
Terpampang Nyata! Ini Bukti Amerika Kian Dekati Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) rasanya semakin dekat dengan resesi. Harga energi yang melambung membuat inflasi menjadi terlalu panas.
Apalagi pernyataan Ketua Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell pun tak segan 'mengorbankan' ekonomi Paman Sam demi mencapai tujuannya menurunkan inflasi bisa jadi pendorong resesi.
Data final pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan dirilis pada Rabu (29/6/2022). Berdasarkan konsensus yang dihimpun Reuters, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2022 diperkirakan minus 1,5% year-on-year (yoy) atau berada di zona kontraksi. Angka tersebut lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 6,9% yoy.
Ini berarti AS makin dekat dengan resesi kedua hanya dalam dua tahun terakhir. Jika kemudian pada kuartal II-2022 nanti pertumbuhan ekonomi kembali tumbuh negatif maka AS resmi masuk ke resesi.
Badan Moneter Dunia (IMF) pun merevisi perkiraan ekonomi AS pada 2022 menjadi 2,9% dari sebelumnya 3,7%. IMF juga mengatakan kans AS terhindar dari resesi makin sempit.
"Kami sadar bahwa ada jalan sempit untuk menghindari resesi di AS," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.
Salah satu penyebab AS makin dekat dengan resesi adalah tindakan agresif dari The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan yang bisa menyebabkan perlambatan ekspansi dan pemulihan. Georgieva mengatakan tanggung jawab untuk memulihkan inflasi yang rendah dan stabil terletak pada The Fed, dan bahwa dana tersebut memandang keinginan bank sentral AS untuk segera menaikkan suku bunga acuan semalam ke level 3,5% -4% sebagai "kebijakan yang tepat untuk menurunkan inflasi." Tingkat kebijakan Fed saat ini berkisar antara 1,5% hingga 1,75%.
Potensi resesi kian nyata jika melihat beberapa indikator makro lainnya seperti aktivitas manufaktur, keyakinan konsumen, tingkat produksi industri yang melemah.
