Dunia Bakal Dihantam Krisis, Bagaimana Nasib RI?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
09 June 2022 19:14
Infografis: Tips Menghasilkan Uang Kalau Resesi (Amit-amit) Terjadi
Foto: Infografis/Tips Menghasilkan Uang Kalau Resesi (Amit-amit) Terjadi/Abad/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi kembali bergentayangan di berbagai negara dunia, kini dengan latar belakang perang Rusia dan Ukraina. Bank Dunia pun telah memberi peringatan tentang ancaman resesi ekonomi ini. Lantas bagaimana dengan Indonesia?

Dalam laporan 'Global Economic Prospect' edisi Juni 2022 yang dirilis oleh Bank Dunia atau World Bank, menyebut negara-negara Eropa Timur adalah 'korban' potensial resesi. Kawasan Amerika Latin juga diperkirakan tumbuh 2,2% tahun ini, namun risiko resesi di kawasan tersebut tidak tertutup.

Dua negara yang sedang terlibat konflik, Rusia dan Ukraina, juga diperkirakan bakal jatuh ke jurang resesi. Bank Dunia memperkirakan ekonomi Rusia tumbuh -8,9% tahun ini sedangkan Ukraina -45%.

Bank Dunia memperkirakan ekonomi di kawasan tersebut tumbuh -5,6%. Belarusia akan mengalami resesi paling parah, karena pendapatan remitansi terbesar bagi negara tersebut datang dari Rusia dan Ukraina.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan Indonesia sebagai negara eksportir komoditas terbesar di dunia, melonjaknya harga komoditas global seperti minyak kelapa sawit, batu bara, dan nikel menjadi suatu keberkahan.

Selain itu, inflasi yang terjaga dan konsumsi masyarakat yang menjadi tonggak perekonomian Indonesia masih kuat. Hal-hal tersebut menjadi modal bagi Indonesia untuk tidak masuk dalam jurang resesi.

"Sejauh ini (Indonesia) masih aman-aman saja. Sekarang kita menikmati harga CPO dan batubara. Mobilitas masyarakat juga semakin baik," tutur David kepada CNBC Indonesia, Kamis (9/6/2022).

Diharapkan investasi di dalam negeri juga semakin membaik. Hanya saja kata David, Indonesia harus menyusun perencanaan jangka menengah dan panjang untuk memperluas pasar ekspor.

"Cari produk unggulan apa yang bisa menjadi primadona di pasar ekspor kita dan harus mulai kita pikirkan. Mungkin bisa didorong dari sektor agriculture dan fishery (perikanan), mungkin produk buah-buahan juga bisa didorong untuk ekspor," ujarnya.

Kemenkeu.Foto: Kemenkeu.
Kemenkeu.

Dari sisi moneter, juga tidak perlu dikhawatirkan. Bank Indonesia (BI) juga telah mengantisipasi dengan menaikan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan, untuk mencegah aliran modal asing keluar (outflow) di pasar surat berharga negara pemerintah.

Secara riil, nilai tukar rupiah terhadap dollar juga menguat dibandingkan mata uang negara lainnya di ASEAN dan negara berkembang lainnya seperti India.

Di sisi lain, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, krisis yang terjadi di belahan negara, memiliki dampak ke Indonesia dan bisa terjadi dalam dampak langsung dan tidak langsung.

Dampak langsung dari resesi yang terjadi di beberapa negara, kata Yusuf melalui jalur perdagangan. Jika negara yang terkena krisis merupakan mitra dagang Indonesia, tentu akan mempengaruhi kinerja ekspor maupun impor dari dan menuju negara tujuan tersebut.

Dok, KemenkeuFoto: Dok, Kemenkeu
Dok, Kemenkeu

Sementara itu, dampak tidak langsung berbentuk melemahnya negara tujuan ekspor utama, misalnya seperti China. Bisa saja Cina tidak terkena krisis saat ini tetapi jika negara partner dagang utama Cina terkena krisis maka tentu perekonomian Cina juga akan mengalami penyesuaian.

"Penyesuaian ini bisa berdampak ke Indonesia karena kita tahu Indonesia adalah salah satu partner dagang utama China dan kita banyak melakukan ekspor maupun menerima impor dari dan menuju China," ujarnya.

"Selain itu krisis juga bisa berdampak terhadap kenaikan harga komoditas dan pangan dan kenaikan ini pada muaranya juga akan berdampak ke perekonomian domestik," kata Yusuf lagi.


(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Seluruh Target Ekonomi RI di 2024 Meleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular