"Insya Allah bulan ini," kata Jokowi, saat ditanya mengenai pengumuman menuju Endemi, di Kantor BPKP, Jakarta Timur, Rabu (14/6/2023).
IHSG sebenarnya dibuka menguat tetapi malah berbalik arah melemah dan mengakhiri perdagangan di zona merah pada Sesi I.
IHSG menutup sesi I dengan melemah 0,54% ke posisi 6.682,70.
Bursa saham RI tetap melemah dan mengakhiri perdagangan kemarin di zona merah untuk dua hari secara beruntun.
IHSG tetap terkoreksi meskipun dihujani sentimen positif. Di antaranya menghijaunya Wall Street, melandainya inflasi Amerika Serikat (AS), hingga pemangkasan suku bunga sentral China (PBoC)
Inflasi AS tercatat 4,0 % (year-on-year/yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir.
Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS juga melemah ke 0,1% pada Mei tahun ini, dari 0,4% pada April.
Sementara itu, inflasi inti, di luar kelompok volatil, tercatat 5,3% (yoy) yang merupakan rekor terendah sejak November 2021.
Inflasi yang turun tajam ini tak pelak langsung meningkatkan ekspektasi pasar mengenai segera melunaknya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Sementara itu, bank sentral (People's Bank of China/PBoC) secara mengejutkan memangkas suku bunga seven-day reverse repurchase rate sebesar 10 basis poin (bp) menjadi 1,9%. Pelonggaran kebijakan moneter ini menjadi yang pertama dilakukan PBoC sejak Agustus tahun lalu.
Penurunan suku bunga tersebut membuat PBoC menambah likuiditas sebesar dua miliar yuan (US$ 279,97 juta) ke perekonomian.
Pemangkasan suku bunga PBoC diharapkan ikut mendongkrak ekonomi China. Tiongkok adalah motor utama penggerak ekonomi Asia sehingga perkembangan di sana akan sangat berdampak kepada tetangganya, termasuk Indonesia.
Pelemahan tidak hanya dialami oleh bursa saham Indonesia. Pada perdagangan Rabu (14/6/2023), indeks Hang Seng Hong Kong juga ditutup melemah 0,58%, Shanghai Composite China turun 0,14%, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,72%.
Sebaliknya, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melonjak 1,47%, Straits Times Singapura melesat 0,9%, dan ASX 200 Australia menguat 0,32%.
Rupiah melemah lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin. Mata uang Garuda mengakhiri perdagangan di posisi Rp14.895,00/US$, melandai 0,27%.
Pelemahan berbanding terbalik dengan hari sebelumnya di mana rupiah menguat 0,03%.
Ketidakpastian suku bunga The Fed disinyalir mendorong kekhawatiran pasar, sehingga mata uang rupiah mengalami pelemahan. Secara umum, pasar cenderung memiliki perilaku tidak menyukai ketidakpastian, sehingga mata uang Rupiah menunjukkan pelemahan.
Dari pasar SBN, surat utang Indonesia terus diincar investor. Hal ini ditandai dengan melandainya yield atau imbal hasil utang. Imbal hasil yang menurun menandai jika SBN Indonesia tengah diburu sehingga harganya naik.
Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun ke 6,26% kemarin. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak November 2021.
Salah satu bukti besarnya minat investor ke SUN terlihat pada lelang SUN, Selasa (13/6/2023).
Total penawaran yang diterima pemerintah pada lelang mencapai Rp 76,24 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak Februari 2022 atau 16 bulan terakhir.
Dari penawaran masuk, penawaran dari investor asing tercatat Rp 19,16 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak Agustus 2021 atau hampir dua tahun.
Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street bergerak tak seragam pada penutupan kemarin setelah The Fed mengumumkan kebijakan moneter mereka.
Indeks Dow Jones anjlok 0,68% atau 232,79 poin ke 33.979,33. Sebaliknya, indeks Nasdaq menguat 53,16 poin atau 0,39% ke posisi 13.626,48 dan indeks S&P 500 naik 0,08% atau 3,58 poin ke posisi 4.372,59.
Penutupan bursa Wall Street kemarin mengakhiri pesta pora sejak Kamis pekan lalu. Ketiga bursa utama AS tersebut rally sejak Kamis hingga Selasa atau dalam empat hari sebelumnya.
Indeks S&P dan Nasdaq bahkan mampu mengakhiri perdagangan pada posisi tertinggi dalam 14 bulan.
Salah satu penopang bursa Wall Street masih datang dari sektor teknologi. Saham Nvidia dan Broadcom melonjak 4% yang membawa ke level tertinggi.
Bursa Wall Street bergerak sangat volatile kemarin. Indeks Dow Jones dan Nasdaq langsung memerah sementara S&P langsung menghijau.
Namun, Nasdaq bergerak ke zona hijau hanya dalam beberapa menit.
Volatilenya pergerakan bursa Wall Street tak bisa dilepaskan dari sikap was-was menunggu keputusan rapat Federal Open Market Committee (FOMC).
The Fed pada akhirnya memilih untuk menahan suku bunga acuan pada rapat yang berakhir Kamis dini hari waktu Indonesia.
Ditahannya suku bunga acuan The Fed ini sudah sesuai ekspektasi pasar. Namun, harapan pasar untuk melihat peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus dikubur dalam-dalam.
Siklus suku bunga tinggi juga diproyeksi belum akan berakhir.
"Menahan suku bunga pada saat ini memungkinkan The Fed untuk menilai informasi tambahan dan dampak kebijakan moneter," tutur The Fed dalam keterangannya usai rapat FOMC.
The Fed juga mengisyaratkan untuk menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi ke depan. Hal ini berdasarkan median proyeksi The Fed yang memperkirakan suku bunga ada di kisaran 5,5-5,75% pada 2023 dari 5-5,25% sebelumnya.
Namun, Chairman The Fed Jerome Powell menjelaskan suku bunga saat ini mendekati target puncaknya sehingga kenaikan ke depan bisa semakin lambat.
"Komite bersiap untuk menyesuaikan stance kebijakan moneter sesuai kebutuhan jika risiko meningkat dan bisa menghambat pencapaian target komite," tulis The Fed.
Powell mengatakan The Fed masih perlu waktu untuk melihat sejauh mana dampak kenaikan suku bunga terhadap ekonomi AS.
Powell juga menegaskan jika keputusan suku bunga ke depan sangat "hidup" dan akan ditentukan oleh perkembangan data ekonomi.
The Fed juga mengisyaratkan jika pemangkasan suku bunga masih jauh. Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 500 bps sejak Maret tahun lalu menjadi 5,-5,25%.
Suku bunga saat ini adalah menyamai catatan pada 2006 dan tertinggi sejak Januari 2001 (5,5%).
"Dampak penuh dari kebijakan ketat kami belum sepenuhnya terasa," imbuh Powell.
Keputusan The Fed disambut kecewa pelaku pasar mengingat pasar sebelumnya berekspektasi akan melihat pemangkasan pada Juli mendatang.
Analis OANDA, Edward Moya, mengingatkan jika keputusan The Fed ini bisa menekan ekonomi AS bahkan membawa Paman Sam ke jurang resesi.
Goldman Sachs sebelumnya juga memproyeksikan ada probabilitas sebesar 25% AS akan mengalami resesi 12 bulan ke depan
"Pernyataan dan proyeksi The Fed sangat hawkish. Bagi pelaku pasar, keputusan hari ini sama seperti dengan kenaikan suku bunga. The Fed jelas akan membawa ekonomi ke jurang resesi pada tahun depan jika mereka tetap hawkish," tutur Moya, dikutip dari CNBC Internatonal.
Sam Stovall, Chief Investment Strategist dari CFRA Research, mengatakan sebagian pelaku pasar sudah memperkirakan The Fed masih akan galak.
Namun, pernyataan The Fed ternyata lebih galak dari perkiraan banyak pihak.
"Sebagian orang berharap The Fed mempertahankan suku bunga dan The Fed memang menahan suku bunga. Namun, anggota FOMC lebih hawkish dari rapat sebelumnya dan ini mengagetkan pasar," tuturnya.
Analis melihat keputusan The Fed ini akan berimplikasi terhadap tingginya suku bunga pinjaman ke depan. Artinya, pelaku bisnis masih harus membayar ongkos pinjaman yang lebih mahal sehingga ekspansi bisa terhambat.
Analis Bankrate.com, Greg McBride, mengingatkan dengan suku bunga acuan 5-5,25% seperti saat ini, bunga pinjaman sudah mahal.
"Bahkan dengan kondisi saat ini, bunga pinjaman sudah sangat sangat tinggi. Bunga pinjaman masih bisa naik ke level tinggi yang belum pernah dirasakan konsumen pada periode sebelumnya," tutur McBride, dikutip dari APNews.
Investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang akan menggerakkan pasar hari ini, terutama dari luar negeri.
Keputusan The Fed akan menjadi penggerak utama pasar Keuangan Indonesia, baik IHSG, rupiah, ataupun pasar SBN.
Sesuai ekspektasi pasar, The Fed pada akhirnya memilih untuk menahan suku bunga acuan di kisaran 5,0-5,25% pada rapat yang berakhir Kamis dini hari waktu Indonesia.
Namun, harapan pasar untuk melihat peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus dikubur dalam-dalam.
Siklus suku bunga tinggi juga diproyeksi belum akan berakhir.
The Fed bahkan mengisyaratkan untuk tetap menaikkan suku bunga dua kali lagi tahun ini.
Keputusan The Fed tidak hanya mengecewakan pasar tetapi juga bisa berdampak kepada banyak hal.
Dengan belum berakhirnya siklus kenaikan suku bunga maka pasar global masih harus berhadapan dengan tingginya ketidakpastian.
Pelaku pasar keuangan global mesti berhadapan dengan volatilitas setiap kali data AS keluar serta menjelang rapat FOMC.
Keputusan The Fed dikhawatirkan bisa membuat bank sentral lain, termasuk Bank Indonesia (BI) untuk berbalik arah kembali ke hawkish.
Dengan perkembangan terbaru, BI juga sepertinya akan sulit untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat meskipun inflasi domestik melandai.
Artinya, bunga pinjaman bank akan sulit turun sehingga ongkos pinjaman akan tetap tinggi dan membuat perusahaan sulit melakukan ekspansi.
Permintaan kredit investasi dan modal kerja Tanah Air juga bisa berimbas karena masih tingginya suku bunga ke depan. Sementara itu, kredit konsumsi bisa tertahan.
Kondisi ini akan berdampak kepada emiten perbankan, properti, penyalur pembiayaan, hingga consumer goods.
Keputusan The Fed untuk tetap hawkish juga bisa membawa perekonomian AS ke jurang resesi. AS merupakan motor utama penggerak ekonomi dunia sehingga melambatnya ekonomi Paman Sam akan berdampak besar terhadap permintaan global dan perekonomian dunia, tak terkecuali Indonesia.
Bagi Indonesia, AS merupakan pasar ekspor terbesar kedua setelah China. AS juga menjadi salah satu investor asing terbesar di Indonesia.
Keputusan The Fed juga bisa membuat arus modal asing kembali pergi dari pasar keuangan domestik. Kondisi ini bisa menekan rupiah serta membuat imbal hasil SBN kembali naik.
Besarnya dampak besar The Fed inilah yang mesti diwaspadai pasar hari ini.
"Keputusan The Fed ini menunjukkan adanya perbedaan pendapat di antara anggota Komite. Keinginan semua orang memang tercapai tapi tidak memberi kepuasan. The Fed memberi keputusan dovish soal suku bunga tetapi stance dan pernyataannya sangat hawkish," tutur ekonom Larry Meyer, dikutip dari Reuters.
Selain kebijakan The Fed, pelaku pasar juga perlu mencermati sejumlah data penting yang akan dirilis hari ini dari luar negeri.
Di antaranya adalah data produksi industri, penjualan ritel, angka pengangguran, dan indeks harga rumah China. Bank sentral Eropa (ECB) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga nanti malam.
* AS akan merilis data penjualan ritel untuk Mei serta data klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 10 Juni.
Data penjualan ritel dan data lainnya dari China menjadi penting karena akan memberi gambaran sejauh apa perlambatan ekonomi Tiongkok saat ini.
China adalah mitra dagang terbesar Indonesia sehingga perkembangan di sana akan berdampak besar kepada ekonomi Tanah Air.
Sementara itu, ECB diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga.
Eropa yang sudah terkena resesi secara teknikal seharusnya menjadi pertimbangan ECB untuk menghentikan sikap hawkish-nya.
ekonomi Uni Eropa memasuki resesi pada kuartal I-2023 setelah ekonomi mereka pada kuartal I-2023 terkontraksi 0,1% (quarter-to-quarter/qtq).
Namun, karena inflasi Eropa dinilai masih tinggi, maka pasar masih memperkirakan ECB masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan yang dilaksanakan pekan depan.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan ECB akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 4% pada pertemuan pekan depan.
Sebagai catatan, ECB telah mengerek suku bunga sebesar 425 bp menjadi 3,75%. Secara tahunan (year-on-year/yoy), pertumbuhan ekonomi 1% pada kuartal I-2023, terendah dalam delapan kuartal terakhir.
Sebelumnya, inflasi Eropa pada Mei 2023 turun ke level 6,1% (yoy), lebih rendah dari inflasi April lalu yang sebesar 7% (yoy).
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data neraca perdagangan untuk Mei 2023.
Surplus neraca perdagangan diperkirakan menyusut pada Mei seiring melemahnya harga komoditas dan lesunya perekonomian China.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Mei 2023 akan mencapai US$ 3,04 miliar.
Surplus tersebut jauh lebih rendah dibandingkan April 2023 yang mencapai US$ 3,94 miliar.
Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 37 bulan beruntun.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan terkontraksi 5,7% (year on year/yoy) sementara impor turun 7,2%.Sebagai catatan, nilai ekspor April 2023 anjlok 29,4% (yoy) dan jeblok 17,62% (month to month/mtm).
Impor terkontraksi 22,32% (yoy) dan ambruk 25,5% (mtm) menjadi US$ 15,35 miliar. Jika surplus, impor, dan ekspor terus turun maka ini harus menjadi alarm bagi ekonomi Indonesia.
Ekspor yang terus menurun bisa mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia serta penerimaan negara.
Impor yang terus turun juga bisa menjadi sinyal jika permintaan dalam negeri tengah melandai sehingga konsumsi bisa melemah.
Bank Indonesia hari ini juga akan mengumumkan data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) April 2023.
Utang Indonesia per akhir Maret tercatat US$ 402,8 miliar, atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,9% (yoy).
Utang Indonesia sudah terkontraksi sejak November 2021 atau lebih dari 1,5 tahun terakhir.
Terkontraksinya utang salah satunya karena banyak perusahaan yang menahan ekspansi dan membayar utang mereka. Tingginya ketidakpastian global serta panasnya suhu politik pada tahun ini membuat banyak pelaku usaha menahan diri.
Pasar keuangan dalam negeri juga akan dipengaruhi oleh sejumlah agenda perusahaan, seperti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) serta pembayaran dividen.
Beberapa perusahaan yang akan menggelar RUPS hari ini adalah PT ANTAM (ANTM, PT Timah Tbk(TINS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP). dan PT Bank Nationalnobu Tbk
Beberapa perusahaan yang hari ini mencatat tanggal cum Dividen Tunai adalah PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON), PT Primadaya Plastisindo Tbk (PDPP), dan PT Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS).
Agenda ekonomi:
* Jepang akan merilis data neraca perdagangan (06:50 WIB)
* China akan mengumumkan data produksi industri, penjualan ritel, angka pengangguran, dan indeks harga rumah (09:00 WIB)
* BI akan merilis Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) April 2023 (10: 00 WIB)
* BPS akan merilis data neraca perdagangan Mei 2023 (11:00 WIB)
* Bank sentral Eropa (ECB) akan mengumumkan kebijakan moneter (19:15 WIB)
* AS akan merilis data penjualan ritel untuk Mei (19:30 WIB)
* AS akan merilis data klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 10 Juni (19:30 WIB)
* CEO TikTok Shou Zi Chew akan menghadiri TikTok Southeast Asia Impact Forum di The Ritz-Carlton Ballroom, Jakarta
* Komisi VI DPR RI menggelar rapat kerja dengan Menteri BUMN di ruang rapat Komisi VI DPR RI
* Konferensi Pers Musyawarah Nasional (MUNAS) XI APINDO (16:00 WIB)
Agenda korporasi:
* RUPS PT ANTAM (ANTM)
* RUPS PT Timah Tbk(TINS)
* RUPS PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
* RUPSLB PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP)
* RUPSLB PT Bank Nationalnobu Tbk
* RUPS Rencana Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI)
* RUPS Rencana Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO)
* RUPS Rencana Bekasi Asri Pemula Tbk (BAPA)
* RUPS Rencana MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP)
* RUPS Rencana PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS)
* RUPS Rencana Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP)
* RUPS Rencana PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO)
* RUPS Rencana PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX)
* RUPS Rencana PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL)
* RUPS Rencana PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK)
* RUPS Rencana PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
* RUPS Rencana PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)
* RUPS Rencana PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS)
* RUPS Rencana PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM)
* Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN)
* Tanggal Pembayaran Dividen Tunai PT Indosat Tbk (ISAT)
* Tanggal ex Dividen Tunai Elnusa Tbk (ELSA)
* Tanggal DPS Dividen Tunai Kabelindo Murni Tbk (KBLM)
* Tanggal cum Dividen Tunai PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT)
* Tanggal cum Dividen Tunai PT Habco Trans Maritima Tbk (HATM)
* Tanggal cum Dividen Tunai Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON)
* Tanggal cum Dividen Tunai PT Personel Alih Daya Tbk (PADA)
* Tanggal cum Dividen Tunai PT Primadaya Plastisindo Tbk (PDPP)
* Tanggal cum Dividen Tunai Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS)
* Tanggal cum Dividen Tunai Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMAS)
* Tanggal cum Dividen Tunai PT Wira Global Solusi Tbk (WGSH)
Berikut indikator ekonomi terbaru:
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.