
Newsletter
Awas Kebanting! Jangan 'Ugal-ugalan' Menyambut New Normal
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 June 2020 06:05

Berlanjutnya penguatan Wall Street, sebagai kiblat bursa saham dunia tentunya mengirim sinyal positif ke pasar keuangan Asia dan dalam negeri hari ini.
Wall Street masih terus menunjukkan penguatan meski kerusuhan terus terjadi di Negeri Paman Sam. Secara historis, kerusuhan yang terjadi di negara maju cenderung tak berdampak signifikan ke bursa saham. Hal tersebut diungkapkan oleh Tina Fordham, kepala strategi politik global di Avonhurst kepada CNBC International dalam acara Squawk Box Europe Selasa kemarin.
"Investor di AS cenderung mengabaikan perkembangan (kerusuhan) ini, dan memperkirakan situasi akan terkendali, tetapi dalam pandangan kami kemungkinan akan terjadi konfrontasi yang lebih luas," kata Fordham.
Ia menambahkan pada tahun 1968, ketika terjadi kerusuhan yang lebih besar dan lebih berdarah di AS dampaknya sangat kecil ke Wall Street. Jadi menurutnya penguatan bursa saham saat terjadi kerusuhan saat bukan merupakan sesuatu yang tidak biasa.
Bursa saham yang menguat saat terjadi kerusuhan juga terjadi pada tahun lalu di Hong Kong (dengan sebab yang berbeda), bahkan selama berbulan-bulan. tetapi nyatanya, indeks Hang Seng Hong Kong masih mampu mencatat penguatan sepanjang 2019.
Bahkan jika melihat pergerakan indeks Hang Seng sepanjang tahun, penguatan maupun pelemahan lebih dipengaruhi oleh perkembangan hubungan AS-China khususnya masalah perang dagang.
Kurang berpengaruhnya kerusuhan di AS ke pasar keuangan bisa juga dilihat dari tingkat kepanikan global yang diukur dari volatility index (VIX). Sejak kerusuhan di AS pecah pada pekan lalu, VIX masih anteng di level di dekat level terendah dalam 3 bulan terakhir, jauh di bawah level tertinggi 12 tahun yang disentuh pada pertengahan Maret lalu ketika terjadi kepanikan global akibat pandemi Covid-19.
VIX pada perdagangan Selasa berada di kisaran 26, sementara pada pertengahan Maret berada di atas level 80. Posisi VIX di awal tahun ini berada di bawah 20, artinya tingkat kepanikan global sudah kembali mendekati level sebelum virus corona menjadi pandemi global.
Berkaca dari hal tersebut, kerusuhan yang terjadi di AS untuk sementara bisa diabaikan dampaknya ke pasar keuangan. Fokus investor saat ini masih tertuju pada new normal dalam memutar kembali roda perekonomian.
(pap/pap)
Wall Street masih terus menunjukkan penguatan meski kerusuhan terus terjadi di Negeri Paman Sam. Secara historis, kerusuhan yang terjadi di negara maju cenderung tak berdampak signifikan ke bursa saham. Hal tersebut diungkapkan oleh Tina Fordham, kepala strategi politik global di Avonhurst kepada CNBC International dalam acara Squawk Box Europe Selasa kemarin.
"Investor di AS cenderung mengabaikan perkembangan (kerusuhan) ini, dan memperkirakan situasi akan terkendali, tetapi dalam pandangan kami kemungkinan akan terjadi konfrontasi yang lebih luas," kata Fordham.
Ia menambahkan pada tahun 1968, ketika terjadi kerusuhan yang lebih besar dan lebih berdarah di AS dampaknya sangat kecil ke Wall Street. Jadi menurutnya penguatan bursa saham saat terjadi kerusuhan saat bukan merupakan sesuatu yang tidak biasa.
Bursa saham yang menguat saat terjadi kerusuhan juga terjadi pada tahun lalu di Hong Kong (dengan sebab yang berbeda), bahkan selama berbulan-bulan. tetapi nyatanya, indeks Hang Seng Hong Kong masih mampu mencatat penguatan sepanjang 2019.
![]() |
Bahkan jika melihat pergerakan indeks Hang Seng sepanjang tahun, penguatan maupun pelemahan lebih dipengaruhi oleh perkembangan hubungan AS-China khususnya masalah perang dagang.
Kurang berpengaruhnya kerusuhan di AS ke pasar keuangan bisa juga dilihat dari tingkat kepanikan global yang diukur dari volatility index (VIX). Sejak kerusuhan di AS pecah pada pekan lalu, VIX masih anteng di level di dekat level terendah dalam 3 bulan terakhir, jauh di bawah level tertinggi 12 tahun yang disentuh pada pertengahan Maret lalu ketika terjadi kepanikan global akibat pandemi Covid-19.
VIX pada perdagangan Selasa berada di kisaran 26, sementara pada pertengahan Maret berada di atas level 80. Posisi VIX di awal tahun ini berada di bawah 20, artinya tingkat kepanikan global sudah kembali mendekati level sebelum virus corona menjadi pandemi global.
Berkaca dari hal tersebut, kerusuhan yang terjadi di AS untuk sementara bisa diabaikan dampaknya ke pasar keuangan. Fokus investor saat ini masih tertuju pada new normal dalam memutar kembali roda perekonomian.
(pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular