
Rupiah Rasanya Baik-baik Saja, Bisa Dong BI Turunkan Bunga...

Akan tetapi, semakin ke sini alasan itu semakin kurang relevan. Selepas Maret, rupiah langsung tancap gas dan menguat sangat tajam.Sejauh ini, kuartal II-2020 adalah milik rupiah.
Sejak akhir Maret hingga kemarin, rupiah menguat nyaris 14% di hadapan dolar AS. Mata uang Asia lainnya tidak ada yang bisa menyamai, mendekati pun tidak.
Fundamental penyokong rupiah juga membaik. Defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) kemungkinan akan semakin tipis seiring penurunan impor yang sangat dalam. Pada Mei, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan surplus US$ 2,09 miliar akibat impor yang anjlok 42,2% year-on-year (YoY).
Tekanan inflasi pun sangat minim seiring lemahnya permintaan akibat pandemi virus corona. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) pekan kedua, BI memperkirakan inflasi Juni hanya 0,02% month-to-month (MtM). Ini membuat inflasi YoY masih di bawah 1%, tepatnya 1,93%.
Ketidakpastian di pasar keuangan juga mereda karena ada harapan ekonomi bisa pulih seiring perlambatan penyebaran virus corona yang membuat berbagai negara mulai membuka kembali keran aktivitas masyarakat meski tetap dengan rambu-rambu protokol kesehatan. Ini sering disebut sebagai kehidupan normal yang baru alias new normal.
Volatilitas di pasar sering dilihat berdasarkan indeks VIX, yang mencerminkan volatilitas di pasar saham AS dan menjadi rujukan dunia. Pada pertengahan Maret indeks yang dikenal sebagai indeks ketakutan (fear index) ini sempat berada di atas 82, tertinggi sepanjang sejarah.
Namun new normal membawa harapan ekonomi bisa bangkit pada semester II-2020 sehingga kepanikan pasar pun reda. Sejak akhir Maret, indeks VIX anjlok sampai hampir 40%.
Kemudian, rupiah juga punya 'beking' yang kuat bernama cadangan devisa. Per akhir Mei, cadangan devisa tercatat US$ 130,5 miliar, tertinggi sejak awal tahun ini.
Dengan cadangan devisa yang kian 'gemuk', investor boleh yakin bahwa rupiah bakal terus stabil bahkan bisa cenderung menguat. Sebab, BI akan punya 'peluru' yang cukup untuk menjaga rupiah kalau sampai terjadi apa-apa.