Piala Dunia 2018

Bisnis Piala Dunia: Siapa Untung? Berapa Keuntungannya?

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
15 June 2018 12:56
Apa itu FIFA?
Foto: REUTERS/Arnd Wiegmann
Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) adalah lembaga pengatur sepak bola sekaligus penyelenggara berbagai turnamen olahraga internasional.

Asosiasi ini dibentuk di awal tahun 1900-an untuk menyediakan lembaga tunggal yang mengawasi sepak bola. Pasalnya, popularitas dan nilai olahraga ini kian meningkat saat memasuki abad ke-20.

Berbasis di Zurich, Swiss, FIFA didesain secara hukum sebagai asosiasi nirlaba meski sebenarnya lembaga ini memperoleh keuntungan ratusan juta dolar setiap tahunnya.

FIFA terus menghadapi pengawasan ketat dengan dimulainya Piala Dunia 2018 karena investigasi di tahun 2015 memunculkan dugaan korupsi dan suap terhadap pejabat-pejabat tinggi di FIFA.

Kementerian Kehakiman Amerika Serikat (AS) di tahun 2015 mendakwa 41 pejabat FIFA, pemimpin pemerintahan - termasuk presiden Costa Rica, El Salvador, Guatemala, Honduras, dan Panama yang menjabat ketika itu, serta eksekutif perusahaan atas tuduhan pemerasan, penipuan lewat jaringan telekomunikasi, dan pencucian uang.

Melansir dari CNBC International, mereka terlibat dalam "skema 24 tahun untuk memperkaya diri sendiri melalui korupsi di sepak bola internasional". Biro Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation) pun meneruskan investigasi terhadap FIFA selama tiga tahun belakangan ini.

Sebagian tuduhan terhadap FIFA termasuk menjadikan Rusia dan Qatar masing-masing sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Asosiasi itu menyelesaikan investigasi internal di tahun 2014 yang hasilnya tidak dirilis meski dalam sebuah kesimpulan investigasi mendeklarasikan penemuannya telah membebaskan FIFA.

Ironisnya, kepala investigator yang direkrut oleh FIFA, yakni jaksa federal Michael Garcia, bahkan menyebut deklarasi itu "tidak lengkap secara material".

Kritik terus berlanjut dari penawaran Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia hingga bagaimana turnamen ini justru memperkaya Presiden Vladimir Putin dan kawan-kawannya. Salah satu contoh pemimpin korup yang menjadi penderma turnamen adalah Ramzan Kadyrov, pemimpin republik otokratis Chencen sekaligus sekutu Putin.

Surat kabar The New York Times dan lembaga nirlaba Human Rights Watch sangat mengamati bagaimana tim sepak bola nasional Mesir dan bintang globalnya Mohamed Salah digunakan oleh Kadyrov untuk mendorong citra premanismenya.

AS membekukan aset Kadyrov di bulan Desember, memasukkannya ke dalam daftar sanksi atas pelanggaran hak asasi manusia. Selama masa kekuasaannya di Chechnya, "pembunuhan di luar hukum, penyiksaan, dan penghilangan paksa adalah hal yang lazim," kata Human Rights Watch. Kadyrov juga "nyaris mengekang kritik, jurnalis, dan orang-orang LGBT".

Ketika The New York Times bertanya ke FIFA tentang mengapa tim Piala Dunia akan dilatih di Chechnya, perwakilan FIFA mengatakan dalam sebuah surel bahwa "melalui aktivitasnya, FIFA tidak melegitimasi rezim apapun". (prm)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular