Internasional

Ekonomi Amerika KO! Sinyal Resesi Makin Kuat?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
30 June 2022 11:39
Bendera Amerika Serikat
Foto: Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembacaan final pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) tercatat masih mengalami kontraksi alias tumbuh negatif, di tengah inflasi yang meninggi memunculkan tindakan agresif dari bank sentral The Federal Reserve/The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan yang bisa menyebabkan perlambatan ekspansi dan pemulihan.

Data final pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal I-2022 tercatat minus 1,6% secara kuartalan atau masih berada di zona kontraksi. Angka tersebut lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,9%.

Perekonomian AS tercatat merosot tajam sejak 2021 karena program stimulus The Fed berakhir. Kemudian inflasi merajalela dan memotong belanja konsumen dan pendapatan perusahaan. Ditambah lagi dengan naiknya harga energi yang diperburuk oleh serangan Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022 lalu.

Dana Moneter Dunia (IMF) pun merevisi perkiraan ekonomi AS pada 2022 menjadi 2,9% dari sebelumnya 3,7%. IMF juga mengatakan kans AS terhindar dari resesi makin sempit.

"Kami sadar bahwa ada jalan sempit untuk menghindari resesi di AS," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.

Terlebih lagi, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell pun tak segan 'mengorbankan' ekonomi demi mencapai tujuannya menurunkan inflasi bisa jadi pendorong resesi.

Adanya potensi tindakan agresif dari The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan yang bisa menyebabkan perlambatan ekspansi dan pemulihan.

Georgieva mengatakan tanggung jawab untuk memulihkan inflasi yang rendah dan stabil terletak pada The Fed. IMF memandang keinginan bank sentral AS untuk segera menaikkan suku bunga acuan semalam ke level 3,5-4%.

Potensi resesi kian nyata jika melihat beberapa indikator makro lainnya seperti aktivitas manufaktur, keyakinan konsumen, tingkat produksi industri yang melemah.

Berdasarkan data yang dirilis Conference Board (CB) pada Selasa (28/6/2022) indeks kepercayaan konsumen (IKK) turun 4,5 poin ke 98,7 pada Juni 2022. Indeks turun ke level terendah sejak Februari 2021.

IKK merupakan rata-rata sederhana dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini dan Indeks Ekspektasi Konsumen. Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini mencakup keyakinan konsumen mengenai penghasilan saat ini, ketepatan waktu untuk melakukan pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja.

Secara keseluruhan, penilaian konsumen terhadap kondisi bisnis dan kondisi pasar tenaga kerja saat ini terlihat pesimis. Di mana hasil survei prospek bisnis dalam jangka pendek menunjukkan 14,7% konsumen mengharapkan kondisi bisnis akan membaik, angka ini turun dari prediksi yakni 16,4%.

Sementara 29,5% memperkirakan kondisi bisnis akan semakin memburuk. Angka ini naik dari prediksi yakni hanya 26,4%.

Selain itu, konsumen terlihat lebih pesimis tentang prospek tenaga kerja dalam jangka pendek. 16,3% konsumen mengharapkan lebih banyak lapangan pekerjaan yang tersedia serta 15,9% konsumen mengharapkan pendapatan mereka meningkat.

Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juni 2022 ada di 52,4. Melambat dari bulan lalu yang tercatat 57. Hasil output dari industri di AS pun turun pada Mei menjadi 5,83% dari 6,29% pada bulan sebelumnya.

Di sisi lain, Personal Consumption Expenditure (PCE) tercatat tetap berada di level tinggi yaitu 4,9% yoy. PCE adalah indeks yang mengukur tingkat kenaikan rata-rata harga dari konsumsi domestik. Indikator ini juga jadi salah satu indikator dalam menentukan tingkat inflasi.

Begitu juga dengan data penjualan ritel pada Mei 2022 mengalami penurunan sebesar 0,3%. Nampaknya konsumen masih menahan pengeluaran di tengah inflasi yang sedang melonjak.

Kondisi ekonomi Amerika saat ini memang sedang lesu. Bukan tidak mungkin masih akan berlanjut hingga kuartal berikutnya jika The Fed masih terus agresif dalam kebijakan suku bunganya dan inflasi yang terus memanas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular