Corona, Sepak Bola, & Triliunan Rupiah yang Menguap ke Udara

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 March 2020 07:29
Corona, Sepak Bola, & Triliunan Rupiah yang Menguap ke Udara
Pelayanan RS Italia. (AP/Luca Bruno)
Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir pekan biasanya menjadi 'surga' bagi para pencinta sepak bola. Mulai Sabtu malam hingga Minggu dini hari waktu Indonesia, para penggila bola (gibol) dimanjakan oleh tayangan pertandingan kelas wahid mulai dari Liga Primer Inggris, Serie A Italia, La Liga Spanyol, Ligue 1 Prancis, atau Bundesliga Jerman. Lebih syahdu lagi bila dinikmati bersama kawan-kawan sambil menyesap 1, 2, 3, 4, 5, atau berapa pun gelas bir... 

Namun sejak 2-3 pekan terakhir, kebahagiaan itu hilang. Sesuatu yang jahat telah merenggut kegembiraan para penikmat sepak bola, yang menjadikan the beautiful game sebagai sarana penghilang penat setelah 5 hari bekerja hilang dari layar kaca (atau layar laptop, atau layar tablet, atau layar smartphone, bebas saja bagaimana Anda menonton).

Si jahat itu bernama virus corona (COVID-19). Ya, serangan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini menyebar dengan sangat cepat. Kini, virus corona sudah menclok di lebih dari 170 negara.

 

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis pada Sabtu (21/3/2020) pukul 22:53 WIB, jumlah pasien virus corona di seluruh dunia mencapai 287.239. Sementara korban jiwa tercatat 11.921 orang.

Di China yang merupakan episentrum kasus corona, situasinya sudah jauh lebih baik. Dalam 3 hari terakhir, sudah tidak ada tambahan kasus baru yang berasal dari penyebaran domestik. Tambahan pasien baru adalah akibat penularan dari luar (imported case).


Namun di luar China, situasinya justru berkebalikan. Virus corona malah mengganas, terutama di Eropa.

Italia kini merawat 47.021 pasien corona, di mana 4.032 orang di antaranya tutup usia. Korban jiwa akibat virus corona di Italia kini lebih banyak dari China (3.259 orang).


Kemudian di Spanyol, terdapat 25.374 kasus corona dan 1.375 korban jiwa. Lalu di Jerman ada 21.642 kasus dengan korban meninggal 73 orang. Sedangkan di Inggris, jumlah kasus corona adalah 4.014 orang dan 177 meninggal dunia. Di Prancis, jumlah pasien corona adalah 12.483 sementara korban jiwa 450 orang.

"Ini adalah momentum yang mengharuskan koordinasi kebijakan yang terkoordinasi, cepat, dan inovatif dari berbagai negara. Kita sedang dalam situasi luar biasa, yang biasa-biasa saja tidak bisa diterapkan," kata Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), seperti diberitakan Reuters.

Kebijakan terkoordinasi itu sudah ditunjukkan Uni Eropa. Pekan ini, 26 negara anggota uni Eropa sepakat untuk menutup perbatasan. Tidak ada pendatang dari luar negeri yang diperkenankan masuk, dan warga negara domestik tidak bisa bepergian ke luar negeri.

"Keputusan paling tepat saat ini adalah tetap di rumah. Masa depan berada di tangan kita semua. Tangan ini harus memikul tanggung jawab lebih besar dari sebelumnya," tegas Giuseppe Conte, Perdana Menteri Italia, seperti diberitakan Reuters.

Penutupan perbatasan dan karantina wilayah (lockdown) di sejumlah negara Benua Biru membuat pergerakan masyarakat menjadi terbatas. semua orang dianjurkan tinggal di rumah untuk membatasi ruang gerak penyebaran virus corona. Pemerintah juga melarang aktivitas yang melibatkan kerumunan atau banyak orang.




[Gambas:Video CNBC]



Salah satu korban dari kebijakan ini adalah sepak bola. Pertandingan di stadion membuat ribuan orang berkumpul dalam satu tempat, yang membuat kontak fisik menjadi mustahil dihindari. Ini membuat risiko penyebaran virus menjadi sangat tinggi.

Meski kemudian sebagian pertandingan sempat digelar tertutup di stadion tanpa penonton, risiko penyebaran tidak menurun. Kontak fisik antar pemain, meludah di lapangan, sampai bertukar botol minum menjadi medium penyebaran virus.

Oleh karena itu, berbagai liga sepak bola Eropa berhenti. Liga Primer, Serie A, La Liga, Bundesliga, sampai Ligue 1 menunda kelanjutan kompetisi musim 2019/2020. Bahkan perhelatan Piala Eropa 2020 yang sedianya berlangsung pada pertengahan tahun ini diundur 12 bulan.


"Sekarang kita harus agak menunduk, karena ada musuh yang tidak terlihat sedang bergerak begitu cepat. Dalam situasi seperti ini, sepakbola harus menunjukkan tanggung jawab dan solidaritas. Kesehatan fans, staf, dan pemain harus menjadi prioritas," kata Presiden Asosiasi Sepakbola Eropa (UEFA) Aleksander Ceferin dalam keterangan tertulis.

Liga Primer mengumumkan bahwa kompetisi musim 2019/2020 dihentikan setidaknya sampai 30 April dan bisa diperpanjang. Namun para pemangku kepentingan sepak bola di Negeri John Bull sudah sepakat musim 2019/2020 akan tetap dilanjutkan tanpa batasan waktu tertentu.

"Peraturan FA (Football Association, PSSI-nya Inggris) menyebutkan bahwa musim kompetisi paling lambat selesai pada 1 Juni. Namun, FA sepakat bahwa batasan ini bisa diperpanjang sampai batas waktu yang tidak ditentukan untuk musim 2019/2020," sebut keterangan tertulis Liga Primer.


Serie A dihentikan sementara setidaknya sampai 3 April. Namun tidak seperti Liga Primer, kelanjutan kompetisi sepakbola paling top di planet bumi pada era 1990-an ini belum menentukan nasib kelanjutan musim 2019/2020.

"Kita harus lebih ketat dalam hal olahraga. Serie A dan seluruh pertandingan olahraga harus ditunda. Fans harus menerimanya, tidak ada alasan kompetisi dilanjutkan," tegas PM Conte (tidak ada hubungan keluarga dengan Antonio Conte, Pelatih Inter Milan).

Sementara La Liga awalnya masih mau melanjutkan musim 2019/2020 secara tertutup zonder penonton. Namun pada 13 Maret, akhirnya otoritas kompetisi menunda pertandingan meski tidak disebutkan sampai kapan.

"Dengan kabar terbaru yang muncul, khususnya karantina di skuat Real Madrid dan kemungkinan kasus di pemain dari klub lain, maka disepakati kompetisi ditiadakan setidaknya 1-2 pertandingan ke depan. Keputusan ini akan dievaluasi kembali setelah fase karantina selesai dan melihat perkembangan yang ada," sebut keterangan tertulis La Liga.


Bukan cuma fans yang pusing karena tidak punya hiburan pada akhir pekan. Sebenarnya pengelola klub lebih pusing lagi karena tidak ada pemasukan dari penjualan tiket pertandingan. Beberapa klub Eropa bahkan sudah melakukan efisiensi.

FC Sion, klub papan atas di Swiss, memutus kontrak sembilan pemainnya karena menolak pemotongan gaji. Klub terpaksa memangkas gaji para pemain pengeluaran terus berjalan sementara pendapat berkurang.

"FC Sion mengkonfirmasi bahwa telah memutus kontrak sembilan pemain yaitu Ermir Lenjani, Xavier Kouassi, Mickaël Facchinetti, Birama Ndoye, Johan Djourou, Pajtim Kasami, Seydou Doumbia, Christian Zock and Alexandre Song. Pelepasan kontrak berlaku segera," sebut keterangan tertulis FC Sion.

Pemain-pemain yang dilepas ini adalah anggota tim utama dan punya nama yang lumayan mentereng. Djorou dan Song adalah mantan pemain Arsenal (Inggris), yang disebut belakangan bahkan sempat berkarya di Barcelona (Spanyol). Sementara Doumbia pernah tiga tahun bermain di AS Roma (Italia).

Secara umum, kerugian klub akibat penundaan kompetisi tidak main-main. Menurut perhitungan KPMG, firma keuangan ternama dunia, kerugian yang diderita klub-klub di Liga Primer, La Liga, Serie A, Bundesliga, dan Ligue 1 bernilai total EUR 3,45-4 miliar (Rp 58,56-67,89 triliun dengan kurs saat ini). Kerugian ini tidak hanya dari tiket pertandingan, tetapi juga hak siar dan komersial.


"Perusahaan pemegang hak siar yang memiliki kontrak kolektif dengan otoritas liga bisa mengklaim uang kembali jika pertandingan dibatalkan dan musim tidak selesai," sebut laporan KPMG.

Mengutip BBC, Sky dan BT selaku pemegang hak siar Liga Primer dikabarkan meminta kompensasi bernilai total GBP 750 juta (Rp 13,78 triliun). Bukan apa-apa, keduanya sudah membayar mahal untuk menjadi pemegang hak siar Liga Primer yaitu mencapai GBP 3 miliar (Rp 55,12 triliun).


Agar klub tetap bisa bertahan hidup, English Football League (EFL) yang mengelola tiga kompetisi di Inggris di bawah Liga Primer (Championship Division, League One, dan Laague Two) mengeluarkan 'paket stimulus' berupa pinjaman lunak senilai GBP 50 juta (Rp 918,65 miliar). Lunak karena tidak ada bunga.

Setiap klub Championship Division akan menerima GBP 800.000 (Rp 14,69 miliar) plus GBP 584.000 (Rp 10,73 miliar) jika dibutuhkan. Kemudian klub-klub League One akan menerima GBP 250.000 (Rp 4,59 miliar) plus GBP 183.000 (Rp 3,31 miliar). Lalu untuk League Two jatahnya GBP 164.000 (Rp 3,01 miliar) plus GBP 120.000 (Rp 2,2 miliar).

Bagi para penggemar, virus corona 'hanya' merenggut kesenangan dari menonton sepakbola. Namun buat pemilik klub, virus ini membuat mereka pusing tujuh keliling karena pemasukan turun sementara biaya tidak mengikuti. Kalau situasinya tidak berubah, mungkin saja ada klub yang tidak mampu bertahan dan terpaksa gulung tikar.

Jadi bukan hanya kegembiraan dan gairah sepakbola yang hilang gara-gara virus corona. Duit triliunan rupiah pun menguap ke udara...


TIM RISET CNBC INDONESIA




Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular