
Tutup Diri Lantas Industri Baja Domestik AS Jadi Bergairah?
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
04 March 2018 17:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Amerika Serikat (AS) berencana mengenakan bea impor untuk produk baja dan alumunium masing-masing sebesar 25% dan 10%. Kebijakan ini berlaku bagi seluruh negara eksportir komoditas tersebut ke AS.
Lantas, seberapa efektif kebijakan tersebut meningkatkan industri baja negeri Paman Sam?
Ketua Cluster Flat Product Asosiasi Baja dan Besi Indonesia Purwono Widodo menilai keinginan Presiden Donald Trump mengenakan tarif super-tinggi untuk impor baja memang akan memberikan dampak positif terhadap industri baja AS.
Namun, hal itu hanya bersifat jangka pendek. Tanpa dibarengi program efisiensi besar-besaran, justru kebijakan tersebut hanya akan merugikan industri baja negeri Paman Sam dalam jangka panjang.
"Karena [industri baja AS] akan semakin kalah bersaing dengan baja Jepang, Korea, dan terutama China," kata Purwono saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Minggu (4/3/2018).
Direktur Eksekutif Indonesian Iron and Steel Industry (IISIA) Hidayat Triseputro memandang pengenaan tarif tersebut memang bertujuan untuk melindungi industri baja AS sendiri. Apalagi, AS tercatat sebagai salah negara yang cukup sering mengimpor baja.
Mengutip International Trade Administration, total impor baja AS secara year to date (ytd) per September 2017 mencapai 26,9 juta metrik ton baja, atau naik 19,5% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 22,5 juta metrik ton.
"Mereka pasti sudah memperhitungkan. Steel industry is the mother of all industries," jelasnya.
(prm) Next Article Uni Eropa Menentang Rencana Pengenaan Bea Impor Baja AS
Lantas, seberapa efektif kebijakan tersebut meningkatkan industri baja negeri Paman Sam?
Ketua Cluster Flat Product Asosiasi Baja dan Besi Indonesia Purwono Widodo menilai keinginan Presiden Donald Trump mengenakan tarif super-tinggi untuk impor baja memang akan memberikan dampak positif terhadap industri baja AS.
"Karena [industri baja AS] akan semakin kalah bersaing dengan baja Jepang, Korea, dan terutama China," kata Purwono saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Minggu (4/3/2018).
Direktur Eksekutif Indonesian Iron and Steel Industry (IISIA) Hidayat Triseputro memandang pengenaan tarif tersebut memang bertujuan untuk melindungi industri baja AS sendiri. Apalagi, AS tercatat sebagai salah negara yang cukup sering mengimpor baja.
Mengutip International Trade Administration, total impor baja AS secara year to date (ytd) per September 2017 mencapai 26,9 juta metrik ton baja, atau naik 19,5% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 22,5 juta metrik ton.
"Mereka pasti sudah memperhitungkan. Steel industry is the mother of all industries," jelasnya.
(prm) Next Article Uni Eropa Menentang Rencana Pengenaan Bea Impor Baja AS
Most Popular