Kemarin, IHSG ditutup di posisi 7.182,83. Melemah 0,15% dari hari sebelumnya.
Sebenarnya perdagangan berlangsung semarak. Volume perdagangan melibatkan 28,46 miliar unit saham, cukup jauh di atas rata-rata 2022 yang 23,54 miliar.
Kemudian frekuensi perdagangan tercatat 1,59 juta kali, juga di atas rerata 2022 yang 1,44 juta kali. Lalu nilai perdagangan ada di Rp 17,28 triliun, lebih tinggi ketimbang rata-rata tahun ini yang Rp 16,11 triliun.
Investor asing juga banyak membeli saham di Bursa Efek Indonesia, dengan nilai beli bersih (net buy) Rp 1,16 triliun. Dengan demikian, akumulasi beli bersih investor asing sepanjang 2022 mencapai Rp 70,78 triliun.
Sementara nilai tukar rupiah juga melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Di pasar spot, rupiah menutup hari di posisi Rp 14.560/US$. Melemah 0,48% dibandingkan hari sebelumnya.
Berpindah ke bursa saham AS, tiga indeks utama ditutup di zona merah, bahkan koreksinya lumayan dalam. Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq Composite anjlok 1,94%, 2,38%, dan 2,75%.
Investor di Wall Street sepertinya tidak berani bermain agresif karena menati rilis data inflasi Negeri Paman Sam yang akan dirilis malam ini waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi AS bulan lalu berada di 8,3% year-on-year (yoy), tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi masih bertahan di level yang sangat tinggi.
Jika inflasi masih tinggi, maka hampir pasti bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) makin yakin untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Mengutip CME FedWatch, pasar memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan menaikkan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) ke 1,25-1,5% dalam rapat bulan ini. Peluang ke arah sana mencapai 94,9%.
 Sumber: CME FedWatch |
Kenaikan suku bunga acuan akan menjadi sentimen negatif di pasar saham. Suku bunga tinggi akan membuat biaya ekspansi emiten menjadi lebih mahal sehingga laba akan tergerus.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang bisa menggerakkan pasar. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang kurang menggembirakan. Merahnya Wall Street akan membuat pasar keuangan Asia cenderung bermain aman.
Kedua adalah hasil rapat bank sentral Uni Eropa (European Central Bank/ECB). Presiden Christine Lagarde dan kolega tetap mempertahankan suku bunga acuan deposit rate -0,5%. Suku bunga acuan berada di teritori negatif sejak 2014.
Namun nada hawkish sangat kentara dalam rapat kali ini. Program pembelian aset alias quantitative easing akan berakhir pada 1 Juli, dan dalam rapat 21 Juli mulai menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps.
"Dewan berencana kenaikan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps dalam Juli. Dewan juga memperkirakan ada kenaikan lagi pada September. Jika inflasi diperkirakan masih tinggi, maka kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi pada September menjadi layak," sebut keterangan tertulis ECB.
"Kami akan memastikan inflasi kembali sesuai target 2% dalam jangka menengah. Ini bukan langkah, tetapi perjalanan," kata Lagarde dalam konferensi pers usai rapat, sebagaimana diwartakan Reuters.
Dalam proyeksi terbarunya, ECB memperkirakan inflasi di Zona Euro pada 2022 mencapai 6,8%. Naik ketimbang proyeksi sebelumnya yakni 5,1%.
"Jika Anda ingin (inflasi) bisa 2,1% pada 2024 dan seterusnya, apakah penyesuaian (suku bunga acuan) akan lebih tinggi? Jawabannya adalah ya," lanjut Lagarde.
Well, ini namanya bukan tersirat lagi melainkan sudah tersurat. Sudah terang benderang, cetha wela-wela, crystal clear, tidak ada perdebatan, tidak usah pengkajian sematik. ECB bakal menaikkan suku bunga acuan bulan depan dan bulan-bulan sesusahnya, titik.
 Sumber: Refinitiv |
Artinya, iklim suku bunga tinggi sudah semakin nyata. Saatnya mengucapkan selamat tinggal kepada uang murah yang begitu melimpah ketika pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Inflasi memang menyakitkan, dia adalah 'copet' yang membuat kantung berlubang. Harga barang dan jasa yang naik gila-gilaan pasti sangat memberatkan, terutama bagi mereka yang berpendapatan tetap.
Oleh karena itu, dibutuhkan upaya ekstra dalam menjangkar ekspektasi inflasi agar tidak bergerak liar. Kenaikan suku bunga adalah salah satunya. Dengan kenaikan suku bunga, maka uang beredar akan berkurang dan saat jumlahnya turun maka nilai uang bisa relatif lebih terjaga.
Namun kenaikan suku bunga harus dibayar mahal. Seperti punya bodyguard yang melindungi kita dari copet, ada biaya yang harus dikeluarkan.
Kenaikan suku bunga akan membuat biaya ekspansi rumah tangga dan dunia usaha menjadi ikut terkerek. Akibatnya, konsumsi dan investasi akan melambat sehingga ikut menahan pertumbuhan ekonomi.
Bank Dunia pun memberi wanti-wanti. Pada 1970-an, saat dunia mengalami inflasi tinggi akibat kenaikan harga minyak (oil boom), bank sentral di berbagai negara juga menaikkan suku bunga acuan secara agresif.
Efek sampingnya luar biasa, ekonomi bukannya tumbuh malah terkontraksi alias minus. Bahkan sampai menyebabkan resesi global.
"Upaya pemulihan saat itu membutuhkan kenaikan suku bunga acuan secara tajam. Akan tetapi, dampaknya adalah memicu resesi global dan krisis keuangan di negara berkembang," tulis Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospect edisi Juni 2022.
Halaman Selanjutnya -->Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Pembagian dividen PT Tempo Scan Pacific Tbk.
- Pembagian dividen PT Golden Energy Mines Tbk.
- Pembagian dividen PT Siloam International Hospitals Tbk.
- Pembagian dividen PT Sariguna Primatirta Tbk.
- Pembagian dividen PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk.
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (09:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Lotte Chemical Titan Tbk (09:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Keramika Indonesia Asosiasi Tbk (10:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Victoria Investama Tbk (10:00 WIB).
- Rilis data penjualan ritel Indonesia periode April 2022 (10:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (10:30 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Equity Development Investment Tbk (14:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Roda Vivatex Tbk (14:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Kokoh Inti Arebama Tbk (14:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT KDB Tifa Finance Tbk (14:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Victoria Insurance Tbk (14:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Merdeka Copper Tbk (14:00 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
TIM RISET CNBC INDONESIA