Internasional

Dampak Krisis Venezuela: Properti Mewah Jadi Rumah Hantu

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
20 September 2018 14:42
Krisis ekonomi menjadikan beberapa kota di Venezuela layaknya kota mati di mana bangunan-bangunan ditinggalkan kosong.
Properti di Venezuela (Foto: REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)
Caracas, CNBC Indonesia - Krisis ekonomi telah menghancurkan Venezuela dan membuat penduduknya keluar dari negara yang pernah menjadi penghasil minyak terbesar dunia itu. Hal itu menjadikan beberapa kota di negara itu layaknya kota mati, tempat bangunan-bangunan ditinggalkan pemiliknya dan beberapa bahkan tak berpenghuni hingga saat ini.

Dampak negatif dari krisis itu juga dirasakan oleh Francisco Rojas dan istrinya Elena, yang terpaksa meninggalkan Venezuela tiga tahun lalu dan membiarkan rumah mereka kosong.



Mereka bahkan tidak berpikir untuk menjualnya karena uang yang mereka dapatkan dari menjual rumah tidak akan banyak membantu. Rumah yang mereka beli seharga US$100.000 (Rp 1,45 miliar) pada tahun 2014 itu, kini dihargai kurang dari setengahnya saja.

Elena (33 tahun) memilih pindah karena ia ditawari pekerjaan di Ekuador dengan gaji yang sangat tinggi, di mana gajinya sebulan saat ini sebanding dengan gaji dari bekerja selama empat tahun di Caracas, Venezuela.



Rumah-rumah dan blok-blok apartemen yang sepi dan pasar yang stagnan, baik bagi penyewa maupun pembeli, adalah efek buruk lainnya dari kesulitan ekonomi negara Amerika Selatan yang mengerikan, yang telah mendorong terjadinya eksodus massal.

"Kami ingin melihat bagaimana segala sesuatunya berjalan ke depannya. Sekarang kami sudah mapan, rumah itu tidak masuk akal untuk dijual," kata Francisco Rojas, seorang jurnalis olahraga berusia 28 tahun, kepada AFP dari Guayaquil, kota paling padat di Ekuador.

Di Venezuela, semakin banyak blok apartemen yang berubah menjadi bangunan hantu. Lampu tidak pernah dinyalakan, tempat parkir tetap kosong dan kotak surat penuh dengan surat yang tidak pernah diambil.

Imigran Venezuela mengantre jatah makanan di BrasilFoto: REUTERS/Bruno Kelly
Imigran Venezuela mengantre jatah makanan di Brasil
Krisis juga telah memicu lahirnya bisnis baru, yaitu pengelolaan rumah kosong.

Layanan tersebut termasuk pembayaran tagihan layanan publik, perwakilan di pertemuan kondominium, dan bahkan menyalakan lampu pada berbagai waktu untuk mencegah pencuri.

Menurut PBB, sekitar 1,6 juta orang Venezuela telah meninggalkan negara itu sejak tahun 2015 dan total 2,3 juta orang tinggal di luar negeri. Jumlah itu sekitar 7,5% dari total populasinya yang sebanyak 30,6 juta jiwa.


Pasar pembeli

Penduduk Venezuela dihadapkan pada berbagai situasi yang pelik, seperti minimnya keamanan, kurangnya makanan dan obat-obatan, dan tingginya inflasi, yang diprediksi oleh Dana Moneter Internasional (IMF) mencapai 1.000.000% tahun ini. Angka itu praktis membuat gaji mereka menjadi tidak ada nilainya.

Namun, buruknya keadaan tidak membuat mereka berhenti berharap.

"Jika situasinya membaik, kami akan melihat apakah kami akan kembali ke Venezuela atau menjual apartemen," kata Francisco.

Saat ini bukanlah saat yang tepat untuk menjual properti.

Roberto Orta, presiden Metropolitan Chamber of Real Estate di Caracas, mengatakan properti telah kehilangan 70%-80% nilainya selama lima tahun terakhir.

Ilustrasi properti di VenezuelaFoto: REUTERS/Marco Bello
Ilustrasi properti di Venezuela
"Sebuah apartemen seharga US$170.000, tidak akan laku lebih dari US$70.000 saat ini. Seseorang mungkin membelinya seharga US$50.000, namun pemiliknya akan membiarkannya kosong," kata broker real estat Carolina Quintero kepada AFP.

Mariana Garcia, seorang akuntan berusia 41 tahun yang pindah keluar negara pada tahun 2017 bersama suami dan dua anaknya, mengatakan rumahnya "kehilangan lebih dari separuh nilainya" tetapi mereka tidak menjualnya.

"Kami mengunci rumah, (meninggalkannya) utuh, dan pergi dengan hanya dua koper," katanya dari Amerika Serikat, di mana suaminya menerima tawaran pekerjaan setelah beremigrasi ke Ekuador.

"Bahkan jika Anda punya uang, tidak ada yang bisa dibeli atau tidak ada air," kata Garcia, menjelaskan bahwa ia dan keluarganya pindah sebelum terlambat, khawatir bahwa ketika perusahaan penerbangan internasional ditutup, mereka akan terdampar di Venezuela.


Penghuni Liar Bikin Cemas

Selain keengganan untuk menjual, pemilik rumah yang telah pindah ke luar negeri tidak ingin menyewakan properti mereka karena takut tidak dapat mengambil kembali rumahnya dari penyewa, karena pihak berwenang sering mencegah pengusiran, bahkan dalam kasus pelanggaran kontrak sewa.

Undang-undang sewa mengharuskan pemilik untuk menandatangani kontrak dengan penyewa mereka setidaknya satu tahun, yang harus diperpanjang selama enam bulan hingga tiga tahun.

Menurut Orta, pasar sewa beroperasi pada hanya 5% dari potensinya.

Carlos Gonzalez, presiden dari Kamar Real Estat Nasional, mengatakan kepada AFP bahwa "hiperinflasi berarti tidak layak menyewakan rumah dalam mata uang bolivar," namun ada sedikit orang yang memiliki akses ke dolar yang, sejak 2003, hanya tersedia di pasar gelap.



Selain itu, pemilik rumah juga mengkhawatirkan penghuni liar.

Di beberapa kondominium, para tetangga diminta untuk tidak menjawab pertanyaan dari orang-orang yang menanyakan tentang properti yang tidak dihuni.

"Orang-orang berjalan dan dapat melihat apartemen dengan lampu yang mati," kata Quintero.

Poster Presiden Venezuela Nicolas MaduroFoto: REUTERS/Adriana Loureiro
Poster Presiden Venezuela Nicolas Maduro
Di Los Palos Grandes, lingkungan kelas menengah di sisi timur Caracas, beberapa "penghuni liar telah diusir oleh polisi," kata Rafael Guerra, dari kelompok penjaga lingkungan setempat, kepada AFP.

Di wilayah barat ibukota La Florida, penghuni liar menetap di sebuah properti yang telah ditempati oleh sebuah perusahaan saat para pekerja sedang berlibur.

"Mereka mencuri semuanya. Polisi mengusir mereka tetapi mereka tidak ditangkap," kata salah seorang karyawan, melansir AFP.

Lawan Presiden Nicolas Maduro menyalahkan invasi properti pada undang-undang 2011 yang disahkan oleh pendahulunya, almarhum Hugo Chavez, untuk "menyelamatkan lahan perkotaan."

Rojas dan istrinya merupakan contoh dari banyak orang yang takut akan kehilangan rumahnya karena dirampas penghuni liar.

"Kami takut diinvasi, ada banyak apartemen kosong di sana. Keluarga kami selalu mengawasinya," kata Rojas.
(prm) Next Article Inflasi Akan Capai 1.000.000%, Bagaimana Nasib Venezuela?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular