
Internasional
Asia Cemas Bea Impor Baja AS Memantik Perang Dagang
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 March 2018 18:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara di kawasan Asia Pasifik ikut bersuara memprotes rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengenakan bea impor baja dan aluminium.
"Semua negara industri baja dan aluminium menghadapi kesulitan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, dalam sebuah konferensi pers reguler di Beijing hari Jumat (2/3/2018), dilansir dari Reuters.
"China mendesak AS menahan diri untuk tidak membatasi perdagangan, menghormati peraturan perdagangan multilateral, dan memberikan kontribusi positif terhadap tatanan perdagangan internasional."
Baja telah menjadi fokus utama Trump, yang berjanji untuk memulihkan industri AS dan menegakkan praktek perdagangan yang dianggapnya tidak adil, terutama oleh China.
Meskipun China hanya menyumbang 2% impor baja ke AS, ekspansi industri China yang masif telah membantu menurunkan harga baja di seluruh dunia.
"Dampak terhadap China tidak besar," ujar Li Xinchuang, wakil sekretaris jenderal Asosiasi Besi dan Baja China. "Tidak ada yang perlu ditanggapi soal Trump. Kami sudah tidak peduli padanya."
China memperkirakan langkah tersebut akan membahayakan perdagangan secara global jika negara-negara lain mengikuti langkah protektif AS itu.
Korea Selatan, eksportir baja terbesar ketiga ke Amerika Serikat setelah Kanada dan Brazil, mengatakan akan terus berbicara dengan pemerintah AS sampai rencana Washington untuk menerapkan tarif terselesaikan.
Ketakutan akan perang dagang yang terus meningkat, mengguncang pasar Asia, menekan kuat harga saham produsen dan pabrik baja yang memasok ke pasar AS.
Bursa berjangka AS dibuka stabil pada hari Jumat setelah sempat anjlok akibat pengumuman Trump pada hari Kamis sebelumnya.
Trump berencana menetapkan tarif 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium secara resmi minggu depan, meskipun pejabat Gedung Putih mengatakan beberapa rincian masih perlu diperbaiki.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Australia pada hari Jumat mengatakan khawatir rencana Presiden AS Donald Trump untuk terapkan tarif impor baja dan aluminium akan membuat Amerika diasingkan oleh negara-negara lain dan dikhawatirkan dapat berdampak pada para pekerja.
"Pengenaan tarif seperti ini tidak akan menghasilkan apapun selain mendistorsi perdagangan dan pada akhirnya, kami yakin, akan menyebabkan hilangnya lapangan kerja," ujar Menteri Perdagangan Australia Steven Ciobo kepada wartawan di Sydney.
"Saya yakin di balik tindakan seperti ini kita akan melihat tindakan pembalasan yang dilakukan oleh negara-negara besar lainnya."
Australia telah mengupayakan pembebasan bea ekspor baja dan aluminiumnya ke Amerika Serikat. Australia juga telah memperjuangkan disepakatinya kerja sama perdagangan bebas Trans Pacific Partnership, di mana Trump menarik keluar AS dari keanggotaan pakta itu baru-baru ini.
(prm) Next Article Uni Eropa Menentang Rencana Pengenaan Bea Impor Baja AS
"Semua negara industri baja dan aluminium menghadapi kesulitan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, dalam sebuah konferensi pers reguler di Beijing hari Jumat (2/3/2018), dilansir dari Reuters.
"China mendesak AS menahan diri untuk tidak membatasi perdagangan, menghormati peraturan perdagangan multilateral, dan memberikan kontribusi positif terhadap tatanan perdagangan internasional."
Meskipun China hanya menyumbang 2% impor baja ke AS, ekspansi industri China yang masif telah membantu menurunkan harga baja di seluruh dunia.
"Dampak terhadap China tidak besar," ujar Li Xinchuang, wakil sekretaris jenderal Asosiasi Besi dan Baja China. "Tidak ada yang perlu ditanggapi soal Trump. Kami sudah tidak peduli padanya."
China memperkirakan langkah tersebut akan membahayakan perdagangan secara global jika negara-negara lain mengikuti langkah protektif AS itu.
Korea Selatan, eksportir baja terbesar ketiga ke Amerika Serikat setelah Kanada dan Brazil, mengatakan akan terus berbicara dengan pemerintah AS sampai rencana Washington untuk menerapkan tarif terselesaikan.
Ketakutan akan perang dagang yang terus meningkat, mengguncang pasar Asia, menekan kuat harga saham produsen dan pabrik baja yang memasok ke pasar AS.
Bursa berjangka AS dibuka stabil pada hari Jumat setelah sempat anjlok akibat pengumuman Trump pada hari Kamis sebelumnya.
Trump berencana menetapkan tarif 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium secara resmi minggu depan, meskipun pejabat Gedung Putih mengatakan beberapa rincian masih perlu diperbaiki.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Australia pada hari Jumat mengatakan khawatir rencana Presiden AS Donald Trump untuk terapkan tarif impor baja dan aluminium akan membuat Amerika diasingkan oleh negara-negara lain dan dikhawatirkan dapat berdampak pada para pekerja.
"Pengenaan tarif seperti ini tidak akan menghasilkan apapun selain mendistorsi perdagangan dan pada akhirnya, kami yakin, akan menyebabkan hilangnya lapangan kerja," ujar Menteri Perdagangan Australia Steven Ciobo kepada wartawan di Sydney.
"Saya yakin di balik tindakan seperti ini kita akan melihat tindakan pembalasan yang dilakukan oleh negara-negara besar lainnya."
Australia telah mengupayakan pembebasan bea ekspor baja dan aluminiumnya ke Amerika Serikat. Australia juga telah memperjuangkan disepakatinya kerja sama perdagangan bebas Trans Pacific Partnership, di mana Trump menarik keluar AS dari keanggotaan pakta itu baru-baru ini.
(prm) Next Article Uni Eropa Menentang Rencana Pengenaan Bea Impor Baja AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular