Internasional
'Jembatan Keputusasaan' Saksi Bisu Derita Pengungsi Venezuela
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
27 August 2018 12:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis kemanusiaan di Venezuela telah menyebabkan salah satu gelombang migrasi masal terbesar dalam sejarah Amerika Latin.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyalahkan "imperialis" seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) karena memicu "perang ekonomi" terhadap Venezuela dan menerapkan sanksi ke banyak anggota pemerintahannya.
[Gambas:Video CNBC]
Namun, para kritikus mengatakan kesalahan pengelolaan ekonomilah yang sebenarnya menjadi penyebab terpuruknya Venezuela. Kesalahan pengelolaan pertama dilakukan oleh mendiang mantan presiden Hugo Chavez, kemudian dilanjutkan oleh Maduro sebagai penerusnya.
Negara itu terbukti memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Venezuela memang pernah sangat kaya, sampai-sampai pesawat Concorde sempat terbang dari Caracas ke Paris. Namun sekarang, perekonomiannya tertatih.
Empat dari lima warga Venezuela hidup di zona kemiskinan. Masyarakat mengantre berjam-jam untuk membeli makanan. Sering kali, mereka pulang dengan tangan hampa, dilansir dari BBC.
Kondisi orang yang sakit semakin kritis karena kekurangan obat-obatan. Inflasi saat ini adalah 82.766%, dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperingatkan inflasi bisa melampaui 1 juta persen di akhir tahun ini.
Warga Venezuela pun mencoba untuk keluar dari negaranya sendiri. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan 2,3 juta orang, atau 7% dari populasi, telah meninggalkan negara itu. Lebih dari satu juta orang sudah tiba di Kolombia dalam 18 bulan terakhir.
Banyak dari warga Venezuela yang meninggalkan negaranya dengan melintasi Jembatan Internasional Simón Bolívar (Simón Bolívar International Bridge).
Jembatan itu menghubungkan dua kota kecil, yaitu San Antonio del Táchira di sisi Venezuela dan Villa del Rosario di sisi Kolombia. Nasib kedua kota itu pun sangat berbeda sekarang.
Masyarakat Kolombia jarang melintasi perbatasan itu untuk berbelanja di Venezuela, tidak seperti sediakala. Lalu-lalang kendaraan saat ini pun nyaris searah.
Setiap harinya pada pukul 06:00 pagi waktu Venezuela, suara pagar diseret di jalanan kerikil memecah keheningan di lembah itu. Suara itu juga menjadi penanda dibukanya jembatan bagi para pejalan kaki.
Antrean dari Venezuela ke Kolombia biasanya mulai menumpuk dalam semalam. Ketika jembatan dibuka, mereka pun berlarian layaknya atlet.
Namun, para warga Venezuela itu tidak bisa serta-merta masuk ke negara tetangganya. Beberapa orang dihentikan oleh para penjaga dan diminta untuk membuka tas mereka. Sementara sebagian besar melakukannya tanpa drama berarti, Anda bisa melihat kepanikan di raut wajah mereka ketika orang-orang menyadari mereka akan ditangkap.
Dengan krisis ekonomi yang sedang terjadi, terdapat sebuah inisiatif untuk menyelundupkan makanan pokok seperti daging dan keju ke Kolombia. Makanan pokok tersebut bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi di negara tetangga.
Penduduk yang melakukan tindakan itu bukanlah orang yang memiliki maksud terselubung. Sebagian besar dari mereka adalah warga Venezuela yang putus asa untuk mendapatkan uang demi memperoleh barang-barang penting lainnya.
Seorang perempuan yang dagingnya disita pun meratap. "Apa yang saya lakukan?" tanyanya.
Penjaga pun menjawab dengan kasar, "Ini adalah koridor kemanusiaan. Anda bisa membawa makanan ke Venezuela, tapi Anda tidak bisa membawa [makanan] itu keluar".
Pemandangan semacam itu terus terulang sepanjang hari.
Mereka yang tidak memiliki apapun untuk dinyatakan, atau mungkin orang-orang beruntung yang tidak dihentikan, bisa melanjutkan perjalanannya. Roda koper yang bergelinding menjadi suara latar di jembatan ini.
Ketika Anda sampai di ujung jembatan, Anda akan berada di wilayah yang dikenal sebagai La Parada atau "berhenti". Itu adalah sebutan untuk sebuah komunitas ramai yang menghasilkan uang dari perdagangan di perbatasan.
Para pedagang di pasar, apotek, toko maupun perusahaan bersaing untuk menjual barang dan jasa kepada pelintas jembatan. Sebagian besar penjual kaki lima di sini pernah menjadi warga Kolombia, karena pada dasarnya tempat itu berada di Kolombia.
Namun, semakin banyak warga Venezuela yang mulai membuka toko di wilayah La Parada. Mereka mencoba menjual barang-barang mereka di negara tetangga yang mata uangnya belum mengalami pelemahan itu.
Dalam sebuah survei yang diadakan akhir tahun 2017, separuh dari responden Venezuela berusia 18 hingga 29 tahun serta 55% dari warga kelas menengahnya mengatakan ingin meninggalkan negara itu. Dua per tiga dari mereka yang ingin beremigrasi menyebut kondisi ekonomi negara sebagai alasan keinginan mereka, tulis The Economist.
Pada kenyataannya, jumlah warga Venezuela yang benar-benar meninggalkan negaranya jauh lebih banyak dan berpotensi menjadi pemindahan paksa terbesar dalam sejarah warga Amerika Selatan.
Organisasi PBB yang mengurusi pengungsi, UNHCR, telah mencatat 135.000 permohonan suaka dari warga Venezuela di tujuh bulan pertama 2018, atau sekitar 20% lebih banyak dibandingkan jumlah yang tercatat di sepanjang 2017.
Jumlah total warga Venezuela yang telah meninggalkan negaranya diperkirakan telah mencapai 4 juta orang dari total jumlah penduduk sekitar 30 juta.
Angka itu diperkirakan akan melewati jumlah pengungsi perang sipil Suriah sebesar 6 juta orang.
(prm) Next Article Sudah Diterjang Krisis, Venezuela Juga Diguncang Gempa 7 SR
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyalahkan "imperialis" seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) karena memicu "perang ekonomi" terhadap Venezuela dan menerapkan sanksi ke banyak anggota pemerintahannya.
[Gambas:Video CNBC]
Namun, para kritikus mengatakan kesalahan pengelolaan ekonomilah yang sebenarnya menjadi penyebab terpuruknya Venezuela. Kesalahan pengelolaan pertama dilakukan oleh mendiang mantan presiden Hugo Chavez, kemudian dilanjutkan oleh Maduro sebagai penerusnya.
Empat dari lima warga Venezuela hidup di zona kemiskinan. Masyarakat mengantre berjam-jam untuk membeli makanan. Sering kali, mereka pulang dengan tangan hampa, dilansir dari BBC.
Kondisi orang yang sakit semakin kritis karena kekurangan obat-obatan. Inflasi saat ini adalah 82.766%, dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperingatkan inflasi bisa melampaui 1 juta persen di akhir tahun ini.
Warga Venezuela pun mencoba untuk keluar dari negaranya sendiri. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan 2,3 juta orang, atau 7% dari populasi, telah meninggalkan negara itu. Lebih dari satu juta orang sudah tiba di Kolombia dalam 18 bulan terakhir.
Banyak dari warga Venezuela yang meninggalkan negaranya dengan melintasi Jembatan Internasional Simón Bolívar (Simón Bolívar International Bridge).
![]() Pengungsi Venezuela |
Jalan keluar
Jembatan Internasional Simón Bolívar memiliki panjang sekitar 300 meter dan lebar sekitar tujuh meter. Jembatan itu melintasi Rio Táchira di sebelah selatan Andes, sebuah sungai yang mengalir di sepanjang perbatasan antara Kolombia dan Venezuela. Dasar sungai itu terkadang kering, tetapi hujan deras akan segera mengubah keadaannya.Jembatan itu menghubungkan dua kota kecil, yaitu San Antonio del Táchira di sisi Venezuela dan Villa del Rosario di sisi Kolombia. Nasib kedua kota itu pun sangat berbeda sekarang.
Masyarakat Kolombia jarang melintasi perbatasan itu untuk berbelanja di Venezuela, tidak seperti sediakala. Lalu-lalang kendaraan saat ini pun nyaris searah.
Setiap harinya pada pukul 06:00 pagi waktu Venezuela, suara pagar diseret di jalanan kerikil memecah keheningan di lembah itu. Suara itu juga menjadi penanda dibukanya jembatan bagi para pejalan kaki.
Antrean dari Venezuela ke Kolombia biasanya mulai menumpuk dalam semalam. Ketika jembatan dibuka, mereka pun berlarian layaknya atlet.
Namun, para warga Venezuela itu tidak bisa serta-merta masuk ke negara tetangganya. Beberapa orang dihentikan oleh para penjaga dan diminta untuk membuka tas mereka. Sementara sebagian besar melakukannya tanpa drama berarti, Anda bisa melihat kepanikan di raut wajah mereka ketika orang-orang menyadari mereka akan ditangkap.
Dengan krisis ekonomi yang sedang terjadi, terdapat sebuah inisiatif untuk menyelundupkan makanan pokok seperti daging dan keju ke Kolombia. Makanan pokok tersebut bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi di negara tetangga.
Penduduk yang melakukan tindakan itu bukanlah orang yang memiliki maksud terselubung. Sebagian besar dari mereka adalah warga Venezuela yang putus asa untuk mendapatkan uang demi memperoleh barang-barang penting lainnya.
Seorang perempuan yang dagingnya disita pun meratap. "Apa yang saya lakukan?" tanyanya.
Penjaga pun menjawab dengan kasar, "Ini adalah koridor kemanusiaan. Anda bisa membawa makanan ke Venezuela, tapi Anda tidak bisa membawa [makanan] itu keluar".
Pemandangan semacam itu terus terulang sepanjang hari.
Mereka yang tidak memiliki apapun untuk dinyatakan, atau mungkin orang-orang beruntung yang tidak dihentikan, bisa melanjutkan perjalanannya. Roda koper yang bergelinding menjadi suara latar di jembatan ini.
Ketika Anda sampai di ujung jembatan, Anda akan berada di wilayah yang dikenal sebagai La Parada atau "berhenti". Itu adalah sebutan untuk sebuah komunitas ramai yang menghasilkan uang dari perdagangan di perbatasan.
Para pedagang di pasar, apotek, toko maupun perusahaan bersaing untuk menjual barang dan jasa kepada pelintas jembatan. Sebagian besar penjual kaki lima di sini pernah menjadi warga Kolombia, karena pada dasarnya tempat itu berada di Kolombia.
Namun, semakin banyak warga Venezuela yang mulai membuka toko di wilayah La Parada. Mereka mencoba menjual barang-barang mereka di negara tetangga yang mata uangnya belum mengalami pelemahan itu.
Dalam sebuah survei yang diadakan akhir tahun 2017, separuh dari responden Venezuela berusia 18 hingga 29 tahun serta 55% dari warga kelas menengahnya mengatakan ingin meninggalkan negara itu. Dua per tiga dari mereka yang ingin beremigrasi menyebut kondisi ekonomi negara sebagai alasan keinginan mereka, tulis The Economist.
Pada kenyataannya, jumlah warga Venezuela yang benar-benar meninggalkan negaranya jauh lebih banyak dan berpotensi menjadi pemindahan paksa terbesar dalam sejarah warga Amerika Selatan.
Organisasi PBB yang mengurusi pengungsi, UNHCR, telah mencatat 135.000 permohonan suaka dari warga Venezuela di tujuh bulan pertama 2018, atau sekitar 20% lebih banyak dibandingkan jumlah yang tercatat di sepanjang 2017.
Jumlah total warga Venezuela yang telah meninggalkan negaranya diperkirakan telah mencapai 4 juta orang dari total jumlah penduduk sekitar 30 juta.
Angka itu diperkirakan akan melewati jumlah pengungsi perang sipil Suriah sebesar 6 juta orang.
(prm) Next Article Sudah Diterjang Krisis, Venezuela Juga Diguncang Gempa 7 SR
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular