CNBC Indonesia Research

Petaka Resesi Eropa, Awas Sektor Andalan RI Ini Terancam!

mae, CNBC Indonesia
09 June 2023 16:45
uni eropa
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Uni Eropa memasuki resesi pada kuartal I-2023. Resesi Eropa bisa menjadi ancaman Indonesia yang mengingat Benua Biru sebagai salah satu tujuan utama ekspor dan investor besar di Indonesia.

Ekonomi Eropa terkontraksi 0,1% (quartal to quartal/qtq) pada kuartal I-2023. Pelemahan ini menunjukkan tren negatif yang sudah berlangsung sejak kuarta IV-2022 di mana ekonomi terkontraksi 0,1%.
Dengan demikian, zona Uni Eropa yang menaungi 20 negara tersebut secara resmi mengalami resesi.

"Permintaan dalam negeri tidak baik-baik saja. Ke depan, pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan tetap lambat meskipun harga energi turun. Pengetatan kebijakan moneter menekan investasi sementara laju inflasi menekan konsumsi," tutur analis dari Oxford Economics, dikutip dari Reuters.

Sebagai catatan, bank sentral Eropa ECB telah mengerek suku bunga sebesar 425 bps menjadi 3,75%. Secara tahunan (year on year/yoy), pertumbuhan ekonomi 1% pada kuartal I-2023, terendah dalam delapan kuartal terakhir.

Komisi Eropa pada pertengahan Mei memperkirakan pertumbuhan tahun ini hanya akan mencapai 1,1%.

Konsumsi rumah tangga turun 0,3% (qtq) sementara belanja pemerintah anjlok 1,6% (qtq). Negara Eropa yang mengalami kontraksi pada kuartal I adalah Jerman (-0,3%) dan Belanda (-0,7%).
Negara lain mampu mencatatkan pertumbuhan meskipun sangat lemah seperti Prancis (0,2%), Italia (0,6%), dan Spanyol (0,5%).


Awas Cuan Dagang RI Bisa Terimbas Dampak Resesi
Resesi Uni Eropa tentu saja membawa dampak bagi dunia dan Indonesia mengingat besarnya peran Benua Biru dalam perdagangan dan keuangan global. 
Size ukuran Uni Eropa menembus US$ 16,6 triliun atau setara dengan seperenam Produk Domestik Bruto (PDB) global. 

Share ekspor Uni Eropa ke perdagangan barang global mencapai 14,1% sementara di sektor jasa mencapai 24,5%. Dengan size ekonomi dan peran besar Uni Eropa itulah resesi Eropa bisa memperlambat ekonomi dunia.

Bagi Uni Eropa, Indonesia adalah negara mitra dagang terbesar ke-31.
Berdasarkan data Komisi Uni Eropa, nilai ekspor Uni Eropa ke Indonesia pada 2021 menyentuh 7,9 miliar euro. Nilai tersebut setara dengan 0,4% dari total Uni Eropa secara keseluruhan.
Produk andalan Uni Eropa adalah mesin dan perlengkapan transportasi (36,8%), bahan kimia (27,3%), dan binatang hidup (9,1%).

Peran Uni Eropa ke globalFoto: Komisi Uni Eropa
Peran Uni Eropa ke global

Bagi Indonesia, Uni Eropa (UE) adalah mitra dagang terbesar kelima.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor Indonesia ke Uni Eropa menembus US$ 21,28 miliar pada 2022. Nilai tersebut setara dengan 7,71% dari total secara keseluruhan.

Ekspor non-migas ke Eropa hanya di bawah Tiongkok (US$63,55 miliar), AS tercatat US$ 28,2 miliar, India mencapai US$ 23,3 miliar dan Jepang US$ 23,19 miliar.

Produk andalan ekspor Indonesia ke Uni Eropa adalah produk manufaktur dan barang primer.
Dilihat dari jenisnya, produk utama ekspor Indonesia adalah beragam produk manufaktur (23,5%), minyak nabati (17,7%) dan bahan mentah manufaktur (13,7%).

Komoditas dengan nilai ekspor tertinggi adalah binatang hidup dengan nilai ekspor mencapai 1,31 miliar euro.
Posisi kedua ditempat oleh minuman dan tembakau, bahan bara mentah, bahan bakar mineral atau batu bara, minyak hewan dan nabati, produk kimia, berbagai produk manufaktur.

Produk yang diimpor Uni Eropa dari IndonesiaFoto: Komisi Uni Eropa
Produk yang diimpor Uni Eropa dari Indonesia

 

Ekspor yang mengalami kenaikan tajam adalah minyak nabati dan besi baja. Ekspor batu bara juga melejit pada tahun lalu karena ada krisis energi di Uni Eropa.
BPS melaporkan volume ekspor batu bara Indonesia ke Uni Eropa menyentuh 5, 85 juta ton pada Januari-Desember 2022. Volume tersebut melonjak 1.373% dibandingkan pada 2021 yang hanya tercatat 396.582 ton.

Secara nilai, ekspor batu bara RI ke Uni Eropa menembus US$ 1,055 miliar sepanjang 2022. Nilai tersebut melesat 4.114% dibandingkan pada 2021 yang mencapai US$ 25,044 juta.

Data Komisi Uni Eropa menunjukkan ekspor minyak nabati Indonesia ke Uni Eropa mencapai 2,9 miliar euro pada 2021. Angka ini setara dengan 21% keseluruhan impor minyak lemak nabati Uni Eropa.
Ekspor besi baja Indonesia ke Uni Eropa melonjak 130,5% pada 2021.

Data BPS menunjukkan perlambatan ekonomi Uni Eropa sejak tahun lalu sudah berimbas ke ekspor Indonesia. Ekspor non-migas terus turun dari US$ miliar pada Januari menjadi US$ 1,53 miliar pada Maret dan US$ 1,44 miliar pada April2023.

Jika resesi semakin dalam maka permintaan impor akan terus melemah sehingga ekspor RI ke Benua Biru pun bisa semakin jeblok.

Investasi dari Uni Eropa Bisa Melemah

Selain perdagangan, resesi Uni Eropa bisa menjadi ancaman bagi perkembangan investasi di Tanah Air. Bila resesi berlanjut maka kemampuan perusahaan Uni Eropa untuk investasi juga semakin rendah sehingga penanaman modal Asing ke Indonesia semakin berkurang.

Investasi langsung perusahaan-perusahaan Uni Eropa tercatat 25,2 miliar euro atau sekitar Rp 404,43 triliun.

Nilai investasi naik 4,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai investasi setara dengan 0,3% dari total investasi asing Uni Eropa di luar negeri.
Indonesia menempati urutan ke-31 dalam daftar tujuan investasi Indonesia. Posisi tersebut naik dibandingkan pada 2018 di mana Indonesia masih menempati urutan 33.

Investasi Uni Eropa ke Indonesia adalah untuk industri yang memberi tambahan nilai seperti infrastruktur, manufaktur, farmasi, kimia, transportasi, otomotif, kosmetik, dan energi terbarukan.

Termasuk perusahaan Uni Eropa yang menanamkan modal di Indonesia adalah Frisian Flag, IKEA, dan DEME.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation