Pakar: Warga RI Takut Gelombang II, Tapi Hidup Sembrono

Rahajeng Kusumo, CNBC Indonesia
02 June 2020 18:01
Kondisi di Stasiun Manggarai Jakarta Selatan pada Kamis (28/5/2020) terpantau masih ramai. Banyak warga yang berlalu lalang meski masih memasuki pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB dan akan berakhir 4 Juni 2020 di DKI Jakarta.
 
Di stasiun, para pengguna KRL khususnya dari sejumlah daerah penyangga Jakarta masih banyak berdatangan ke Ibu Kota saat jam kerja.
 
Dari pantauan CNBC Indonesia dilapangan, Kamis (28/5/2020), penumpang di Stasiun Manggarai terdiri dari berbagai macam kalangan. Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak masih terlihat bepergian menggunakan KRL.
 
Sementara itu, tampak petugas keamanan stasiun akan menegur penumpang jika tak menggunakan masker dan tidak menerapkan physical distancing atau menjaga jarak.
 
Kendati begitu, situasi di Stasiun Manggarai tidak sepadat di saat-saat jam kerja. Penumpang di dalam kereta pun terlihat relatif sepi.
 
Untuk diketahui sebelumnya, PSBB untuk memutus penyebaran virus Corona atau Covid-19 belum dapat diterapkan 100%.
 

Begitu juga dengan tulisan larangan duduk atau saling menjaga jarak saat berada di dalam gerbong. Sesuai aturan moda transportasi saat masa PSBB, KRL harus membatasi jadwal kereta begitu juga kapasitas penumpangnya, yakni maksimal 50% dari jumlah normal. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Penumpang KRL di Stasiun Manggarai (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia- Indonesia bersiap  menjalani era normal yang baru, dengan berbagai protokol kesehatan dan panduan dari Kementerian dan lembaga.

Meski demikian tetap ada kekhawatiran terjadinya gelombang kedua COVID-19 setelah new normal ini berjalan.

Ketua Laboratorium Mikrobiologi FKUI Pratiwi Sudarmono mengakui soal ketakutan adanya gelombang kedua COVID-19 dan bisa saja terjadi. Pasalnya, ketakutan masyarakat tersebut tidak diikuti oleh perilaku yang semestinya.

"Takut gelombang kedua, tapi sekarang masyarakat malah merasa lebih leluasa pergi kesana kemari, pergi ke restoran, dan yang lainnya. Ketakutannya iya, tetapi perilakunya enggak," kata Pratiwi, Selasa (02/06/2020).



Dia menegaskan gelombang kedua bisa saja terjadi karena pergerakan yang luar biasa, dari mulai arus balik setelah lebaran gelombang kedua bisa terjadi, kemudian pekerja migran yang kembali ke Indonesia.

"Virus itu melakukan mutasi secara terus menerus karena dia virus RNA, bisa saja dia berkembang di satu daerah dan lebih banyak dari kemarin," katanya.

Apalagi tidak ada pembatasan yang jelas, ataupun bekerja dari rumah sehingga orang tidak takut lagi untuk keluar. Dengan begitu, kemungkinan penularan pun menjadi sangat tinggi

Sebelumnya Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan Indonesia lebih siap untuk menghadapi gelombang kedua Covid-19 meski hal itu tak dikehendaki. Kesiapan itu ditandai dengan sederet langkah kebijakan yang diambil belakangan.

"Kita tidak menginginkan, tapi kalaupun ada second wave, kita jauh lebih siap dari 2-3 bulan lalu," kata Luhut dalam sebuah acara bersama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Senin (1/6/20).

Luhut bilang, saat ini fokus penanganan COVID-19 yang digeber pemerintah meliputi langkah kuratif, preventif dan promotif. Dia menyebut, saat ini Indonesia sudah memiliki 65 laboratorium penguji COVID-19 dan 2.889 rumah sakit COVID-19.

"Pembangunan rumah sakit darurat, waktu itu tidak ada. Sekarang semua ini sudah in place," kata Luhut.


[Gambas:Video CNBC]




(gus) Next Article Peneliti Eijkman: RI Masih Belum Siap New Normal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular