Internasional

AS Cabut Visa & Beri Sanksi Pembunuh Khashoggi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 October 2018 12:36
AS mencabut visa para terduga pembunuh Jamal Khashoggi.
Foto: REUTERS/Lai Seng Sin
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo pada hari Selasa (23/10/2018) mengatakan AS sedang mengambil "tindakan yang diperlukan" terhadap Arab Saudi sebagai tanggapan atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Aksi tersebut termasuk pencabutan visa dan pengawasan visa, kata Pompeo, serta bekerja sama dengan Departemen Keuangan untuk mempertimbangkan menerapkan sanksi Magnitsky pada pihak yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.


"Hukuman-hukuman ini tidak akan menjadi yang terakkhir dari AS dalam hal ini," kata Pompeo kepada reporter di Departemen Luar Negeri. "Kami akan terus mengupayakan tindakan tambahan sebagai hukuman bagi mereka yang bertanggung jawab," tambahnya, melansir CNBC International.

Kelompok senator bipartisan mengirim surat kepada Presiden Donald Trump awal bulan Oktober dan memicu penyelidikan melalui Undang-Undang Akuntabilitas Hak Asasi Manusia Magnitsky Global ke dalam kasus hilangnya Khashoggi pada saat itu.

"Kami menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak menolerir tindakan kejam semacam ini untuk membungkam Tuan Khashoggi, seorang wartawan, dengan kekerasan," lanjut Pompeo. Namun dia menambahkan bahwa mereka "terus mempertahankan kemitraan yang kuat dengan kerajaan Arab Saudi."

Pompeo, diplomat top pemerintahan Trump, mengatakan beberapa orang yang bertanggung jawab atas kematian Khashoggi merupakan orang-orang di dinas intelijen Saudi, Royal Court dan Kementerian Luar Negeri, serta lembaga-lembaga lainnya.

Dua puluh satu warga negara Arab yang dicurigai akan dibatalkan visanya atau akan dibuat tidak memenuhi syarat untuk menerima visa AS, menurut juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert.

AS Cabut Visa & Beri Sanksi Pembunuh KhashoggiMenteri Luar Negeri AS Mike Pompeo (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
Pernyataan Pompeo di konferensi pers bertolak belakang dari komentarnya setelah perjalanan singkat ke Arab Saudi dan Turki minggu lalu.

Pompeo pada waktu itu mengatakan dia meminta presiden untuk memberi Arab "beberapa hari tambahan untuk menyelesaikan" penyelidikan mereka terhadap hilangnya Khashoggi. Kerajaan itu berkeras bahwa Khashoggi meninggalkan konsulat Istanbul tak lama setelah dia tiba.

Beberapa hari kemudian, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengakui bahwa Khashoggi memang telah tewas di dalam konsulat pada 2 Oktober. Ia juga mengatakan itu adalah "kesalahan besar" tetapi menyangkal bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah memerintahkan pembunuhannya.

Baik Pompeo dan Trump telah berhati-hati untuk menekankan aliansi yang berharga dan kuat antara AS dan Arab Saudi. Trump telah sering menyebut kesepakatan senjata senilai US$110 miliar dengan negara kaya minyak itu sebagai angka yang disebut pengecek fakta The Washington Post sebagai palsu.

Trump menekankan kemitraan antara kedua negara beberapa menit sebelum Pompeo berbicara hari Selasa, bahkan setelahnya mengatakan bahwa tindakan "menutup-nutupi" yang dilakukan oleh Saudi "adalah salah satu yang terburuk dalam sejarah."

Negara-negara G-7, termasuk AS, mengutuk pembantaian itu pada hari sebelumnya, dan menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "Arab Saudi harus melakukan tindakan untuk memastikan sesuatu seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi."


Para pejabat Turki mengatakan kepada kantor berita bahwa mereka memiliki bukti audio yang membuktikan Khashoggi disiksa dan dibunuh. Mereka juga menuduh bahwa tubuh Khashoggi dipotong-potong dengan gergaji tulang dan dikeluarkan dari konsulat.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Selasa mengatakan bukti menguatkan klaim bahwa Khashoggi adalah korban dari "pembunuhan kejam dan brutal," menurut terjemahan dari pernyataannya.
(prm) Next Article CCTV Rekam Pria yang Bawa Tubuh Khashoggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular