Newsletter

The Fed Masih Galak, Ekonomi Dunia Bakal Penuh Huru-Hara

mae, CNBC Indonesia
15 June 2023 06:00
Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)
Foto: Markets Wall Street. (AP/Courtney Crow)

Dari Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street bergerak tak seragam pada  penutupan kemarin setelah The Fed mengumumkan kebijakan moneter mereka.
Indeks Dow Jones anjlok 0,68% atau 232,79 poin ke 33.979,33. Sebaliknya, indeks Nasdaq menguat 53,16 poin atau 0,39% ke posisi 13.626,48 dan indeks S&P 500 naik 0,08% atau 3,58 poin ke posisi 4.372,59.

Penutupan bursa Wall Street kemarin mengakhiri pesta pora sejak Kamis pekan lalu. Ketiga bursa utama AS tersebut rally sejak Kamis hingga Selasa atau dalam empat hari sebelumnya.

Indeks S&P dan Nasdaq bahkan mampu mengakhiri perdagangan pada posisi tertinggi dalam 14 bulan.
Salah satu penopang bursa Wall Street masih datang dari sektor teknologi. Saham Nvidia dan Broadcom melonjak 4% yang membawa ke level tertinggi.

Bursa Wall Street bergerak sangat volatile kemarin. Indeks Dow Jones dan Nasdaq langsung memerah sementara S&P langsung menghijau.
Namun, Nasdaq bergerak ke zona hijau hanya dalam beberapa menit.

Volatilenya pergerakan bursa Wall Street tak bisa dilepaskan dari sikap was-was menunggu keputusan rapat Federal Open Market Committee (FOMC).

The Fed pada akhirnya memilih untuk menahan suku bunga acuan pada rapat yang berakhir Kamis dini hari waktu Indonesia.
Ditahannya suku bunga acuan The Fed ini sudah sesuai ekspektasi pasar. Namun, harapan pasar untuk melihat peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus dikubur dalam-dalam.
Siklus suku bunga tinggi juga diproyeksi belum akan berakhir.
"Menahan suku bunga pada saat ini memungkinkan The Fed untuk menilai informasi tambahan dan dampak kebijakan moneter," tutur The Fed dalam keterangannya usai rapat FOMC.

The Fed juga mengisyaratkan untuk menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi ke depan. Hal ini berdasarkan median proyeksi The Fed yang memperkirakan suku bunga ada di kisaran 5,5-5,75% pada 2023 dari 5-5,25% sebelumnya.
Namun, Chairman The Fed Jerome Powell menjelaskan suku bunga saat ini mendekati target puncaknya sehingga kenaikan ke depan bisa semakin lambat.

"Komite bersiap untuk menyesuaikan stance kebijakan moneter sesuai kebutuhan jika risiko meningkat dan bisa menghambat pencapaian target komite," tulis The Fed.

Powell mengatakan The Fed masih perlu waktu untuk melihat sejauh mana dampak kenaikan suku bunga terhadap ekonomi AS.
Powell juga menegaskan jika keputusan suku bunga ke depan sangat "hidup" dan akan ditentukan oleh perkembangan data ekonomi.

The Fed juga mengisyaratkan jika pemangkasan suku bunga masih jauh. Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 500 bps sejak Maret tahun lalu menjadi 5,-5,25%.
Suku bunga saat ini adalah menyamai catatan pada 2006 dan tertinggi sejak Januari 2001 (5,5%).
 "Dampak penuh dari kebijakan ketat kami belum sepenuhnya terasa," imbuh Powell.


Keputusan The Fed disambut kecewa pelaku pasar mengingat pasar sebelumnya berekspektasi akan melihat pemangkasan pada Juli mendatang.
Analis OANDA, Edward Moya, mengingatkan jika keputusan The Fed ini bisa menekan ekonomi AS bahkan membawa Paman Sam ke jurang resesi.

Goldman Sachs sebelumnya juga memproyeksikan ada probabilitas sebesar 25% AS akan mengalami resesi 12 bulan ke depan
"Pernyataan dan proyeksi The Fed sangat hawkish. Bagi pelaku pasar, keputusan hari ini sama seperti dengan kenaikan suku bunga. The Fed jelas akan membawa ekonomi ke jurang resesi pada tahun depan jika mereka tetap hawkish," tutur Moya, dikutip dari CNBC Internatonal.

Sam Stovall, Chief Investment Strategist dari CFRA Research, mengatakan sebagian pelaku pasar sudah memperkirakan The Fed masih akan galak.

Namun, pernyataan The Fed ternyata lebih galak dari perkiraan banyak pihak.
"Sebagian orang berharap The Fed mempertahankan suku bunga
 dan The Fed memang menahan suku bunga. Namun, anggota FOMC lebih hawkish dari rapat sebelumnya dan ini mengagetkan pasar," tuturnya.

Analis melihat keputusan The Fed ini akan berimplikasi terhadap tingginya suku bunga pinjaman ke depan. Artinya, pelaku bisnis masih harus membayar ongkos pinjaman yang lebih mahal sehingga ekspansi bisa terhambat.
Analis Bankrate.com, Greg McBride, mengingatkan dengan suku bunga acuan 5-5,25% seperti saat ini, bunga pinjaman sudah mahal.
"Bahkan dengan kondisi saat ini, bunga pinjaman sudah sangat sangat tinggi. Bunga pinjaman masih bisa naik ke level tinggi yang belum pernah dirasakan konsumen pada periode sebelumnya," tutur McBride, dikutip dari APNews.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular