
Masalah Baru Setelah Pandemi Corona: Taper Tantrum Jilid II

Nah, pada saat seperti ini terbuka kemungkinan bagi The Fed untuk mulai melakukan penyesuaian. Mungkin pada awal 2022, The Fed akan mulai memberi sinyal tentang meninggalkan kebijakan ultra longgar untuk menuju pengetatan (tapering off). Walau untuk menuju pelonggaran butuh waktu lama mengingat dampak pandemi virus corona begitu luar biasa...
Situasi ini pernah terjadi pada rentang 2013-2015. Kala itu The Fed yang masih dipimpin oleh Janet Yellen berulang kali memberi petunjuk mengenai perubahan arah kebijakan karena ekonomi mulai menunjukkan pemulihan yang stabil setelah masa-masa sulit akibat GFC.
Setelah memberikan sinyal pada 2013, suku bunga acuan baru benar-benar naik pada 2015. Investor dibuat menunggu selama 2-3 tahun. Periode melelahkan yang dikenal sebagai taper tantrum.
Namun yang jelas, pelaku pasar sudah punya pandangan bahwa cepat atau lambat suku bunga di Negeri Adikuasa akan naik. Ini membuat dolar AS yang berceceran di delapan penjuru mata angin sebagai akibat kebijakan quantitative easing ramai-ramai pulang kampung.
Investor bernafsu memburu dolar AS karena ada iming-iming suku bunga bakal naik. Arus modal yang menyemut di sekitar dolar AS membuat mata uang itu menguat.
Sejak akhir 2012 hingga penghujung 2015, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melonjak 23,64%.
Kala itu, dolar AS menjadi 'raja' mata uang dunia. Dolar AS begitu perkasa dan membuat mata uang lainnya teraniaya.
Salah satu korban keberingasan dolar AS kala itu adalah rupiah. Dalam periode yang sama, mata uang Ibu Pertiwi anjlok 43,15% di hadapan dolar AS.
"Itu situasi yang sulit, sangat tidak mudah. Rapat bermalam-malam. Sulit," kenang Agus Dermawan Wintarto Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia (BI) kala itu.
Hasil dari rapat bermalam-malam itu tertuang dari kebijakan ekstrem bank sentral, yakni meningkatkan suku bunga 175 bps dari 5,75% menjadi 7,5% dalam rentang delapan bulan. Sebuah preseden yang belum pernah terjadi sejak instrumen suku bunga kebijakan diperkenalkan.
So, setelah krisis corona kelar sepertinya dunia masih belum bisa tidur tenang. Sebab akan muncul satu satu ketidakpastian baru bernama taper tantrum jilid II. Apalagi sepertinya periode taper tantrum jilid II ini akan lama, karena ekonomi AS sempat jatuh ke titik nadir. Tidak mungkin ada penyesuaian dalam jangka pendek. Namun begitu The Fed baru memberi sinyal saja, pasti pasar sudah akan bergerak.
Plus ada pula risiko krisis utang karena pemerintah begitu jor-joran ngebon demi stimulus fiskal selama masa pandemi. Pusing kepala Barbie...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]
