
Newsletter
Awas Kebanting! Jangan 'Ugal-ugalan' Menyambut New Normal
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 June 2020 06:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan dalam negeri sedang ceria Selasa (2/6/2020) kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan obligasi kompak menguat. Tidak sekedar menguat, tetapi menguat tajam!
New normal atau singkatnya menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) mulai dilakukan di berbagai negara, termasuk Indonesia Dengan demikian, roda bisnis perlahan kembali berputar sehingga berpeluang terlepas dari ancaman resesi global.
New normal tersebut membuat mood pelaku pasar membaik sejak awal pekan ini. Euforia new normal membuat bursa saham melesat, tetapi masih ada risiko yang dihadapi sehingga tetap harus berhati-hati agar tidak "ugal-ugalan" menyambut diputarnya kembali roda perekonomian. Risiko yang dihadapi dan isu lainnya yang mempengaruhi pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 dan 4.
Kemarin, IHSG mencatat penguatan 1,98% ke 4.847,51, yang menjadi level tertinggi sejak 7 April. Penguatan bursa kebanggaan Tanah Air ini sekaligus mencatatkan penguatan 5 hari beruntun, menjadi reli IHSG terpanjang sejak Oktober 2019 silam.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi di Bura Efek Indonesia (BEI) kemarin nyaris Rp 12 triliun, dengan investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 753,81 miliar di pasar reguler. Jika memasukkan pasar non-reguler, total aksi beli bersih tercatat Rp 872,35 miliar. Aksi beli bersih tersebut menjadi kabar menggembirakan bagi IHSG dalam lebih dari 2 bulan terakhir.
Dari lantai bursa, sektor keuangan, yang berkontribusi paling besar terhadap IHSG, berhasil menguat 3,92%, dan sudah reli dalam 6 hari berturut-turut, sejak Otoritas Jasa Keuangan memberikan stimulus ke sektor perbankan. Kemarin, saham Bank Tabungan Negara (BBTN) melesat 21,71% ke Rp 925/saham, jauh mengungguli saham bank lainnya.
Tidak hanya new normal dan stimulus OJK, pemicu lain kenaikan harga saham BTN adalah Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) dipastikan akan segera beroperasi setelah Peraturan Pemerintah ditandatangani Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kehadiran Tapera diharapkan bisa mendorong pembiayaan sektor perumahan dimana BTN akan menjadi salah satu mitra.
Sementara itu, rupiah juga berjaya kemarin, menjadi mata uang terbaik di Asia setelah melesat 1,34% ke Rp 14.380/US$ pada perdagangan pertama bulan Juni. Mata Uang Garuda melanjutkan lebih dari 10% pada periode April-Mei, dan berada di level terkuat sejak 12 Maret.
Dari pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 11,4 basis poin (bps) menjadi 7,226% yang merupakan level terendah sejak 16 Maret.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Obligasi Indonesia saat ini sedang diminati oleh investor. Hal tersebut tercermin dari lelang SBN yang penawarannya mencapai 105,27 triliun.Ada 7 seri SBN yang dilelang kemarin, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi kelebihan permintaan (oversubcibed) 5,2 kali.
Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Mood pelaku pasar yang sedang bagus menyambut new normal membuat aliran investasi masuk ke aset-aset berisiko seperti saham, juga aset-aset dengan imbal hasil tinggi seperti obligasi Indonesia.
New normal sudah mulai dilakukan di negara-negara di Asia dan Eropa yang memutar kembali roda perekonomiannya dengan melonggarkan kebijakan karantina wilayah (lockdown). Begitu juga dengan Amerika Serikat, negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia.
Indonesia juga bersiap memulai new normal. Dalam skema new normal di bidang perdagangan, sejumlah pusat perbelanjaan akan dibuka kembali secara bertahap. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebut ada 5 fase atau tahapan yang akan diterapkan.
"Setiap minggu kita lihat, karena kita mau menggerakkan Ekonomi secara cepat. Mungkin dan supaya tak ada distorsi yang lain-lain karena kita harus meningkatkan atau menghidupkan segera yang kemarin banyak pusat perbelanjaan tutup, dan pasar tradisional, dan ini kita harus buka minggu depan dengan protokol kesehatan yang ketat," kata Agus seperti dikutip CNBC Indonesia dari Rekaman Humas Kemendag, Jumat (29/5/2020).
Fase pertama akan dimulai pekan ini, dan fase-fase selanjutnya menyusul setiap pekannya.
Selain itu, data yang dirilis kemarin menunjukkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia sedikit membaik di bulan Mei, menjadi 28,6 dari bulan April sebesar 27,5.
Meski masih berkontraksi (di bawah 50), setidaknya angka indeks mulai bergerak naik. Dengan penerapan new normal mulai bulan ini, PMI manufaktur tentunya akan semakin naik mendekati 50, dan tidak menutup kemungkinan langsung menunjukkan ekspansi (di atas 50).
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2020. BPS mencatat terjadi inflasi 0,07% di Mei 2020. Sebanyak 67 kota terjadi inflasi sementara 23 kota deflasi.
BPS mencatat year-on-year inflasi 2,19% sementara year-to-date inflasi 2020 mencapai 0,9%.
Rendahnya inflasi memang bisa memberikan gambaran penurunan daya beli masyarakat akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi Covid-19. Tetapi secara investasi, inflasi yang rendah membuat riil return berinvestasi di Indonesia menjadi lebih tinggi. Sehingga aliran modal asing bisa deras masuk ke dalam negeri
New normal atau singkatnya menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) mulai dilakukan di berbagai negara, termasuk Indonesia Dengan demikian, roda bisnis perlahan kembali berputar sehingga berpeluang terlepas dari ancaman resesi global.
New normal tersebut membuat mood pelaku pasar membaik sejak awal pekan ini. Euforia new normal membuat bursa saham melesat, tetapi masih ada risiko yang dihadapi sehingga tetap harus berhati-hati agar tidak "ugal-ugalan" menyambut diputarnya kembali roda perekonomian. Risiko yang dihadapi dan isu lainnya yang mempengaruhi pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 dan 4.
Kemarin, IHSG mencatat penguatan 1,98% ke 4.847,51, yang menjadi level tertinggi sejak 7 April. Penguatan bursa kebanggaan Tanah Air ini sekaligus mencatatkan penguatan 5 hari beruntun, menjadi reli IHSG terpanjang sejak Oktober 2019 silam.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi di Bura Efek Indonesia (BEI) kemarin nyaris Rp 12 triliun, dengan investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 753,81 miliar di pasar reguler. Jika memasukkan pasar non-reguler, total aksi beli bersih tercatat Rp 872,35 miliar. Aksi beli bersih tersebut menjadi kabar menggembirakan bagi IHSG dalam lebih dari 2 bulan terakhir.
Dari lantai bursa, sektor keuangan, yang berkontribusi paling besar terhadap IHSG, berhasil menguat 3,92%, dan sudah reli dalam 6 hari berturut-turut, sejak Otoritas Jasa Keuangan memberikan stimulus ke sektor perbankan. Kemarin, saham Bank Tabungan Negara (BBTN) melesat 21,71% ke Rp 925/saham, jauh mengungguli saham bank lainnya.
Tidak hanya new normal dan stimulus OJK, pemicu lain kenaikan harga saham BTN adalah Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) dipastikan akan segera beroperasi setelah Peraturan Pemerintah ditandatangani Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kehadiran Tapera diharapkan bisa mendorong pembiayaan sektor perumahan dimana BTN akan menjadi salah satu mitra.
Sementara itu, rupiah juga berjaya kemarin, menjadi mata uang terbaik di Asia setelah melesat 1,34% ke Rp 14.380/US$ pada perdagangan pertama bulan Juni. Mata Uang Garuda melanjutkan lebih dari 10% pada periode April-Mei, dan berada di level terkuat sejak 12 Maret.
Dari pasar obligasi, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 11,4 basis poin (bps) menjadi 7,226% yang merupakan level terendah sejak 16 Maret.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Obligasi Indonesia saat ini sedang diminati oleh investor. Hal tersebut tercermin dari lelang SBN yang penawarannya mencapai 105,27 triliun.Ada 7 seri SBN yang dilelang kemarin, dengan target indikatif pemerintah sebesar US$ 20 triliun, artinya terjadi kelebihan permintaan (oversubcibed) 5,2 kali.
Pemerintah menyerap Rp 24,3 triliun dari seluruh penawaran yang masuk, di atas target indikatif, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Mood pelaku pasar yang sedang bagus menyambut new normal membuat aliran investasi masuk ke aset-aset berisiko seperti saham, juga aset-aset dengan imbal hasil tinggi seperti obligasi Indonesia.
New normal sudah mulai dilakukan di negara-negara di Asia dan Eropa yang memutar kembali roda perekonomiannya dengan melonggarkan kebijakan karantina wilayah (lockdown). Begitu juga dengan Amerika Serikat, negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia.
Indonesia juga bersiap memulai new normal. Dalam skema new normal di bidang perdagangan, sejumlah pusat perbelanjaan akan dibuka kembali secara bertahap. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebut ada 5 fase atau tahapan yang akan diterapkan.
"Setiap minggu kita lihat, karena kita mau menggerakkan Ekonomi secara cepat. Mungkin dan supaya tak ada distorsi yang lain-lain karena kita harus meningkatkan atau menghidupkan segera yang kemarin banyak pusat perbelanjaan tutup, dan pasar tradisional, dan ini kita harus buka minggu depan dengan protokol kesehatan yang ketat," kata Agus seperti dikutip CNBC Indonesia dari Rekaman Humas Kemendag, Jumat (29/5/2020).
Fase pertama akan dimulai pekan ini, dan fase-fase selanjutnya menyusul setiap pekannya.
Selain itu, data yang dirilis kemarin menunjukkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia sedikit membaik di bulan Mei, menjadi 28,6 dari bulan April sebesar 27,5.
Meski masih berkontraksi (di bawah 50), setidaknya angka indeks mulai bergerak naik. Dengan penerapan new normal mulai bulan ini, PMI manufaktur tentunya akan semakin naik mendekati 50, dan tidak menutup kemungkinan langsung menunjukkan ekspansi (di atas 50).
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2020. BPS mencatat terjadi inflasi 0,07% di Mei 2020. Sebanyak 67 kota terjadi inflasi sementara 23 kota deflasi.
BPS mencatat year-on-year inflasi 2,19% sementara year-to-date inflasi 2020 mencapai 0,9%.
Rendahnya inflasi memang bisa memberikan gambaran penurunan daya beli masyarakat akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi Covid-19. Tetapi secara investasi, inflasi yang rendah membuat riil return berinvestasi di Indonesia menjadi lebih tinggi. Sehingga aliran modal asing bisa deras masuk ke dalam negeri
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular