
The Fed Masih Galak, Ekonomi Dunia Bakal Penuh Huru-Hara

IHSG sebenarnya dibuka menguat tetapi malah berbalik arah melemah dan mengakhiri perdagangan di zona merah pada Sesi I.
IHSG menutup sesi I dengan melemah 0,54% ke posisi 6.682,70.
Bursa saham RI tetap melemah dan mengakhiri perdagangan kemarin di zona merah untuk dua hari secara beruntun.
IHSG tetap terkoreksi meskipun dihujani sentimen positif. Di antaranya menghijaunya Wall Street, melandainya inflasi Amerika Serikat (AS), hingga pemangkasan suku bunga sentral China (PBoC)
Inflasi AS tercatat 4,0 % (year-on-year/yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir.
Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS juga melemah ke 0,1% pada Mei tahun ini, dari 0,4% pada April.
Sementara itu, inflasi inti, di luar kelompok volatil, tercatat 5,3% (yoy) yang merupakan rekor terendah sejak November 2021.
Inflasi yang turun tajam ini tak pelak langsung meningkatkan ekspektasi pasar mengenai segera melunaknya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Sementara itu, bank sentral (People's Bank of China/PBoC) secara mengejutkan memangkas suku bunga seven-day reverse repurchase rate sebesar 10 basis poin (bp) menjadi 1,9%. Pelonggaran kebijakan moneter ini menjadi yang pertama dilakukan PBoC sejak Agustus tahun lalu.
Penurunan suku bunga tersebut membuat PBoC menambah likuiditas sebesar dua miliar yuan (US$ 279,97 juta) ke perekonomian.
Pemangkasan suku bunga PBoC diharapkan ikut mendongkrak ekonomi China. Tiongkok adalah motor utama penggerak ekonomi Asia sehingga perkembangan di sana akan sangat berdampak kepada tetangganya, termasuk Indonesia.
Pelemahan tidak hanya dialami oleh bursa saham Indonesia. Pada perdagangan Rabu (14/6/2023), indeks Hang Seng Hong Kong juga ditutup melemah 0,58%, Shanghai Composite China turun 0,14%, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,72%.
Sebaliknya, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melonjak 1,47%, Straits Times Singapura melesat 0,9%, dan ASX 200 Australia menguat 0,32%.
Rupiah melemah lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin. Mata uang Garuda mengakhiri perdagangan di posisi Rp14.895,00/US$, melandai 0,27%.
Pelemahan berbanding terbalik dengan hari sebelumnya di mana rupiah menguat 0,03%.
Ketidakpastian suku bunga The Fed disinyalir mendorong kekhawatiran pasar, sehingga mata uang rupiah mengalami pelemahan. Secara umum, pasar cenderung memiliki perilaku tidak menyukai ketidakpastian, sehingga mata uang Rupiah menunjukkan pelemahan.
Dari pasar SBN, surat utang Indonesia terus diincar investor. Hal ini ditandai dengan melandainya yield atau imbal hasil utang. Imbal hasil yang menurun menandai jika SBN Indonesia tengah diburu sehingga harganya naik.
Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun ke 6,26% kemarin. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak November 2021.
Salah satu bukti besarnya minat investor ke SUN terlihat pada lelang SUN, Selasa (13/6/2023).
Total penawaran yang diterima pemerintah pada lelang mencapai Rp 76,24 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak Februari 2022 atau 16 bulan terakhir.
Dari penawaran masuk, penawaran dari investor asing tercatat Rp 19,16 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak Agustus 2021 atau hampir dua tahun.
