
Neraca Dagang RI Surplus Tinggi, Tapi Kenapa Harus Hati-hati?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 March 2020 12:30

Data yang dirilis BPS hari ini persis dengan apa yang diumumkan di China. Pada Januari-Februari 2020, produksi industri China turun 13,5% YoY. Ini adalah penurunan pertama sejak awal 1990.
Industri manufaktur China terpukul hebat oleh penyebaran virus corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 10:33 WIB, jumlah kasus corona di China adalah 81.020 dan korban jiwa tercatat 3.217 orang. Jumlah kasus dan korban jiwa di China adalah yang tertinggi di dunia.
Sejumlah pabrik di China menjadi korban kebijakan isolasi (lockdown) di kota tempat mereka beroperasi. Atau karyawan dirumahkan untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Misalnya Kota Wuhan di Provinsi Hubei (yang menjadi 'pusat gempa' virus corona) yang sampai sekarang masih dalam status lockdown. Padahal kota ini adalah domisili beberapa pabrik penting, terutama di sektor otomotif.
"Wuhan dikenal sebagai Motor City karena menjadi lokasi pabrikan besar seperti Honda, Nissan, Peugeot, dan Renault. Untuk Honda sendiri, fasilitas di Hubei menyumbang sekitar 50% dari total produksi di seluruh China pada 2019. Sedangkan Provinsi Hubei berkontribusi sekitar 10% dari total produksi mobil China," jelas riset World Economic Forum.
Dengan adanya lockdown, pabrik-pabrik otomotif di Wuhan kesulitan memperoleh bahan baku/penolong karena pengiriman barang sulit masuk ke dalam kota. Belum lagi masih banyak pekerja yang diliburkan.
Perkembangan ini membuat produksi mobil China anjlok. Pada Februari, produksi mobil Negeri Panda tercatat 28,5 juta unit atau anjlok 79,8% YoY.
Ini baru satu contoh kasus. Sayangnya kejadian serupa dialami oleh sektor industri lain, kota lain, dan bahkan negara lain. Akibatnya, pengiriman produk ke berbagai negara turun termasuk ke Indonesia.
"Dalam jangka pendek, dampak (virus corona) terhadap perekonomian global dan rantai pasok tidak bisa dihindari. Pertumbuhan ekonomi global akan menghadapi tekanan," kata Li Xingqian, Direktur di Kementerian Perdagangan China, seperti diberitakan oleh Reuters.
(aji/aji)
Industri manufaktur China terpukul hebat oleh penyebaran virus corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 10:33 WIB, jumlah kasus corona di China adalah 81.020 dan korban jiwa tercatat 3.217 orang. Jumlah kasus dan korban jiwa di China adalah yang tertinggi di dunia.
Sejumlah pabrik di China menjadi korban kebijakan isolasi (lockdown) di kota tempat mereka beroperasi. Atau karyawan dirumahkan untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Misalnya Kota Wuhan di Provinsi Hubei (yang menjadi 'pusat gempa' virus corona) yang sampai sekarang masih dalam status lockdown. Padahal kota ini adalah domisili beberapa pabrik penting, terutama di sektor otomotif.
"Wuhan dikenal sebagai Motor City karena menjadi lokasi pabrikan besar seperti Honda, Nissan, Peugeot, dan Renault. Untuk Honda sendiri, fasilitas di Hubei menyumbang sekitar 50% dari total produksi di seluruh China pada 2019. Sedangkan Provinsi Hubei berkontribusi sekitar 10% dari total produksi mobil China," jelas riset World Economic Forum.
Dengan adanya lockdown, pabrik-pabrik otomotif di Wuhan kesulitan memperoleh bahan baku/penolong karena pengiriman barang sulit masuk ke dalam kota. Belum lagi masih banyak pekerja yang diliburkan.
Perkembangan ini membuat produksi mobil China anjlok. Pada Februari, produksi mobil Negeri Panda tercatat 28,5 juta unit atau anjlok 79,8% YoY.
Ini baru satu contoh kasus. Sayangnya kejadian serupa dialami oleh sektor industri lain, kota lain, dan bahkan negara lain. Akibatnya, pengiriman produk ke berbagai negara turun termasuk ke Indonesia.
"Dalam jangka pendek, dampak (virus corona) terhadap perekonomian global dan rantai pasok tidak bisa dihindari. Pertumbuhan ekonomi global akan menghadapi tekanan," kata Li Xingqian, Direktur di Kementerian Perdagangan China, seperti diberitakan oleh Reuters.
(aji/aji)
Next Page
Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa di Bawah 5%?
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular