
Di Media Asing: Jokowi Bakal Jadi Pemenang Pilpres 2019
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
09 April 2019 12:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Setidaknya dua tulisan di dua media asing sama-sama menjagokan calon presiden nomor urut 01 sekaligus petahana Joko Widodo dalam pemilu presiden (pilpres) yang akan diadakan 17 April mendatang.
Sebuah tulisan opini yang dimuat di kantor berita Reuters, Senin (8/4/2019), menyebutkan bahwa Jokowi sedang menuju kemenangan pilpres keduanya setelah 2014 lalu berhasil mengalahkan Prabowo Subianto yang juga kini menjadi rivalnya.
"Lima tahun pertamanya mencatatkan beberapa kesuksesan, termasuk di bidang infrastruktur," tulis kolumnis Reuters, Clara Ferreira-Marques.
"Dengan kekuatan yang lebih besar saat ini, ia dapat mengatasi isu-isu yang lebih tajam yang akan membebani ekonomi yang melambat dan warisannya."
Ferreira-Marques mengutip hasil beberapa polling yang menyebutkan bahwa Jokowi akan dengan mudah memenangkan pemilu mendatang serta mengamankan kekuatan mayoritas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Ia juga menggambarkan keberhasilan Jokowi sebagai presiden dengan mulai memangkas hambatan-hambatan perizinan dan membangun infrastruktur, seperti Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta yang baru saja diresmikan bulan lalu.
Kehidupan masyarakat desa juga disebutnya membaik di bawah kepemimpinan sang petahana. Lembaga antikorupsi juga telah berani membongkar skandal penyelewengan yang melibatkan politisi dan para petinggi perusahaan.
Di sektor ekonomi, pasar saham dan nilai tukar rupiah juga disebut telah mulai pulih dari guncangan hebat tahun lalu berkat penanganan yang baik dari para anggota kabinet Jokowi dan bank sentral yang kompeten.
Namun, kolom tersebut juga mencatat beberapa hal yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi mantan pengusaha meubel itu. Di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sedikit di atas 5% atau jauh dari target 7% yang disampaikan Jokowi di awal pemerintahannya.
"Sebagaimana pemerintahan sebelumnya, ia juga rentan jatuh ke episode (kebijakan) populis yang terus mengejutkan para investor asing: perusahaan tambang AS Freeport dipaksa menyerahkan kontrol ekonominya terhadap tambang raksasa Grasberg dalam kesepakatan bernilai hampir US$4 miliar tahun lalu saat Jakarta ingin memperbesar penguasaannya terhadap kekayaan mineralnya," tulis Ferreira-Marques.
Kebijakan yang menghukum dan sering berubah dan berpihak pada perusahaan milik negara juga disebutnya merusak beberapa sektor, seperti migas.
"Widodo telah memangkas beberapa larangan kepemilikan asing dan birokrasi, namun ia bisa lebih baik menarik modal asing, dimulai dengan penyusunan peraturan yang stabil," tegasnya.
Pernyataan senada diungkapkan lembaga think tank yang berada di bawah naungan media ekonomi, The Economist.
The Economist Intelligence Unit mengeluarkan laporan, Kamis (4/4/2019) lalu, yang memperkirakan Jokowi akan memenangkan masa jabatan keduanya sebagian besar karena besarnya dukungan yang ia terima dari partai-partai pengusungnya.
Pemerintahan sang presiden saat ini telah membawa stabilitas makroekonomi dan akses yang lebih baik atas layanan kesehatan dan pendidikan, tulis lembaga tersebut dalam keterangan persnya.
Pemerintahan saat ini juga telah membuat kemajuan bertahap dalam pembangunan infrastruktur. Capaian-capaian ini akan memberi Jokowi tambahan dukungan dalam pemungutan suara nanti, lanjutnya.
"Terpilihnya kembali Jokowi dapat memastikan berlanjutnya reformasi bisnis dalam lima tahun ke depan," tulis analis The Economist Intelligence Unit Anwita Basu.
Risiko utama bagi Jokowi adalah upayanya untuk meraih dukungan kalangan Islam konservatif dan kegagalannya memperbaiki penegakan hak asasi manusia di Indonesia akan mengecewakan basis pendukung utamanya.
"Anak-anak muda liberal dan kaum minoritas khususnya tidak akan mendukungnya dengan semangat yang sama sebagaimana yang mereka tunjukkan di 2014," menurut Basu.
(dru) Next Article 3 Kegagalan Jokowi di Sektor Ekonomi Menurut Prabowo-Sandiaga
Sebuah tulisan opini yang dimuat di kantor berita Reuters, Senin (8/4/2019), menyebutkan bahwa Jokowi sedang menuju kemenangan pilpres keduanya setelah 2014 lalu berhasil mengalahkan Prabowo Subianto yang juga kini menjadi rivalnya.
"Lima tahun pertamanya mencatatkan beberapa kesuksesan, termasuk di bidang infrastruktur," tulis kolumnis Reuters, Clara Ferreira-Marques.
Ferreira-Marques mengutip hasil beberapa polling yang menyebutkan bahwa Jokowi akan dengan mudah memenangkan pemilu mendatang serta mengamankan kekuatan mayoritas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Ia juga menggambarkan keberhasilan Jokowi sebagai presiden dengan mulai memangkas hambatan-hambatan perizinan dan membangun infrastruktur, seperti Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta yang baru saja diresmikan bulan lalu.
Kehidupan masyarakat desa juga disebutnya membaik di bawah kepemimpinan sang petahana. Lembaga antikorupsi juga telah berani membongkar skandal penyelewengan yang melibatkan politisi dan para petinggi perusahaan.
Di sektor ekonomi, pasar saham dan nilai tukar rupiah juga disebut telah mulai pulih dari guncangan hebat tahun lalu berkat penanganan yang baik dari para anggota kabinet Jokowi dan bank sentral yang kompeten.
Namun, kolom tersebut juga mencatat beberapa hal yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi mantan pengusaha meubel itu. Di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sedikit di atas 5% atau jauh dari target 7% yang disampaikan Jokowi di awal pemerintahannya.
![]() |
"Sebagaimana pemerintahan sebelumnya, ia juga rentan jatuh ke episode (kebijakan) populis yang terus mengejutkan para investor asing: perusahaan tambang AS Freeport dipaksa menyerahkan kontrol ekonominya terhadap tambang raksasa Grasberg dalam kesepakatan bernilai hampir US$4 miliar tahun lalu saat Jakarta ingin memperbesar penguasaannya terhadap kekayaan mineralnya," tulis Ferreira-Marques.
Kebijakan yang menghukum dan sering berubah dan berpihak pada perusahaan milik negara juga disebutnya merusak beberapa sektor, seperti migas.
"Widodo telah memangkas beberapa larangan kepemilikan asing dan birokrasi, namun ia bisa lebih baik menarik modal asing, dimulai dengan penyusunan peraturan yang stabil," tegasnya.
Pernyataan senada diungkapkan lembaga think tank yang berada di bawah naungan media ekonomi, The Economist.
The Economist Intelligence Unit mengeluarkan laporan, Kamis (4/4/2019) lalu, yang memperkirakan Jokowi akan memenangkan masa jabatan keduanya sebagian besar karena besarnya dukungan yang ia terima dari partai-partai pengusungnya.
![]() |
Pemerintahan sang presiden saat ini telah membawa stabilitas makroekonomi dan akses yang lebih baik atas layanan kesehatan dan pendidikan, tulis lembaga tersebut dalam keterangan persnya.
Pemerintahan saat ini juga telah membuat kemajuan bertahap dalam pembangunan infrastruktur. Capaian-capaian ini akan memberi Jokowi tambahan dukungan dalam pemungutan suara nanti, lanjutnya.
"Terpilihnya kembali Jokowi dapat memastikan berlanjutnya reformasi bisnis dalam lima tahun ke depan," tulis analis The Economist Intelligence Unit Anwita Basu.
Risiko utama bagi Jokowi adalah upayanya untuk meraih dukungan kalangan Islam konservatif dan kegagalannya memperbaiki penegakan hak asasi manusia di Indonesia akan mengecewakan basis pendukung utamanya.
"Anak-anak muda liberal dan kaum minoritas khususnya tidak akan mendukungnya dengan semangat yang sama sebagaimana yang mereka tunjukkan di 2014," menurut Basu.
(dru) Next Article 3 Kegagalan Jokowi di Sektor Ekonomi Menurut Prabowo-Sandiaga
Most Popular