Jurus PPnBM Airlangga: Penjualan Mobil RI Bisa Kayak Korea?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 March 2021 11:03
Calon pembeli melihat mobil baru di Showroom Suzuki di Kawasan Gading Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (16/2/2021). Pemerintah memutuskan untuk memberikan insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) atau pajak 0%. Insentif tersebut terbagi menjadi tiga tahap yang akan dievaluasi per tiga bulan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Showroom Mobil (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil di berbagai negara masih saja nyungsep. Namun lagi-lagi Korea Selatan muncul jadi pembeda dengan membukukan pertumbuhan positif.

Mengutip data Marklines, berikut pertumbuhan penjualan mobil di sejumlah negara pada Februari 2021:

Negara

Pertumbuhan Penjualan Februari 2021 (%YY)

Belgia

-21.9

Afrika Selatan

-18.1

Italia

-12.3

Swedia

5.3

Spanyol

-38.4

Argentina

8.9

Jepang

0.5

France

-20.9

Jerman

-19

Polandia

0.9

Australia

5.1

Irlandia

5.3

Swiss

-15.6

Norwegia

3.3

Ukraina

-9

Amerika Serikat

-12.7

Korea Selatan

24

Kanada

-9.9

Republik Ceska

-15.5

Meksiko

-21.1

Sumber: MarkLines

Memasuki 2020, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih belum usai. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 9 Maret 2021 adalah 116.874.912 orang. Bertambah 326.990 orang dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (24 Februari-9 Maret 2021), rata-rata penambahan pasien baru adalah 392.308 orang per hari. Meningkat ketimbang rerata 14 hari sebelumnya yaitu 370.303 orang setiap harinya.

Pandemi masih menjadi penghalang mobilitas masyarakat, termasuk di Indonesia. Mengutip data Apple Mobility Index, indeks mobilitas dengan berkendara per 2 Maret 2021 adalah 86,56. Sejak 13 Januari 2020, rata-ratanya adalah 88,56. Mobilitas belum pulih ke masa sebelum pandemi.

So, sangat wajar penjualan mobil dunia anjlok. Bahkan penurunan penjualan masih berlanjut hingga 2021.

Halaman Selanjutnya --> Korea Tak Mau Pasrah

Namun, ada kisah lain. Korea Selatan emoh mengikuti jejak negara-negara lain, Negeri Ginseng mampu membukukan pertumbuhan positif dalam hal penjualan mobil. 

Sepanjang 2020, pertumbuhan penjulan mobil di Korea Selatan tumbuh 4,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Pada Januari 2021, pertumbuhannya adalah 16,7% YoY dan Februari lebih sangar lagi yakni 24% YoY. 

Mengutip riset GlobalData, adalah permintaan domestik yang membuat penjualan mobil mampu tumbuh. Penyebabnya adalah insentif pajak dari pemerintah.

Pemerintah Korsel memberikan diskon pajak terhadap 70% jenis yang dibebankan kepada konsumen yang membeli pada periode Maret-Juni 2020. Kemudian sampai Desember 2020, program diskon pajak dilanjutkan tetapi dikurangi menjadi 30% dari seluruh pajak yang dibayar oleh konsumen.

Mengutip Pulsenews, konsumen bisa berhemat sampai KRW 1,43 juta atau sekira Rp 18,34 juta kala membeli mobil baru. Tergiur dengan harga yang lebih murah, konsumen pun mau membeli mobil sehingga penjualan tumbuh positif.

"Dengan produsen di Korsel yang berencana mengeluarkan model baru dan genjarnya promosi, bukan tidak mungkin penjualan mobil bisa melanjutkan tren positif. Insentif pajak sepertinya masih menjadi pendorong utama," kata Bakar Sadik Agwan, Senior Automotive Consulting Analyst di GlobalData.

Halaman Selanjutnya --> Indonesia Bisa Seperti Korea

Berkaca dari pengalaman Korea Selatan, Indonesia juga punya potensi untuk mendongrak penjualan mobil. Seperti di Negeri K-Pop, pemerintah Indonesia juga memberikan keringanan pajak berupa pembebasan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang berlaku mulai awal bulan ini. 

Pembebasan PPnBM mobil berlaku dengan syarat sebagai berikut:

  1. Sedan dengan kapasitas isi silinder kurang dari atau sama dengan 1.500 cc.
  2. Kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10 orang (4x2) dengan kapasitas isi silinder kurang dari atau sama dengan 1.500 cc.
  3. Kandungan lokal lebih dari atau sama dengan 70%.

 

Fasilitas ini tidak berlaku selamanya, ada jangka waktu. Tahap pertama adalah PPnBM sepenuhnya ditanggung pemerintah (100%) untuk masa pajak hingga Mei 2021. Kemudian tahap kedua dikurangi 50% yang berlaku pada Juni-Agustus 2021. Tahap terakhir adalah pemerintah hanya menanggung PPnBM sebesar 25%, ini berlaku pada September-Desember 2021.

Dengan pembebasan PPnBM, harga mobil bisa lebih murah hingga belasan juta rupiah. Diharapkan ini akan menarik minat kelas menengah Indonesia untuk membeli mobil. Maklum, selama pandemi kelas menengah memilih untuk meningkatkan tabungan ketimbang konsumsi. 

Pembebasan PPnBM, yang diperkirakan mampu mendongkrak penjualan mobil, dampaknya seperti badminton. Di mana-mana.

Industri otomotif adalah salah satu penyumbang terbesar di sektor industri manufaktur alias pengolahan selain makanan-minuman, tekstil, petrokimia, dan elektronika. Otomotif adalah industri yang memiliki keterkaitan erat dengan berbagai sektor lainnya seperti baja, karet, kulit, sampai keuangan karena kredit masih menjadi pilihan untuk membeli kendaraan bermotor. Jadi, peningkatan penjualan mobil akan mendongrak berbagai sektor ekonomi lainnya.

Ketika permintaan mobil meningkat dan berbagai sektor bergerak, lapangan kerja baru akan tercipta. Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Perekonomian, menyebut sektor otomotif membuka jutaan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung.

"Sektor otomotif memiliki 1,5 juta tenaga kerja langsung dan 4,5 juta tidak langsung. Ini memiliki 7.451 pabrik dan Rp 700 triliun sumbangan kepada PDB (Produk Domestik Bruto)," kata Airlangga belum lama ini.

Airlangga mengungkapkan insentif ini bisa mendongrak penjualan mobil hingga kembali mendekati 1 juta unit. Sebagai informasi, penjualan mobil sepanjang 2020 adalah 532.027 unit.

Halaman Selanjutnya --> Semua Kembali ke Penanganan Pandemi

Dengan penjualan mobil yang kembali mendekati 1 juta unit, Airlangga menyatakan Indonesia bisa kompetititf ketika masuk ke pasar ekspor. Selain itu, pembiayaan oleh sektor keuangan juga meningkat sehingga menumbuhkan pertumbuhan kredit plus pertumbuhan ekonomi. 

"Kita ingin agar utilisasi maupun penjualan kita kembali ke level mendekati 1 juta. Kalau mendekati 1 juta ini, maka industri ini juga dapat melakukan ekspor secara bersaing. Kemudian sektor ini yang dilakukan financing sekitar Rp 360-an triliun satu tahun. Jadi tentu ketika kapasitas atau penjualan sektor otomotif dan properti cukup baik dan mendorong daya beli masyarakat, secara langsung bisa menambahkan pertumbuhan 0,9-1% dengan multiplier effect-nya," ungkap Airlangga.

Akan tetapi, Airlangga berpesan bahwa target-target tersebut sepenuhnya kembali ke masyarakat. Jika masyarakat punya keyakinan terhadap prospek ekonomi ke depan, maka target-target itu bisa tercapai.

"Tentu ini tidak bisa lepas dari confidence masyarakat. Penanganan Covid-19 dan vaksinasi itu menjadi kunci. Kami memberikan tambahan confidence yang diperlukan dengan insentif, tapi tentu ada pula faktor keberhasilan vaksinasi. Jadi kita bertahap ini semua bisa berjalan secara beriringan," jelas Airlangga.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular