Peneliti Eijkman: RI Masih Belum Siap New Normal

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
27 May 2020 12:27
Warga menunggu kedatangan kereta api di Stasiun Manggarai, Jakarta, Selasa (26/5). Usai libur Hari Raya Idulfitri 1441 H sejumlah pekerja sudah terlihat masuk. Pemerintah telah mengambil keputusan untuk menggeser cuti bersama Lebaran 2020 akibat wabah virus corona (Covid-19). Dengan begitu, jadwal libur hari raya hanya berlaku sampai H+1 Lebaran atau pada pada 25 Mei 2020, termasuk untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pantauan CNBC Indonesia  penerapan normal yang baru atau new normal terlihat diberlakukan di sarana transportasi umum guna menunjang aktivitas warga yang bekerja di tengah pandemi virus Corona baru (COVID-19). Untuk diketahui, panduan bekerja di situasi new normal tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Suasana Stasiun Manggarai, Jakarta, Selasa (26/5). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Peneliti dari Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Pradiptajati Kusuma mengutarakan pendapat perihal rencana pemerintah yang akan menerapkan kehidupan normal baru atau a new normal di tengah pandemi covid-19 saat ini.

Menurutnya, di beberapa negara pelonggaran restriksi sosial diberlakukan karena jumlah kasus di negara mereka sudah berada di single digit setiap harinya sebelum new normal dijalankan. 

Seperti diketahui, beberapa negara seperti Korea Selatan, Jerman, dan Singapura akan menerapkan new normal pada 1 Juni 2020 mendatang.

"Singapura saat ini kasus komunitas sudah di bawah 10 atau maksimal belasan per harinya. Ini mungkin karena sangat dibantu dengan kedisiplinan masyarakatnya dan ketegasan sanksi dari pemerintahnya," kata Pradiptajati kepada CNBC Indonesia, Rabu (27/5/2020).



Sementara di Indonesia, menurut Pradiptajati penularan pasien kasus positif covid-19 di Indonesia masih terbilang cukup tinggi. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat hingga Selasa (26/5/2020), jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 mencapai 23.165 orang. Jumlah tersebut bertambah 415 orang dibandingkan dengan sehari sebelumnya.

Indonesia menurut Pradiptajati bisa meniru Jerman yang melakukan secara bertahap pelonggaran lockdown. Jerman mulai melakukan pelonggaran lockdown saat jumlah kasus positif di negaranya mencapai 400 orang per hari. Setelah melewati peak yang mencapai 6.000 kasus per harinya.

"Jadi memang sudah menurun, meski ekornya belum ketahuan di mana. Sedangkan di Indonesia karena angka pemeriksaan sedikit, jadi peak-nya belum ketahuan," ujarnya.

"Jadi mereka melonggarkan restriksi sosial, setelah angka kasus jauh di bawah. Apakah Indonesia sudah siap untuk melonggarkan restriksi sosial? Kalau dibandingkan dengan standar dari negara lain sih, belum ya. Tapi juga restriksi sosial di Indonesia juga tidak seketat negara lain," kata Prapditajati melanjutkan.

Dengan demikian, apakah artinya era a new normal adalah jalan keluar agar Indonesia bisa berdamai dengan covid-19?

Menurut Pradiptajati apabila ada masyarakat yang ingin melakukan suatu hal yang mendesak di luar rumah, memang harus dilakukan phsycial dan social distancing, juga hygiene yang baik seperti menggunakan masker dan sering cuci tangan.

Sehingga, yang dimaksud a new normal di tengah pandemi ini, kata Pradiptajati adalah, hal-hal yang sebelumnya jarang dilakukan, di a new normal ini harus dilakukan. Dari kultur hygiene dan social distancing.

Pun apabila ingin berdamai dengan virus corona pun, menurut Pradiptajati butuh skenario mitigasi untuk kemungkinan terburuk.

"Misal, skenario containment jika ada penyebaran masif lokal, ketersediaan fasilitas rumah sakit kesehatan, sarana pengobatan yang baik, dan seterusnya. Jadi tetap butuh data dan pemantauan. Gak bisa berdamai gitu aja. Apalagi untuk citizen dengan risk factor yang tinggi," ucapnya.

Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggaungkan new normal di tengah pandemi virus corona yang kian meluas dan menginfeksi jutaan orang di dunia, termasuk di Indonesia.

Jokowi menghimbau dan mengajak masyarakat untuk dapat hidup berdamai dengan Covid-19. Akibat pandemi ini, masyarakat dunia dipaksa tinggal di rumah. Bekerja, sekolah, hingga beribadah juga harus dilakukan di rumah. Terkecuali bagi mereka yang memang harus beraktivitas di luar rumah.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita mengungkapkan new normal kehidupan yang akan dijalankan, adalah beraktivitas di luar rumah seperti biasanya ditambah dengan protokoler kesehatan. New normal dilakukan karena belum ditemukannya obat dan vaksin corona.

"Kita harus beradaptasi dengan aktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain dan menghindari kerumuman serta bekerja, bersekolah dari rumah," ujar Wiku seperti dikutip Senin (18/5/2020).


[Gambas:Video CNBC]




(gus) Next Article Apa Itu New Normal & Bagaimana Protokolnya Menurut Jokowi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular