Balik Arah dari Kontrak Futures, Wall Street Dibuka Melemah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
09 June 2022 21:29
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) tertekan pada pembukaan perdagangan Kamis (9/6/2022), setelah imbal hasil (yield) obligasi naik menjelang rilis data inflasi.

Dow Jones turun 96 poin (-0,3%) di pembukaan dan selang 40 menit kemudian menjadi 111,44 poin (-0,34%) ke 32.799,46. Sementara itu, S&P 500 melemah 11,58 poin (-0,28%) ke 4.104,19 dan Nasdaq mundur 23,45 poin (-0,19%) ke 12.062,82.

Sentimen hari ini terbantu setelah Bloomberg memberitakan bahwa China mungkin membiarkan IPO Ant Group bergerak maju, tanda lain bahwa Beijing dapat menghentikan tindakan keras terhadap emiten teknologinya. Saham Alibaba melesat lebih dari 4%.

Saham Tesla menguat lebih dari 2% setelah UBS menaikkan peringkat saham produsen mobil listrik tersebut sementara perseroan menyatakan bahwa kapasitas produksinya bisa dinaikkan 50% dari level sekarang.

Di pasar reguler kemarin, indeks Dow Jones turun 269,24 poin atau terkoreksi 0,81% ke posisi 32.910,9. Sedangkan, indeks S&P 500 merosot 1,08% dan berakhir ke 4.115,77. Nasdaq terkoreksi 0,73% dan ditutup ke posisi 12.086,27.

Pergerakan tersebut terjadi karena investor masih mencari petunjuk terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi dari Indeks Harga Konsumen (IHK) per Mei yang akan dirilis Jumat (10/6). IHK Mei diprediksi melandai dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan dapat mengindikasikan bahwa inflasi telah mencapai puncak.

"Dan sayangnya kita tidak akan mendapat tampilan yang lebih bersih di ekonomi baik mengenai apakah ekonomi AS dan tentunya ekonomi dunia untuk beberapa waktu karena ada banyak hal yang sulit di tamsilkan," ujar Michael Skordeles, perancana makro senior Truist, dikutip CNBC International.

Imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar naik di atas 3%. Harga minyak yang sempat melonjak dan menyentuh rekor tertinggi sejak 13 pekan, kini agak menurun dari US$ 122,11/barel menjadi di kisaran US$ 120/barel.

Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mengonfirmasi rencana menaikkan suku bunga acuan pada Juli dan kemungkinan naik lagi pada September. ECB juga menaikkan proyeksi inflasi 2022 menjadi 6,8%, dari posisi sebelumnya sebesar 5,1%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Kinerja Nvidia, Nasdaq & S&P500 Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular