Kecemasan Jokowi dan Sri Mulyani Ini Makin Hari Makin Nyata!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) benar-benar membuat dunia kelimpungan. Tidak hanya berjibaku menghadapi pandemi dari aspek kesehatan, di bidang ekonomi pun masalahnya tidak kalah rumit.
Pandemi yang diatasi dengan pembatasan sosial (social restrictions) membuat ekonomi 'mati suri'. Tahun lalu, ekonomi dunia mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) untuk kali pertama sejak 2009. Dunia jatuh ke 'jurang' resesi ekonomi.
Untuk mengatasi problema ekonomi, bank sentral di berbagai negara menerapkan kebijakan ultra-longgar. Suku bunga acuan dipangkas serendah-rendahnya dan likuiditas digelontorkan sebanyak mungkin ke perekonomian. Ini dilakukan agar nadi ekonomi bisa berdenyut, tidak mati total.
Kini pandemi sudah berlangsung lebih dari setahun. Sudah ada kemajuan, sekarang sudah ada vaksin anti-virus corona. Vaksin, jika efektif, akan membentuk kekebalan tubuh untuk melawan serangan virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara mulai berani membuka 'keran' aktivitas dan mobilitas masyarakat. Perlahan tetapi pasti, 'roda' ekonomi mulai berputar lagi meski masih jauh dari kondisi sebelum pandemi.
Salah satu negara yang paling maju dalam hal vaksinasi adalah Amerika Serikat (AS). Per 1 Juni 2021, total vaksin yang sudah disuntikkan ke lengan rakyat Negeri Paman Sam mencapai 296,4 juta dosis. Dalam hal ini, AS hanya kalah dari China.
![]() |
Sementara jumlah penduduk yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh di AS per 1 Juni 2021 adalah 135,87 juta orang. Ini adalah yang terbanyak dibandingkan negara-negara lain.
![]() |
Halaman Selanjutnya --> Vaksinasi Mumpuni, Ekonomi AS Bersemi