
Internasional
Industri Energi AS Kecam Rencana Bea Impor Baja Trump
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 March 2018 17:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak hanya negara-negara rekan dagang Amerika Serikat (AS) yang memprotes rencana Presiden Donald Trump mengenakan bea masuk impor baja dan aluminium. Nada keberatan pun keluar dari pelaku industri di dalam negeri perekonomian terbesar di dunia itu.
Industri minyak dan gas AS pada hari Kamis (2/3/2018) mengecam rencana Trump itu karena menganggap tindakan tersebut akan menyebabkan para pekerja energi kehilangan pekerjaan akibat naiknya biaya untuk proyek infrastruktur besar.
Pejabat di kelompok industri perdagangan energi terkemuka di negara tersebut mengeluarkan pernyataan yang mendesak Trump untuk mempertimbangkan kembali gagasan tersebut.
Seorang sumber yang mengetahui rencana ekspansi perusahaan minyak, Exxon Mobil Corp, mengatakan penetapan tarif itu dapat menyebabkan perusahaan gagal memperluas salah satu kilang terbesar di negara Paman Sam.
Dilansir dari Reuters, Trump mengatakan akan mengenakan bea masuk sebesar 25% untuk impor baja dan 10% pada aluminium impor mulai minggu depan untuk melindungi industri AS, yang justru dianggap para kritikus akan gagal meningkatkan lapangan pekerjaan dan berisiko memicu perang dagang dengan China.
Association of Oil Pipe Lines (AOPL) menegaskan bahwa biaya baja khusus yang dibutuhkan untuk membangun jaringan yang menyalurkan minyak bumi akan naik bila bea masuk itu dikenakan.
"Kami mendesak pemerintah untuk jangan sampai membuat para pekerja AS kehilangan pekerjaan akibat penetapan tarif baja yang berdampak pada jaringan pipa," kata Andy Black, CEO Association of Oil Pipe Lines (AOPL).
Industri energi AS mengandalkan baja impor untuk peralatan pengeboran, jaringan pipa, terminal gas alam cair, dan kilang minyak.
Sebuah studi oleh AOPL tahun lalu menunjukkan bahwa kenaikan biaya pipa sebesar 25% dapat meningkatkan anggaran untuk proyek sejenis sebesar US$76 juta (Rp 1 triliun).
Rencana penetapan tarif "tidak sesuai dengan tujuan pemerintah untuk melanjutkan kebangkitan energi dan membangun infrastruktur kelas dunia," kata Jack Gerard, Presiden American Petroleum Institute.
Juru bicara Perhimpunan Gas Alam Interstate Amerika (Interstate Natural Gas Association of America) mengatakan tarif tersebut dapat menimbulkan masalah karena jenis pipa dan baja yang digunakan untuk membuat jaringan pipa antarnegara, yang berdinding tebal, sulit ditemukan di dalam negeri.
Kedua organisasi ini mengatakan sekitar tiga perempat dari pengeluaran proyek pipa saat ini berasal dari kantong pekerja Amerika dan pemilik bisnis.
The Center for Liquefied Natural Gas (LNG) mengatakan bea masuk itu dapat memberi "dampak yang tidak diinginkan pada kebutuhan utama proyek ekspor LNG AS", yang menggunakan komponen baja khusus yang tidak diproduksi di Amerika Serikat.
Penyokong modal LNG sedang mencoba membangun fasilitas ekspor gelombang kedua yang menghabiskan biaya miliaran dolar sama seperti proyek sebelumnya.
Penetapan tarif itu belum pasti akan berdampak pada penambang batubara, yang merupakan bagian dari basis pendukung Trump.
Luke Popovich, juru bicara Asosiasi Pertambangan Nasional, mengatakan jika penetapan tarif bisa meningkatkan produksi baja dalam negeri, maka akan menjadi keuntungan bagi beberapa produsen batubara metalurgi - yang digunakan di pabrik baja.
Popovich mengatakan penambang batu bara metalurgi juga melakukan ekspor ke pasar di Asia, sebuah bisnis yang semakin marak tahun ini. Jika penetapan tarif Trump memicu perang dagang dengan negara-negara Asia, hal itu dapat membahayakan penambang batubara AS.
Pemerintahan Trump telah berusaha untuk mendukung semua sisi industri bahan bakar fosil, namun kadang-kadang malah menyebabkan perselisihan antara pengebor dan penambang.
Sementara itu, Asosiasi Kedelai Amerika Serikat mengatakan hasil panen dan pendapatan sektor pertanian secara global semakin merosot.
China, yang mengimpor lebih dari sepertiga kedelai yang ada di AS, bisa saja membalas dengan mengurangi lebih banyak ekspornya.
(prm) Next Article Uni Eropa Menentang Rencana Pengenaan Bea Impor Baja AS
Industri minyak dan gas AS pada hari Kamis (2/3/2018) mengecam rencana Trump itu karena menganggap tindakan tersebut akan menyebabkan para pekerja energi kehilangan pekerjaan akibat naiknya biaya untuk proyek infrastruktur besar.
Pejabat di kelompok industri perdagangan energi terkemuka di negara tersebut mengeluarkan pernyataan yang mendesak Trump untuk mempertimbangkan kembali gagasan tersebut.
Dilansir dari Reuters, Trump mengatakan akan mengenakan bea masuk sebesar 25% untuk impor baja dan 10% pada aluminium impor mulai minggu depan untuk melindungi industri AS, yang justru dianggap para kritikus akan gagal meningkatkan lapangan pekerjaan dan berisiko memicu perang dagang dengan China.
Association of Oil Pipe Lines (AOPL) menegaskan bahwa biaya baja khusus yang dibutuhkan untuk membangun jaringan yang menyalurkan minyak bumi akan naik bila bea masuk itu dikenakan.
"Kami mendesak pemerintah untuk jangan sampai membuat para pekerja AS kehilangan pekerjaan akibat penetapan tarif baja yang berdampak pada jaringan pipa," kata Andy Black, CEO Association of Oil Pipe Lines (AOPL).
Industri energi AS mengandalkan baja impor untuk peralatan pengeboran, jaringan pipa, terminal gas alam cair, dan kilang minyak.
Sebuah studi oleh AOPL tahun lalu menunjukkan bahwa kenaikan biaya pipa sebesar 25% dapat meningkatkan anggaran untuk proyek sejenis sebesar US$76 juta (Rp 1 triliun).
Rencana penetapan tarif "tidak sesuai dengan tujuan pemerintah untuk melanjutkan kebangkitan energi dan membangun infrastruktur kelas dunia," kata Jack Gerard, Presiden American Petroleum Institute.
Juru bicara Perhimpunan Gas Alam Interstate Amerika (Interstate Natural Gas Association of America) mengatakan tarif tersebut dapat menimbulkan masalah karena jenis pipa dan baja yang digunakan untuk membuat jaringan pipa antarnegara, yang berdinding tebal, sulit ditemukan di dalam negeri.
Kedua organisasi ini mengatakan sekitar tiga perempat dari pengeluaran proyek pipa saat ini berasal dari kantong pekerja Amerika dan pemilik bisnis.
The Center for Liquefied Natural Gas (LNG) mengatakan bea masuk itu dapat memberi "dampak yang tidak diinginkan pada kebutuhan utama proyek ekspor LNG AS", yang menggunakan komponen baja khusus yang tidak diproduksi di Amerika Serikat.
Penyokong modal LNG sedang mencoba membangun fasilitas ekspor gelombang kedua yang menghabiskan biaya miliaran dolar sama seperti proyek sebelumnya.
Penetapan tarif itu belum pasti akan berdampak pada penambang batubara, yang merupakan bagian dari basis pendukung Trump.
Luke Popovich, juru bicara Asosiasi Pertambangan Nasional, mengatakan jika penetapan tarif bisa meningkatkan produksi baja dalam negeri, maka akan menjadi keuntungan bagi beberapa produsen batubara metalurgi - yang digunakan di pabrik baja.
Popovich mengatakan penambang batu bara metalurgi juga melakukan ekspor ke pasar di Asia, sebuah bisnis yang semakin marak tahun ini. Jika penetapan tarif Trump memicu perang dagang dengan negara-negara Asia, hal itu dapat membahayakan penambang batubara AS.
Pemerintahan Trump telah berusaha untuk mendukung semua sisi industri bahan bakar fosil, namun kadang-kadang malah menyebabkan perselisihan antara pengebor dan penambang.
Sementara itu, Asosiasi Kedelai Amerika Serikat mengatakan hasil panen dan pendapatan sektor pertanian secara global semakin merosot.
China, yang mengimpor lebih dari sepertiga kedelai yang ada di AS, bisa saja membalas dengan mengurangi lebih banyak ekspornya.
(prm) Next Article Uni Eropa Menentang Rencana Pengenaan Bea Impor Baja AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular