Polling CNBC Indonesia

BI Sudah Kasih 'Diskon' Gede-gedean, Bulan Ini Kalem Dulu?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 March 2021 11:15
Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Februari 2021 Cakupan Triwulanan (Tangkapan Layar Youtube BI)
Gubernur BI Perry Warjiyo (Tangkapan Layar Youtube BI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diperkirakan menahan suku bunga acuan bulan in. Maklum, MH Thamrin sudah memberikan banyak 'diskon' dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan lalu.

Gubernur Perry Warjiyo dan kolega menggelar RDG edisi Maret 2021 pada 17-18 Maret 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%.

Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus memperkirakan tidak ada perubahan. Sepakat bulat, aklamasi, tidak ada dissenting opinion.

Institusi

BI 7 Day Reverse Repo Rate (%)

ING

3.5

Bank Danamon

3.5

Maybank Indonesia

3.5

CIMB Niaga

3.5

Citi

3.5

DBS

3.5

Standard Chartered

3.5

Moody's Analytics

3.5

BCA

3.5

BNI Sekuritas

3.5

Bank Mandiri

3.5

ANZ

3.5

Bulan lalu, BI memberikan tiga 'kado'. Pertama, suku bunga acuan diturunkan 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%. Ini adalah rekor suku bunga acuan terendah sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Kedua, BI membebaskan uang muka untuk pemberian kendaraan bermotor baru. Nol persen, nol rupiah. Silakan bawa pulang mobil atau sepeda motor yang Anda inginkan, tidak usah bayar uang muka. Namun jangan lupa cicilannya, bos...

Ketiga, mirip-mirip dengan yang kedua, BI menetapkan Loan to Value(LTV) dan Financing to Value (FTV) sebesar 100% untuk kredit properti. Artinya, seluruh kebutuhan dana dalam memperoleh kredit properti ditanggung oleh bank, konsumen tidak perlu membayar uang muka.

Dengan berbagai insentif tersebut, Gubernur Perry mengakui bahwa ruang pelonggaran moneter semakin mengecil. "Ruang penurunan suku bunga semakin terbatas," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya --> Bunga Acuan Turun Drastis, Bunga Kredit Masih Woles

Setidaknya ada dua alasan bagi BI untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan. Pertama, suku suku bunga acuan sudah dipangkas habis-habisan, 150 bps sejak awal tahun lalu. Namun transmisi ke suku bunga di level perbankan masih selow.

Suku bunga simpanan sudah turun, bahkan lebih tajam ketimbang penurunan suku bunga acuan. Namun suku bunga kredit hanya turun seiprit.

Per Januari 2021, rata-rata suku bunga deposito tenor satu bulan di bank komersial adalah 4,07% per tahun. Dibandingkan Januari 2020, sudah turun 190 bps., lebih dalam ketimbang penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate.

Namun dalam periode yang sama, suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) hanya turun 87 bps. Jadi buat apa BI 7 Day Reverse Repo Rate diturunkan lagi kalau dampak ke suku bunga kredit masih belum optimal?

Selain itu, BI tentu juga mewaspadai tren depresiasi nilai tukar rupiah. Pelemahan rupiah adalah tema sepanjang 2021.

Sejak akhir 2020 (year-to-date) hingga awal pekan ini, rupiah telah melemah 2,53% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah jadi salah satu mata uang terlemah di Asia.

Menaikkan suku bunga jelas tidak mungkin karena ekonomi sedang kontraksi, menciut, mengkerut. Opsinya adalah menahan atau menurunkan.

Namun kalau suku bunga diturunkan, imbalan berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah (utamanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut berkurang. Berinvestasi di Indonesia jadi kurang menarik sehingga rupiah bisa semakin melemah. Oleh karena itu, mempertahankan suku bunga acuan menjadi pilihan yang paling rasional demi menjaga rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular