
Nestapa Ekonomi Rusia: Ancaman Default dan Ambruknya Rubel

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia terancam gagal bayar utang menyusul upaya pembayaran obligasi global yang jatuh tempo dalam dolar Amerika Serikat (AS) dengan menggunakan rubel. Pihak Kremlin pun siap mengambil langkah yang diperlukan untuk menghindari default.
Terkait hal tersebut, Rusia berencana mengambil tindakan hukum jika pihak Barat memaksa negara itu berada dalam status gagal bayar utang.
"Tentu kami akan menuntut karena kami telah mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa investor menerima pembayaran mereka," tutur Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov kepada surat kabar Izvestia, sebagaimana dikutip Reuters, Senin (11/4/2022).
Dia mengatakan siap membuktikan komitmennya tersebut di pengadilan yang diyakini bakal mengonfirmasi upaya Rusia untuk membayar utang, baik dalam mata uang asing maupun rubel. Namun, dia tidak memerinci lebih lanjut tindakan apa saja yang akan diambil.
"Ini tidak akan menjadi proses yang mudah. Kami harus sangat aktif membuktikan kasus kami, terlepas dari semua kesulitan," katanya.
Adapun, Rusia tengah menghadapi gagal bayar utang pertama dalam lebih dari satu abad setelah membuat pengaturan untuk melakukan pembayaran obligasi internasional dalam rubel pada awal pekan ini, meskipun pembayaran itu jatuh tempo dalam dolar AS. Pekan lalu, Siluanov mengatakan Rusia akan melakukan segala kemungkinan untuk memastikan krediturnya dibayar.
Siluanov mengatakan kewajiban eksternal Rusia berjumlah sekitar 20% dari total utang publik, yang mencapai sekitar 21 triliun rubel (US$ 261,7 miliar). Dari jumlah itu, sekitar 4,5-4,7 triliun rubel merupakan kewajiban eksternal.
"Jika perang ekonomi dan keuangan dilancarkan terhadap negara kami, kami terpaksa bereaksi, sambil tetap memenuhi semua kewajiban kami," kata Siluanov. "Jika kami tidak diizinkan melakukannya dalam mata uang asing, kami melakukannya dalam rubel."