
4 Fakta Rusia Gagal Bayar Utang, Biang Kerok & Kata Putin

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia resmi gagal membayar utang luar negerinya alias default. Negeri itu memiliki deadline pembayaran utang pada 27 Mei dengan masa tenggang 30 hari setelahnya, yang berakhir pada Minggu (26/6/2022).
Sebagai informasi, pembayaran kupon yang semestinya diberikan adalah untuk dua seri obligasi bernilai US$ 100 juta. Ini baik dengan dolar Amerika Serikat (AS) dan mata yang euro.
Menurut sumber Reuters, pemegang obligasi pemerintah Rusia di Taiwan mengaku belum menerima pembayaran kupon. Kenapa?
Biang Keladi
Meskipun memiliki cukup uang dan kemauan untuk membayar, sanksi Barat rupanya membuat hal tersebut tampak tak mungkin. Rusia telah keluar dari sistem keuangan global yang membuat asetnya pun tak tersentuh investor.
Rusia sendiri sebelumnya mengatakan telah mengirimkan uang ke Euroclear, sebuah institusi sebagai penyedia jasa keuangan yang memfokuskan pada aktivitas clearing dan settlement pasar uang dan pasar modal. Bank yang kemudian akan mendistribusikannya ke investor.
Namun sayang, menurut Bloomberg News, uang telah berhenti di sana dan kreditur tak menerimanya. Euroclear tidak akan mengatakan apakah pembayaran telah diblokir, tetapi mengatakan bahwa pihaknya mematuhi semua sanksi.
Sebenarnya Moskow juga diketahui mencari cara untuk menangani pembayaran yang akan datang dan menghindari default. Rabu pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit untuk prosedur sementara dan memberi waktu 10 hari untuk pemerintah memilih bank untuk menangani pembayaran dalam skema baru.
Kementerian Keuangan Rusia juga mengklaim telah melakukan pembayaran ke National Settlement Depository (NSD) dalam euro dan dolar. Serta juga memastikan pihaknya memenuhi kewajiban.
Meski demikian, dana tersebut sepertinya tetap banyak tak sampai ke pemegang obligasi internasional. Bagi banyak pemegang obligasi, tidak menerima uang yang terutang tepat waktu ke rekening mereka merupakan default.
Rusia sendiri menurut Trading Economic memiliki obligasi dalam bentuk valuta asing sebesar US$ 40 milia. Total utang luar negerinya mencapai US$ 453,4 miliar pada akhir kuartal I-2022.
Apa Dampaknya?
Dengan ini bisa dikatakan Rusia menjadi negara yang melakukan wanprestasi. Menurut BBC ini akan membuat Rusia tidak mungkin untuk meminjam uang lagi, meski sebenarnya sanksi Barat juga telah "mengebiri" kemampuan itu.
Mantan Kepala Strategi di bank terbesar Rusia Sberbank-CIB dan kepala eksekutif di konsultan Macro Advisory yang berbasis di Moskow, Chris Weafer, mengatakan ini akan memicu masalah pada sebagian besar utang Rusia.
"Beberapa bagian dari utang itu sekarang akan jatuh tempo secara otomatis karena akan ada klausul pelunasan lebih awal di semua instrumen utang, jadi jika Anda gagal bayar pada salah satunya biasanya memicu permintaan segera untuk pembayaran utang lainnya, jadi Rusia pasti bisa menghadapi pelunasan utang segera sebesar sekitar $20 miliar pada tahap ini," katanya ke BBC Tokyo.
Sementara itu, ekonom eksekutif di Nomura Research Institute Takahide Kiuchi, tidak mengharapkan default utang Rusia berdampak besar pada pasar global. Apalagi karena investor telah memperkirakannya.
Namun, menurutnya kombinasi dari default utang luar negeri dan sanksi internasional akan berdampak parah pada perekonomian negara.
"Dalam jangka pendek, ekonomi Rusia diperkirakan akan masuk ke dalam resesi, berkontraksi sekitar 10% tahun ini," kata Kiuchi.
"Melihat lebih jauh ke depan, negara ini akan berjuang untuk menumbuhkan ekonominya karena mungkin tidak dapat meminjam uang dari luar negeri selama beberapa dekade, mungkin hingga 30 tahun," tambahnya.
Halaman 2 >>>
