Pelajaran dari China: Ekonomi Akan Bersemi Kala Corona Mereda

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 March 2020 11:07
Pelajaran dari China: Ekonomi Akan Bersemi Kala Corona Mereda
Foto: Petugas Kesehatan Menyemproti Disenfektan dijalan Utama Iran Untuk Pencegahan Virus Corona. (AP/Vahid Salemi)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona telah mengguncang dunia. Namun dengan tekad dan determinasi, virus ini bukannya tidak terkalahkan.

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis pada Selasa (24/3/2020) pukul 09:49 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia adalah 381.293 orang di mana 16.572 orang meninggal dunia. Virus corona sudah menyebar di hampir 190 negara.

 


Virus corona bermula dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Wajar saja jumlah kasus corona di China adalah yang terbanyak di dunia yaitu 81.514.

Namun dalam beberapa waktu terakhir kabar baik datang dari China. Jumlah kasus baru di Negeri Tirai Bambu terus menurun, bahkan penularan domestik sudah tidak ada. Kasus baru seluruhnya adalah penularan dari luar negeri (imported case).


Hal ini tidak lepas dari determinasi China dalam membendung virus corona. Sejumlah daerah melakukan karantina wilayah (lockdown) total. Transportasi publik tidak beroperasi, warga juga tidak boleh keluar rumah kecuali untuk urusan mendesak.

Pemerintah China juga membangun belasan rumah sakit temporer untuk menampung pasien corona. Rumah sakit itu merawat belasan ribu pasien yang tidak tertampung dua rumah sakit permanen. Di Kota Wuhan saja, ada 15 rumah sakit temporer yang merawat sekitar 12.000 pasien.

Hasilnya impresif. Seiring kasus corona yang terus turun, pemerintah memutuskan untuk menutup seluruh rumah sakit temporer pada 10 Maret lalu.

"Keberadaan rumah sakit temporer ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan dan menampung pasien semaksimal mungkin dengan sumber daya dan tempat yang minimal. Mulai 11 Februari, rumah sakit ini sudah memulangkan 28 pasien dan sejak saat itu setiap harinya ada pasien yang diperbolehkan pulang," kata Wang Chen, Presiden Akademi Ilmu Kedokteran China, seperti dikutip dari China Daily.

Seiring serangan virus corona yang mereda, aktivitas masyarakat kembali pulih meski belum 100%. Konsumen mulai memadati pusat perbelanjaan dan restoran karena social distancing tidak lagi diperlukan.

"Sudah terlihat banyak orang di pusat kota, jauh berbeda dengan pemandangan Februari. Orang-orang sudah mulai mengantre untuk membeli barang," ujar Chen Jiayi, seorang mahasiswi di Shanghai, seperti dikutip dari Reuters.

Baca: Kala China Kini Bangkit dari Corona


Aktivitas publik yang berangsur semarak membuat ekonomi China bergeliat. Sejumlah data menunjukkan ekonomi China mulai menunjukkan perbaikan.

Pertama, pengiriman batu bara ke China naik. Pada 1-23 Maret, impor batu bara yang sampai di pelabuhan China tercatat 24,79 juta ton. Lebih tinggi dibandingkan sepanjang Februari yaitu 21,9 juta ton.

Pelajaran dari China: Ekonomi Akan Bersemi Kala Corona MeredaRefinitiv

Peningkatan impor batu bara memberi gambaran bahwa permintaan energi di China meningkat. Peningkatan permintaan energi adalah pertanda ekonomi yang bergerak maju.


Kedua adalah Purchasing Managers' Index (PMI). Ini adalah indikator penting karena bisa meraba ke mana dunia usaha bergerak, ekspansif atau kontraktif.

Pada Februari, PMI manufaktur China berada di 40,3, terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI. Namun pada Maret, konsensus yang dihimpun Trading Economics memperkirakan ada peningkatan ke 45,7.

Angka PMI yang masih di bawah 50 berarti industriawan masih kontraktif, belum ada ekspansi. Namun sudah ada perbaikan meski bertahap.




Kala dunia disibukkan dengan krisis keuangan global, butuh waktu hitungan tahun untuk pulih. Amerika Serikat (AS) baru berani menaikkan suku bunga acuan pada akhir 2015, padahal krisis terjadi pada 2008-2009. Artinya, butuh waktu sekitar tujuh tahun untuk meyakinkan diri bahwa semuanya sudah baik-baik saja.

Begitu juga perang dagang. AS-China yang terlibat perang dagang selama nyaris dua tahun sudah meneken perjanjian damai pada pertengahan Januari lalu. Namun ini baru Fase I, bea masuk yang diterapkan selama masa perang dagang juga belum dicabut. Masalah belum sepenuhnya selesai.


Virus corona sangat berbeda. Virus ini memang berdampak luar biasa kepada perekonomian, menghantam dari sisi pasokan (supply) dan permintaan (demand). Namun begitu penyebarannya melambat apalagi hilang, maka masalah sudah selesai. Tidak ada buntutnya lagi.

Oleh karena itu, percayalah bahwa ketika serangan virus corona sudah selesai maka perekonomian dunia akan bersemi kembali. China sudah memberi contohnya. Akan tetapi selagi serangan virus corona masih ganas-ganasnya seperti sekarang, sepertinya dunia harus merasakan nestapa dulu.

At the end of the storm, there's a golden sky. And the sweet silver song of the lark...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular