4 Negara Pangkas Suku Bunga, Asing Bidik Obligasi RI

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
08 August 2019 18:18
Trio negara Thailand, Selandia Baru, dan India kompak menurunkan suku bunga pada Rabu kemarin.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Penurunan suku bunga di empat negara yaitu Thailand, India, Selandia Baru, dan Filipina dinilai dapat memicu dana investor asing ke pasar surat utang negara (SUN). 

Trio negara Thailand, Selandia Baru, dan India kompak menurunkan suku bunga pada Rabu kemarin (7/8/2019), masing-masing menjadi 1,5%, 1%, dan 5,15%. Penurunan suku bunga juga dilanjutkan Filipina hari ini, Kamis, sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Ariawan, Head of Fixed Income Research PT BNI Sekuritas, menilai penurunan suku bunga di negara berkembang lain tentu menarik minat investor ke pasar surat utang pemerintah negara tersebut, sehingga menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield), terutama di pasar obligasi Negeri Gajah Putih.  

Pergerakaan yield bertolak belakang dengan pergerakan harga, sehingga jika harga naik maka yield akan turun. Dampak dari penurunan suku bunga itu, tuturnya, tidak hanya terjadi di negara yang sudah menurunkan suku bunga tetapi juga negara berkembang lain seperti pasar obligasi denominasi domestik yang diterbitkan Indonesia. 

"Betul [flow dana investor asing ke SUN Indonesia juga diharapkan semakin deras]," ujarnya hari ini (8/8/19). 


Dia menuturkan bahwa aliran dana investor asing tersebut dapat berdampak positif ke pasar obligasi rupiah pemerintah setelah cukup lama mengalami koreksi.

Data Refinitiv menunjukkan koreksi di pasar SUN sudah terjadi selama 6 hari berturut-turut sejak 26 Juli hingga 6 Agustus, seiring dengan semakin panasnya perang dagang AS-China setelah Presiden AS Donald Trump melempar ancaman pengenaan tarif impor tambahan kepada US$ 300 miliar produk China. 

Ancaman itu berlanjut kepada tuduhan manipulasi mata uang yuan kepada China yang semakin memanaskan bara hubungan Beijing-Washington, yang diikuti lagi dengan aksi pelarangan impor hasil pertanian AS oleh korporasi China.  Baku ancam kedua negara itu mulai mereda ketika pemerintahan Trump berniat meneruskan perundingan pada September dengan delegasi China.

Ketegangan itu dilanjutkan dengan aksi penurunan suku bunga serentak yang dilakukan oleh Thailand, Selandia Baru, dan India, serta dilanjutkan dengan Filipina sore ini. 

Thailand menurunkan suku bunganya 25 bps menjadi 1,5% dan India memangkas angka yang 'nanggung' yaitu 35 bps menjadi 5,15%. Pada hari yang sama, Selandia Baru mengejutkan pelaku industri keuangan dunia dengan menurunkan suku bunganya 50 bps menjadi 1%, lebih besar daripada prediksi pelaku pasar global yang hanya 25 bps.

Sore ini, aksi penurunan suku bunga dilanjutkan oleh Filipina. Sesuai dengan prediksi pelaku pasar global, Filipina turut menurunkan suku bunga 25 bps menjadi 4,25% dari sebelumnya 4,5%. 





Pasar obligasi sangat terkait dengan suku bunga acuan karena jika senjata moneter bank sentral itu dikeluarkan, maka risiko untuk negara tersebut tentu akan turun. Risiko yang turun memiliki kemungkinan besar untuk memicu investor membeli dan mengangkat harga obligasi mata uang lokal negara tersebut di pasar. 


Selain itu, perburuan investor pasar terhadap obligasi yang sudah beredar tentu disebabkan obligasi yang baru akan diterbitkan setelah penurunan suku bunga akan berkupon lebih tipis, sehingga serta merta akan membuat investor memburu surat utang yang sudah ada di pasar, seperti yang terjadi di Thailand. 

Sejak penutupan akhir pekan lalu hingga hari ini, pasar obligasi Thailand bahkan sudah terangkat dalam waktu singkat dan berhasil menekan yield seri acuan 10 tahunnya sebesar 27 bps, terbesar di antara 14 negara penerbit obligasi pemerintah utama.  

Ke-14 negara itu terdiri dari Jerman, Perancis, Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat. Di sisi lain, negara berkembangnya diwakili Indonesia, Brasil, China, India, Malaysia, Filipina, Rusia, Singapura, Thailand, dan Afrika Selatan. 



Penurunan suku bunga kemarin menjadi kali pertama Thailand memangkas suku bunga acuannya di antara sekurangnya 11 negara berkembang lain yang sudah melakukan hal serupa tahun ini. 

Dengan penurunan suku bunga kemarin, Selandia Baru berarti sudah dua kali, sedangkan India menjadi yang paling banyak (empat kali) dan paling besar sejak awal tahun (110 bps). 

Secara total, Filipina sudah melakukan penurunan suku bunga sebesar 50 bps sejak awal tahun ini. Di dalam negeri, Bank Indonesia baru akan menggelar rapat dewan gubernur (RDG) yang akan menetapkan suku bunga acuan pada 22 Agustus.   



Pada penutupan pasar hari ini, harga SUN kembali ditutup di zona hijau dengan penguatan harga terbesar pada seri FR0077 yang menjadi acuan 5 tahun. Penguatan harga itu menekan yield 13,3 bps menjadi 6,91%.   



Yield Obligasi Negara Acuan 8 Aug'19
SeriJatuh tempoYield 7 Aug'19 (%)Yield 8 Aug'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 8 Aug'19 (%)
FR00775 tahun7.0476.914-13.306.9893
FR007810 tahun7.517.409-10.107.4531
FR006815 tahun7.9037.881-2.207.8706
FR007920 tahun8.118.047-6.308.0943
Avg movement-7.98
Sumber: Refinitiv  

Hingga akhir tahun ini, Ariawan memprediksi harga tenor acuan 10 tahun dapat menguat dan menekan yield-nya hingga 7,05%.  

"Namun, [target yield 7,05% itu ditetapkan] dengan asumsi Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan dua kali. Kalau Bank Indonesia lebih agresif [menurunkan suku bunga], target yield-nya di bawah angka itu [7,05%]."    


TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/tas) Next Article Asing Pegang Rp 991 T, Harga Obligasi Negara Sepekan Menguat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular