleh terisi 33%.
Bagi mereka yang sudah menerima vaksin anti-virus corona dosis penuh, sudah boleh melepas masker dan tidak perlu menjaga jarak minimal dua meter. Namun warga yang belum divaksin masih harus menggunakan masker dan menjaga jarak.
New York adalah salah satu negara bagian paling maju dalam urusan vaksinasi. Cuomo mengungkapkan, sudah sekitar 70% penduduk dewasa mendapatkan setidaknya satu dosis vaksin.
Oleh karena itu, The Fed semakin tidak ragu untuk bicara soal tapering. Bullard menjadi salah satu anggota FOMC yang menilai suku bunga acuan sudah bisa naik pada akhir 2022. Menurutnya, ini perlu dilakukan untuk mengontrol laju inflasi dekat dengan 2%, seperti yang ditargetkan The Fed.
So, isu tapering kemungkinan bukannya luntur tetapi malah semakin tebal. Kejadian seperti pekan lalu masih sangat mungkin terulang. Pelaku pasar memilih bermain aman dan memeluk dolar AS sembari melepas kepemilikan di aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang. Ini tentu bukan kabar baik buat IHSG, rupiah, dan SBN.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Sentimen lain yang patut diwaspada oleh pelaku pasar adalah perkembangan pandemi virus corona di Indonesia. Berkebalikan dengan di AS, Indonesia justru mengalami lonjakan kasus.
Per 20 Juni 2021, jumlah pasien positif corona tercatat 1.989.909 orang. Bertambah 13.737 orang (0,7%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Tambahan pasien positif 13.737 orang dalam sehari adalah yang tertinggi sejak 30 Januari 2021. Sementara laju pertumbuhan 0,7% menjadi yang tercepat sejak 23 Februari 2021.
Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 9.562 orang dalam sehari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 5.773 orang per hari.
Selama dua pekan terakhir, pertumbuhan pasien positif adalah 0,5% saban harinya. Lebih cepat daripada rerata dua minggu sebelumnya yakni 0,32% per hari.
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur masih menjadi provinsi penyumbang kasus terbesar. Empat provinsi ini bertanggung jawab atas sekitar 60% kasus nasional.
Hal yang mengkhawatirkan adalah rantai penyebaran virus corona di empat daerah itu belum terputus. Rantai penularan bisa dilihat dari data tingkat reproduksi efektif (Rt). Jika angka Rt lebih dari satu, artinya seorang pasien positif corona masih bisa menulari satu orang lainnya. Rantai penularan semakin panjang.
Mengutip data Bonza per 20 Juni pukul 22:19 WIB, Jakarta jadi provinsi dengan Rt tertinggi yaitu 1,7. Artinya, pandemi virus corona di Ibu Kota masih jauh dari kata terkendali. Dengan kontribusi yang lebih dari 20% dari kasus nasional, situasi yang memburuk di Jakarta akan mencoreng muka Indonesia secara keseluruhan.
Perkembangan ini membuat sejumlah daerah kembali memperketat pembatasan sosial, termasuk Jakarta. Gubernur Anies Rasyid Baswedan menegaskan seluruh aktivitas warga Ibu Kota wajib berhenti pada pukul 21:00 WIB, tanpa kecuali. Tidak hanya itu, Anies juga melarang warga berkumpul lebih dari lima orang.
"Potensi penularan terlalu tinggi, petugas akan membubarkan kerumunan. Maka dari itu, jangan berkumpul lebih dari lima orang, nanti akan ditindak dan membubarkan diri," tegas Anies.
Kemudian, Pemerintah Kabupaten Bogor juga melakukan penyekatan di akses menuju lokasi wisata di sekitar wilayah Puncak. Akhir pekan lalu, ratusan kendaraan yang tidak bisa menunjukkan syarat untuk menuju daerah itu (surat keterangan negatif corona dan/atau surat keperluan dinas) harus balik kanan.
Sementara di Yogyakarta, Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan lockdown sepertinya adalah opsi yang sulit terhindarkan. Lockdown menjadi solusi agar pandemi benar-benar bisa dikendalikan.
"Kalau realitasnya masih seperti ini mau apa lagi, ya lockdown. Kemarin maunya ada keputusan izin kelurahan harus sampai atasan sebagainya dengan harapan semakin ketat masyarakat. Kalau masih tembus, arep apa meneh? Ya lockdown," tegas Ngarso Dalem, sebagaimana diwartakan detik.com.
Pembatasan semacam ini bertujuan mulia, menyelamatkan nyawa dan membantu meringangan beban sistem pelayanan kesehatan. Namun tidak bisa dipungkiri, harga yang harus dibayar bakal sangat mahal.
Saat aktivitas dan mobilitas masyarakat dibatasi, maka 'roda' ekonomi bakal sulit berputar kencang. Apalagi kalau sampai lockdown, bisa berhenti sama sekali.
Oleh karena itu, perekonomian Ibu Pertiwi masih diliputi oleh risiko yang sangat tinggi. Lonjakan kasus corona yang mungkin direspons dengan pembatasan kegiatan masyarakat akan membuat ekonomi 'mati suri'.
Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Peluncuran SBR010 (08:30 WIB).
- Pengumuman suku bunga pinjaman/Loan Prime Rate tenor satu dan lima tahun China (08:30 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Jaya Real Property Tbk (09:30 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Pudjiadi And Sons Tbk (10:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Armada Berjaya Trans Tbk (10:00 WIB).
- Konferensi pers APBN Kita edisi Juni 2021 (15:30 WIB).
- Laporan bulanan bank sentral Jerman (17:00 WIB).
- Rilis data National Activity Index oleh The Fed cabang Chicago (19:30 WIB).
- Lelang obligasi pemerintah AS tenor tiga dan enam bulan (22:30 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Untuk mendapatkan informasi terkini seputar data pasar keuangan, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA