
Prabowo Vs Jokowi di Pilpres 2019 Bikin Penjualan Mobil Lesu?
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
19 January 2020 17:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil selama Januari-Desember 2019 mencapai 1.026.921 unit. Nilai itu turun 10,8% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang tercatat 1.151.413 unit.
Kepada CNBC Indonesia, Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara, menjelaskan ada sederet faktor yang membuat penjualan mobil di dalam negeri lesu. Salah satunya adalah perhelatan Pemilu 2019.
"Pilpres yang dilakukan di bulan April itu berdampak pada adanya wait and see dari calon konsumen," katanya kepada CNBC Indonesia belum lama ini.
Selain itu, kondisi ekonomi dunia juga dinilai turut berkontribusi. Dia menyebut, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China ikut membuat penjualan mobil tak semoncer tahun 2018.
"Harga komoditi juga menurun, terutama dari sawit dan sebagainya. Di antara itu ada Lebaran yang menyebabkan hari kerja menurun tinggal setengah bulan," lanjutnya.
Kelesuan terparah, menurut Kukuh, terjadi pada semester pertama 2019. Pada semester kedua 2019, ada angin segar bagi industri otomotif seiring berlangsungnya ajang bertajuk Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di pengujung Juli.
Sejak saat itu, dia mengklaim terus terjadi peningkatan yang terakumulasi sampai akhir Desember 2019. Peningkatan di semester kedua itu membuat data penjualan yang tadinya nyaris tanpa harapan, menjadi lebih baik.
"Alhamdulillah itu terus berlanjut peningkatannya sampai di Desember tahun lalu. Sehingga walaupun ada penurunan total setelah 1 tahun, ada recovery dari Agustus sampai Desember," kata Kukuh.
(miq/miq) Next Article Inikah Alasan Jokowi Relaksasi Diskon Pajak Mobil 2.500 cc?
Kepada CNBC Indonesia, Sekretaris Jenderal Gaikindo Kukuh Kumara, menjelaskan ada sederet faktor yang membuat penjualan mobil di dalam negeri lesu. Salah satunya adalah perhelatan Pemilu 2019.
"Pilpres yang dilakukan di bulan April itu berdampak pada adanya wait and see dari calon konsumen," katanya kepada CNBC Indonesia belum lama ini.
"Harga komoditi juga menurun, terutama dari sawit dan sebagainya. Di antara itu ada Lebaran yang menyebabkan hari kerja menurun tinggal setengah bulan," lanjutnya.
Kelesuan terparah, menurut Kukuh, terjadi pada semester pertama 2019. Pada semester kedua 2019, ada angin segar bagi industri otomotif seiring berlangsungnya ajang bertajuk Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di pengujung Juli.
Sejak saat itu, dia mengklaim terus terjadi peningkatan yang terakumulasi sampai akhir Desember 2019. Peningkatan di semester kedua itu membuat data penjualan yang tadinya nyaris tanpa harapan, menjadi lebih baik.
"Alhamdulillah itu terus berlanjut peningkatannya sampai di Desember tahun lalu. Sehingga walaupun ada penurunan total setelah 1 tahun, ada recovery dari Agustus sampai Desember," kata Kukuh.
(miq/miq) Next Article Inikah Alasan Jokowi Relaksasi Diskon Pajak Mobil 2.500 cc?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular