
Saat Orang AS Takut Belanja, di Situlah Ekonomi Merasa Sedih

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Amerika Serikat (AS) turun tajam pada Juni 2022 di tengah kekhawatiran inflasi yang meninggi. Kondisi ini menyebabkan konsumen mengantisipasi pertumbuhan ekonomi akan melemah signifikan pada kuartal II-2022.
Berdasarkan data yang dirilis Conference Board (CB) pada Selasa (28/6/2022) indeks kepercayaan konsumen turun 4,5 poin ke 98,7 pada Juni 2022. Indeks turun ke level terendah sejak Februari 2021.
Indeks ini menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Bila di bawah 100, maka tandanya konsumen sedang tidak percaya diri melihat kondisi perekonomian saat ini hingga beberapa bulan mendatang.
Indeks Keyakinan Konsumen merupakan rata-rata sederhana dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini dan Indeks Ekspektasi Konsumen. Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini mencakup keyakinan konsumen mengenai penghasilan saat ini, ketepatan waktu untuk melakukan pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja.
Secara keseluruhan, Penilaian konsumen terhadap kondisi bisnis dan kondisi pasar tenaga kerja saat ini terlihat pesimis. Di mana hasil survei prospek bisnis dalam jangka pendek menunjukkan 14,7% konsumen mengharapkan kondisi bisnis akan membaik, angka ini turun dari prediksi yakni 16,4%.
Sementara 29,5% memperkirakan kondisi bisnis akan semakin memburuk. Angka ini naik dari prediksi yakni hanya 26,4%.
Selain itu, konsumen terlihat lebih pesimis tentang prospek tenaga kerja dalam jangka pendek. Sebanyak 16,3% konsumen mengharapkan lebih banyak lapangan pekerjaan yang tersedia serta 15,9% konsumen mengharapkan pendapatan mereka meningkat.
"Kepercayaan konsumen turun untuk bulan kedua berturut-turut di bulan Juni, jatuh ke titik terendah dalam hampir satu dekade" kata Lynn Franco, Direktur Senior Indikator Ekonomi di The Conference Board.
Prospek konsumen yang lebih suram didorong oleh meningkatnya kekhawatiran tentang inflasi, khususnya kenaikan harga bahan bakar dan makanan.
Ekspektasi sekarang telah turun jauh di bawah angka 80, menunjukkan pertumbuhan yang lebih lemah pada paruh kedua tahun 2022 serta meningkatnya risiko resesi pada akhir tahun.
Inflasi yang meninggi memunculkan tindakan agresif dari The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan yang bisa menyebabkan perlambatan ekspansi dan pemulihan.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan tanggung jawab untuk memulihkan inflasi yang rendah dan stabil terletak pada The Fed. IMF memandang keinginan bank sentral AS untuk segera menaikkan suku bunga acuan semalam ke level 3,5-4% sebagai "kebijakan yang tepat untuk menurunkan inflasi." Tingkat kebijakan Fed saat ini berkisar antara 1,5% hingga 1,75%.
Sementara itu, rencana liburan tertunda karena kenaikan harga enam bulan ke depan, belanja konsumen dan pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan terus menghadapi tantangan dari inflasi lebih lanjut serta kenaikan suku bunga.
Konsumsi rumah tangga menjadi penting karena memainkan peran yang amat vital. Pos ini berkontribusi terhadap lebih dari 80% dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Adidaya.
Data yang lemah karena kekhawatiran resesi telah meningkat akhir-akhir karena the Federal Reserve mencoba untuk memerangi lonjakan inflasi dengan kenaikan suku bunga yang agresif.
AS rasanya semakin dekat dengan resesi. Harga energi yang melambung membuat inflasi menjadi terlalu panas.
Apalagi pernyataan Ketua Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell pun tak segan 'mengorbankan' ekonomi Paman Sam demi mencapai tujuannya menurunkan inflasi bisa jadi pendorong resesi.
Data final pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan dirilis pada Rabu (29/6/2022). Berdasarkan konsensus yang dihimpun Reuters, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2022 diperkirakan minus 1,5% year-on-year (yoy) atau berada di zona kontraksi. Angka tersebut lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 6,9% yoy.
Ini berarti AS makin dekat dengan resesi kedua hanya dalam dua tahun terakhir. Jika kemudian pada kuartal II-2022 nanti pertumbuhan ekonomi kembali tumbuh negatif maka AS resmi masuk ke resesi.
IMF pun merevisi perkiraan ekonomi AS pada 2022 menjadi 2,9% dari sebelumnya 3,7%. IMF juga mengatakan kans AS terhindar dari resesi makin sempit.
"Kami sadar bahwa ada jalan sempit untuk menghindari resesi di AS," kata Georgieva.
Potensi resesi kian nyata jika melihat beberapa indikator makro lainnya seperti aktivitas manufaktur, keyakinan konsumen, tingkat produksi industri yang melemah.
Kondisi ekonomi Amerika saat ini memang sedang lesu. Bukan tidak mungkin masih akan berlanjut hingga kuartal berikutnya jika The Fed masih terus agresif dalam kebijakan suku bunganya dan inflasi yang terus memanas
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Amerika KO! Sinyal Resesi Makin Kuat?