Kecemasan Jokowi dan Sri Mulyani Ini Makin Hari Makin Nyata!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 June 2021 11:02
Presiden AS Joe Biden (kiri) mengunjungi pusat vaksin COVID-19 di Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed, di Bethesda, Maryland, AS, Jumat (29/12021). (AP/Alex Brandon)
Foto: Presiden AS Joe Biden (kiri) mengunjungi pusat vaksin COVID-19 di Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed, di Bethesda, Maryland, AS, Jumat (29/12021). (AP/Alex Brandon)

Vaksinasi yang cepat dan masif ini mendorong pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden untuk melonggarkan social restrictions. Pada akhir April 2021, Biden mengumumkan mereka yang sudah mendapat vaksinasi penuh bisa beraktivitas di dalam dan luar ruangan tanpa harus mengenakan masker.

"Kita bisa semaju ini berkat Anda semua. Jika Anda sudah divaksin, silakan melakukan lebih banyak aktivitas baik itu di dalam maupun luar ruangan. Jadi bagi yang belum divaksin, terutama kaum muda atau yang merasa tidak membutuhkannya, ini adalah alasan yang tepat bagi Anda untuk divaksin," kata Biden, seperti dikutip dari Reuters.

Saat negara-negara Asia kembali bergulat dengan kenaikan pasien positif corona, tidak demikian dengan AS. Mengutip catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di Negeri Adidaya per 2 Juni 2021 adalah 32.942.677 orang, bertambah 3.678 orang dibandingkan hari sebelumnya. Meski masih bertambah, tetapi itu adalah penambahan terendah sejak 22 Maret tahun lalu.

Dalam14 hari terakhir, rata-rata pasien positif corona bertambah 21.108 orang setiap harinya. Jauh berkurang ketimbang rerata 12 hari sebelumnya yakni 34.832 orang per hari. Telrihat kurva kasus corona di AS mulai melandai.

Saat tekanan pandemi mereda, aktivitas ekonomi bisa lebih ditingkatkan. Berbagai data menunjukkan bahwa kebangkitan ekonomi AS bukan pepesan kosong.

Technometrica Market Intelligence/The Investors Business Daily melaporkan, indeks keyakinan ekonomi AS periode Juni 2021 adalah 56,4. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 54,4.

Kemudian IHS Markit mengumumkan aktivitas manufaktur yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) periode Mei 2021 sebesar 62,1. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan PMI oleh IHS Markit yang sudah berlangsung selama 14 tahun.

Masyarakat dan dunia usaha yang bergairah tentu akan menyebabkan harga barang dan jasa bergerak ke atas alias naik. Akhir pekan lalu, US Bureau of Economic Analysis merilis data Personal Consumption Expenditure (PCE). PCE adalah data yang dijadikan acuan infasi oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed).

Pada April 2021, PCE berada di 3,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), tertinggi sejak September 2008. Kemudian PCE inti adalah 3,1% yoy, tertinggi setdaknya sejak 2004.

Halaman Selanjutnya --> Saatnya Kebijakan Moneter Diketatkan?

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular