Terpampang Nyata! Ini Bukti Amerika Kian Dekati Resesi

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
27 June 2022 17:09
Bendera Amerika Serikat
Foto: Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) rasanya semakin dekat dengan resesi. Harga energi yang melambung membuat inflasi menjadi terlalu panas.

Apalagi pernyataan Ketua Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell pun tak segan 'mengorbankan' ekonomi Paman Sam demi mencapai tujuannya menurunkan inflasi bisa jadi pendorong resesi.

Data final pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan dirilis pada Rabu (29/6/2022). Berdasarkan konsensus yang dihimpun Reuters, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2022 diperkirakan minus 1,5% year-on-year (yoy) atau berada di zona kontraksi. Angka tersebut lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 6,9% yoy.

Ini berarti AS makin dekat dengan resesi kedua hanya dalam dua tahun terakhir. Jika kemudian pada kuartal II-2022 nanti pertumbuhan ekonomi kembali tumbuh negatif maka AS resmi masuk ke resesi.

Badan Moneter Dunia (IMF) pun merevisi perkiraan ekonomi AS pada 2022 menjadi 2,9% dari sebelumnya 3,7%. IMF juga mengatakan kans AS terhindar dari resesi makin sempit.

"Kami sadar bahwa ada jalan sempit untuk menghindari resesi di AS," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.

Salah satu penyebab AS makin dekat dengan resesi adalah tindakan agresif dari The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan yang bisa menyebabkan perlambatan ekspansi dan pemulihan. Georgieva mengatakan tanggung jawab untuk memulihkan inflasi yang rendah dan stabil terletak pada The Fed, dan bahwa dana tersebut memandang keinginan bank sentral AS untuk segera menaikkan suku bunga acuan semalam ke level 3,5% -4% sebagai "kebijakan yang tepat untuk menurunkan inflasi." Tingkat kebijakan Fed saat ini berkisar antara 1,5% hingga 1,75%.

Potensi resesi kian nyata jika melihat beberapa indikator makro lainnya seperti aktivitas manufaktur, keyakinan konsumen, tingkat produksi industri yang melemah.

Indeks Keyakinan konsumen (IKK) AS diprediksi akan jeblok pada Juni 2022 menjadi 100,9 dari 106,4 pada bulan lalu. Indikator ini mengukur tingkat keyakinan masyarakat terhadap ekonomi. Angka 100 adalah batas optimis, di mana jika turun di bawah angka tersebut IKK masuk zona pesimistis.  

Sementara itu S&P Global mencatat pembacaan awal (flash reading) aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juni 2022 ada di 52,4. Melambat dari bulan lalu yang tercatat 57. Hasil output dari industri di AS pun turun pada Mei menjadi 5,83% dari 6,29% pada bulan sebelumnya.

Di sisi lain, Personal Consumption Expenditure (PCE) diperkirakan tetap berada di level tinggi yaitu 4,8% yoy. PCE adalah indeks yang mengukur tingkat kenaikan rata-rata harga dari konsumsi domestik. Indikator ini juga jadi salah satu indikator dalam menentukan tingkat inflasi.

Begitu juga dengan penjualan ritel yang turun secara bulanan pada Mei menjadi -0,3% dari 0,7% pada bulan sebelumnya.

Jadi, ekonomi Amerika saat ini memang sedang lesu. Bukan tidak mungkin masih akan berlanjut hingga kuartal berikutnya jika The Fed masih terus agresif dalam kebijakan suku bunganya dan inflasi yang terus memanas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular