
Internasional
Kala China Kini Bangkit dari Corona
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
18 March 2020 15:59

Jakarta, CNBC Indonesia - China kini sepertinya kembali bangkit dariĀ corona (COVID-19). Sejumlah restoran kembali dibuka, lalu lintas mulai penuh dan pabrik mulai beroperasi.
Selagi dunia tengah gencar memerangi wabah corona, dengan kebijakan seperti larangan keluar rumah dan lockdown, sejumlah warga China sudah bisa terlihat berkumpul di taman kota. Meski situasi ini masih jauh dari normal.
Masker masih terus dipakai. Pemeriksaan suhu juga masih dilakukan di sejumlah tempat berkumpul, seperti restoran.
China bahkan mengampanyekan "jarak sosial". Bahkan untuk menari di taman, setiap orang kini harus berjarak tiga meter, satu sama lain.
"Selama epidemi semua orang sangat tegang dan takut. Jadi kami ingin bersantai sekarang," kata seorang warga bernama Wang (57).
Meski demikian, ia mengatakan semua orang tetap berhati-hati. Mereka wajib menjaga jarak untuk menghindari infeksi.
Industri juga mulai bergeliat. Sebelumnya, sejumlah pengusaha masih sangat khawatir dengan bayang-bayang kebangkrutan.
"Saya sangat takut. Rasa takut terus berlanjut," kata Zhang Min (50), pemilik perusahaan pemasok peralatan kantor di Shanghai.
"Tapi sekarang semuanya baik-baik saja ... tidak seperti orang-orang di luar negeri yang kini panik."
Lalu lintas transportasi umum, seperti commuter juga kini mulai normal. Namun ada pembatasan di sejumlah area.
Di kota Shanghai misalnya, mereka yang datang, harus menunjukan kode. Kode ini berupa warna yakni hijau, kuning atau merah.
Ini dibuat berdasarkan pelacakan apakah mereka pernah mengunjungi zona berisiko atau tidak. Pengecekan berlaku sebelum seseorang memasuki pusat bisnis.
"Virus tidak bisa keluar, tetapi orang bisa selamat. Jadi kami diyakinkan," kata Lai Jinfeng (41), saat berjalan-jalan di Bund Shanghai.
Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping juga telah mengunjungi Wuhan-ibu kota Hubei yang menjadi episentrum corona- pada 10 Maret lalu. Hal ini membuat banyak pihak yakin, 90% bisnis akan beroperasi lagi, terutama di luar Hubei.
Tapi ekonomi tetap tidak akan sama. "Bisnis saya (dulu) bagus, tapi tidak sekarang. Sekarang, pada dasarnya aku tidak datang lagi di pagi hari ... aku selesai jam tiga sore."
Di China, berdasarkan data Worldometer, ada 80.894 kasus positif. Namun penurunan terus terjadi.
Pada Selasa kemarin kasus baru hanya 13. Jumlah pasien sembuh 69.614 dan pasien meninggal 3.237.
(sef/sef) Next Article Jelang Olimpiade, Kasus Covid-19 di China Pecah Rekor
Selagi dunia tengah gencar memerangi wabah corona, dengan kebijakan seperti larangan keluar rumah dan lockdown, sejumlah warga China sudah bisa terlihat berkumpul di taman kota. Meski situasi ini masih jauh dari normal.
China bahkan mengampanyekan "jarak sosial". Bahkan untuk menari di taman, setiap orang kini harus berjarak tiga meter, satu sama lain.
"Selama epidemi semua orang sangat tegang dan takut. Jadi kami ingin bersantai sekarang," kata seorang warga bernama Wang (57).
Meski demikian, ia mengatakan semua orang tetap berhati-hati. Mereka wajib menjaga jarak untuk menghindari infeksi.
Industri juga mulai bergeliat. Sebelumnya, sejumlah pengusaha masih sangat khawatir dengan bayang-bayang kebangkrutan.
"Saya sangat takut. Rasa takut terus berlanjut," kata Zhang Min (50), pemilik perusahaan pemasok peralatan kantor di Shanghai.
"Tapi sekarang semuanya baik-baik saja ... tidak seperti orang-orang di luar negeri yang kini panik."
Lalu lintas transportasi umum, seperti commuter juga kini mulai normal. Namun ada pembatasan di sejumlah area.
Di kota Shanghai misalnya, mereka yang datang, harus menunjukan kode. Kode ini berupa warna yakni hijau, kuning atau merah.
Ini dibuat berdasarkan pelacakan apakah mereka pernah mengunjungi zona berisiko atau tidak. Pengecekan berlaku sebelum seseorang memasuki pusat bisnis.
"Virus tidak bisa keluar, tetapi orang bisa selamat. Jadi kami diyakinkan," kata Lai Jinfeng (41), saat berjalan-jalan di Bund Shanghai.
Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping juga telah mengunjungi Wuhan-ibu kota Hubei yang menjadi episentrum corona- pada 10 Maret lalu. Hal ini membuat banyak pihak yakin, 90% bisnis akan beroperasi lagi, terutama di luar Hubei.
Tapi ekonomi tetap tidak akan sama. "Bisnis saya (dulu) bagus, tapi tidak sekarang. Sekarang, pada dasarnya aku tidak datang lagi di pagi hari ... aku selesai jam tiga sore."
Di China, berdasarkan data Worldometer, ada 80.894 kasus positif. Namun penurunan terus terjadi.
Pada Selasa kemarin kasus baru hanya 13. Jumlah pasien sembuh 69.614 dan pasien meninggal 3.237.
(sef/sef) Next Article Jelang Olimpiade, Kasus Covid-19 di China Pecah Rekor
Most Popular