Piala Dunia 2018

Bisnis Piala Dunia: Siapa Untung? Berapa Keuntungannya?

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
15 June 2018 12:56
Bisnis Piala Dunia: Siapa Untung? Berapa Keuntungannya?
Foto: REUTERS / Bobby Yip
Jakarta, CNBC Indonesia - Piala Dunia FIFA ke-21 sudah resmi dimulai pada hari Kamis (14/6/2018) di Moskow, Rusia. Miliaran orang pun diprediksi memusatkan perhatiannya pada para bintang sepak bola yang sedang berlaga demi negaranya dalam turnamen paling bergengsi di dunia ini.

Piala Dunia sendiri merupakan perhelatan sepak bola yang paling menguntungkan sekaligus paling mahal. Sebab, mereka yang mengeluarkan uang untuk turnamen ini tidak serta merta mendapatkan keuntungan.

FIFA, pemimpin organisasi sepak bolah di seluruh dunia, meraup pendapatan miliaran dolar setiap empat tahun dari Piala Dunia. Sementara negara yang menjadi tuan rumah turnamen ini membayar US$10 miliar (Rp 140 triliun) bahkan lebih.

Tahun ini, turnamen diselenggarakan di 11 kota di Rusia, dimulai dengan 32 tim yang berlaga dalam knockout tournament format atau babak eliminasi. Pemenang akan diumumkan tanggal 15 Juli.


Pembangunan dan persiapan untuk turnamen ini membuat Rusia menggelontorkan US$11,8 miliar, menurut USA Today yang dikutip oleh CNBC International, dengan lebih dari 70% dananya berasal dari pendanaan publik.

Total hadiah uang US$400 juta akan dimenangkan oleh para tim, menurut FIFA, mulai dari US$8 juta untuk tim yang berpartisipasi sampai US$38 juta untuk pemenangnya.

Bank-bank, seperti UBS dan Goldman Sachs, menggunakan algoritma untuk memprediksi pemenang, masing-masing menjagokan Jerman dan Brasil. Sebelumnya, kedua tim itu berhadapan di semifinal Piala Dunia 2014 di mana Jerman membantai Brasil dengan skor 7-1.
Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) adalah lembaga pengatur sepak bola sekaligus penyelenggara berbagai turnamen olahraga internasional.

Asosiasi ini dibentuk di awal tahun 1900-an untuk menyediakan lembaga tunggal yang mengawasi sepak bola. Pasalnya, popularitas dan nilai olahraga ini kian meningkat saat memasuki abad ke-20.

Berbasis di Zurich, Swiss, FIFA didesain secara hukum sebagai asosiasi nirlaba meski sebenarnya lembaga ini memperoleh keuntungan ratusan juta dolar setiap tahunnya.

FIFA terus menghadapi pengawasan ketat dengan dimulainya Piala Dunia 2018 karena investigasi di tahun 2015 memunculkan dugaan korupsi dan suap terhadap pejabat-pejabat tinggi di FIFA.

Kementerian Kehakiman Amerika Serikat (AS) di tahun 2015 mendakwa 41 pejabat FIFA, pemimpin pemerintahan - termasuk presiden Costa Rica, El Salvador, Guatemala, Honduras, dan Panama yang menjabat ketika itu, serta eksekutif perusahaan atas tuduhan pemerasan, penipuan lewat jaringan telekomunikasi, dan pencucian uang.

Melansir dari CNBC International, mereka terlibat dalam "skema 24 tahun untuk memperkaya diri sendiri melalui korupsi di sepak bola internasional". Biro Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation) pun meneruskan investigasi terhadap FIFA selama tiga tahun belakangan ini.

Sebagian tuduhan terhadap FIFA termasuk menjadikan Rusia dan Qatar masing-masing sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Asosiasi itu menyelesaikan investigasi internal di tahun 2014 yang hasilnya tidak dirilis meski dalam sebuah kesimpulan investigasi mendeklarasikan penemuannya telah membebaskan FIFA.

Ironisnya, kepala investigator yang direkrut oleh FIFA, yakni jaksa federal Michael Garcia, bahkan menyebut deklarasi itu "tidak lengkap secara material".

Kritik terus berlanjut dari penawaran Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia hingga bagaimana turnamen ini justru memperkaya Presiden Vladimir Putin dan kawan-kawannya. Salah satu contoh pemimpin korup yang menjadi penderma turnamen adalah Ramzan Kadyrov, pemimpin republik otokratis Chencen sekaligus sekutu Putin.

Surat kabar The New York Times dan lembaga nirlaba Human Rights Watch sangat mengamati bagaimana tim sepak bola nasional Mesir dan bintang globalnya Mohamed Salah digunakan oleh Kadyrov untuk mendorong citra premanismenya.

AS membekukan aset Kadyrov di bulan Desember, memasukkannya ke dalam daftar sanksi atas pelanggaran hak asasi manusia. Selama masa kekuasaannya di Chechnya, "pembunuhan di luar hukum, penyiksaan, dan penghilangan paksa adalah hal yang lazim," kata Human Rights Watch. Kadyrov juga "nyaris mengekang kritik, jurnalis, dan orang-orang LGBT".

Ketika The New York Times bertanya ke FIFA tentang mengapa tim Piala Dunia akan dilatih di Chechnya, perwakilan FIFA mengatakan dalam sebuah surel bahwa "melalui aktivitasnya, FIFA tidak melegitimasi rezim apapun". Tim dari negara yang menjadi tuan rumah Piala Dunia otomatis terkualifikasi untuk turnamen itu. Namun, status tersebut berharga mahal untuk perekonomian negaranya.

Intinya, FIFA mewajibkan penawaran sebagai tuan rumah Piala Dunia agar memasukkan pengecualian pajak yang besar untuk asosiasi itu. Jerman menawarkan FIFA pengecualian pajak sekitar US$272 juta ketika menjadi tuan rumah Piala Dunia 2016, dengan Afrika Selatan dan Brasil melakukan hal serupa masing-masing di tahun 2010 dan 2014.

Kesepakatan itu membentuk kawasan bebas pajak untuk lokasi Piala Dunia, dengan perusahaan mitra FIFA yang mendapatkan pengecualian pajak pendapatan dan penjualan.

Brasil diestimasi menggelontorkan US$15 miliar untuk membangun stadion dan transportasi, termasuk infrastruktur, untuk Piala Dunia 2014.

Stadion paling mahal bernama Mane Garrincha Stadium menghabiskan dana $550 juta dan hanya dipakai untuk menyelenggarakan acara yang relatif sedikit beberapa bulan setelah turnamen. Bahkan, stadion itu sekarang hanya dipakai sebagai tempat parkir bis.

Rusia mungkin tidak mengeluarkan uang sebanyak US$51 miliar seperti yang dilakukan untuk Winter Olympics 2014 di Sochi, tetapi ongkosnya terus naik dengan jumlah terakhir yang hampir mencapai US$12 miliar.

Pejabat-pejabat negara di Rusia mengklaim Piala Dunia akan menambahkan US$26 miliar sampai US$31 miliar ke perekonomian nasional.

Mantan wakil perdana menteri Rusia Arkady Dvorkovich mengklaim persiapan acara ini sudah menambahkan sekitar US$14 miliar ke produk domestik bruto (PDB) negara atau setara dengan 1 poin persentase, serta sekitar 220.000 lapangan pekerjaan. Para pejabat tidak menyebutkan bagaimana kontribusi ekonomi Piala Dunia jika dihitung secara terpisah, hal yang menjadi perselisihan di antara para kritikus negara itu. FIFA meraup US$4,8 miliar pendapatan dari Piala Dunia 2014 dan US$2,6 miliar laba untuk asosiasi itu. Pendapatan dari perjanjian penyiaran mencapai US$2,43 miliar, sementara sponsor dan penjualan tiket masing-masing menghasilkan US$1,6 miliar dan US$527 juta.


Piala Dunia 2018 diprediksi akan menghasilkan pendapatan sekitar US$6 miliar untuk FIFA, naik 25% dari turnamen 2014. Dengan sekitar 3,2 miliar orang yang diprediksi menonton turnamen ini, pendapatan penyiaran diprediksi naik menjadi US$3 miliar.
Next Page
Apa itu FIFA?
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular